Kakak dan adik yang sudah yatim piatu, terpaksa harus menjual dirinya demi bertahan hidup di kota besar. Mereka rela menjadi wanita simpanan dari pria kaya demi tuntutan gaya hidup di kota besar. Ikuti cerita lengkapnya dalam novel berjudul
Demi Apapun Aku Lakukan, Om
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Dengan langkah mantap, Marcos melepas jas coklatnya, lalu menggendong Wanda dengan lembut bak pengantin wanita yang terhuyung. Namun pemandangan itu malah memancing amarah Lina, yang berdiri di dekat situ dengan tangan terkepal dan alis berkerut.
“Kenapa Marcos malah menolong Wanda, bukan marah?” pikirnya sambil melotot penuh kebencian, hatinya terasa sesak oleh rasa iri yang sulit dijelaskan. Sementara Marcos hanya fokus pada Wanda, bertekad membantunya bangkit dari aib yang begitu memalukan itu.
Wanita itu ketahuan sedang bermain cinta dengan pria lain di toilet wanita. Lina menarik nafas dalam, matanya membara menatap Marcos yang dengan tenang menggendong Wanda menuju ruangan pribadi.
“Kamu seharusnya langsung pecat dia. Kenapa malah masih peduli sama Wanda?” suaranya agak bergetar, tapi tetap diusahakan tegas.
Marcos tak peduli, langkahnya tak terhenti sedikit pun. Lina mengejar, berusaha menahannya, tapi tubuh Marcos terlalu kuat untuk dihentikan. Dengan suara dingin, Marcos memerintahkan,
“Kino, panggil dokter Rudi. Suruh langsung ke ruanganku.” Kino, si asisten pribadi, membalas cepat sambil menatap Lina penuh kebencian. Tapi untuk saat ini, Lina tetap tak tersentuh oleh kebencian itu.
“Siap, Tuan Muda!” jawab Kino singkat, lalu berbalik cepat. Lina memicingkan mata, hatinya campur aduk antara marah dan kesal. Tapi dia tahu, ini baru awal dari apa yang akan terjadi.
"Kino, tunggu!" suara Lina membelah udara, namun tubuh Kino tetap tegap, matanya fokus menatap ponsel di tangannya. Ia memilih mengikuti perintah bos, memanggil dokter Rudi tanpa menoleh sedikit pun.
Di belakangnya, Lina berlari kecil mengejar langkah lebar Tuan Marcos yang membawa tubuh Wanda dengan gaya pengantin, sesekali menoleh melihat wajah Wanda yang tampak tak berdaya. Wanda menggeliat manja, bibirnya bergetar mengucap nama pria matang yang belakangan ini sering mengajaknya kencan, pria yang kini memberinya pekerjaan di perusahaan besar itu.
"Om Marcos, tolong aku! Tolong aku, om Marcos," suara Wanda bergetar, seolah meleleh di pelukan pria karismatik itu.
Langkah pria tersebut berhenti di depan pintu ruangan pribadi, lalu ia menutup pintu dengan hentakan kaki yang tegas, suara itu bergema di ruang koridor. Tak lama kemudian, terdengar suara kunci berputar, mengunci pintu dari dalam. Lina berdiri terpaku di depan pintu, dada terasa sesak, kecewa terpancar jelas dari sorot matanya yang tak bisa menembus tirai rahasia di balik pintu CEO sukses itu.
Lina berdiri di depan pintu ruangan Marcos, napasnya tersengal dan matanya berkilat penuh kecemasan.
"Marcos! Marcos, sayang! Kamu jangan gampang percaya sama Wanda," suaranya meninggi, sedikit bergetar. Ia mengetuk pintu dengan tangan gemetar.
"Aku tunanganmu, lho. Jangan buat aku kayak orang asing begini." Dari balik pintu, tak ada jawaban. Lina mengerutkan alis, menatap ke sekeliling yang kini mulai dipenuhi bisik-bisik. Beberapa karyawan menoleh, wajah mereka menahan rasa penasaran.
"Jadi, sekretaris pribadi Pak Marcos itu tunangannya sendiri, ya?" suara pelan terdengar dari sudut ruangan.
"Tapi kok Pak Marcos malah keliatan akrab banget sama Wanda, karyawan baru yang juga bantu kerja Bu Lina..."
Bisik-bisik itu makin terdengar, sementara Lina menunduk sesaat, merasakan dinginnya tatapan sepi dan keraguan yang menyesak di dada.
Di ruang pribadi Tuan Marcos, pria itu mengajak Wanda masuk dengan langkah mantap. Wanda duduk di atas kasur empuk, wajahnya menampilkan senyum tipis penuh teka-teki. Matanya menatap pria yang sudah tak asing baginya, seolah mengundang sesuatu tanpa kata. Dengan jemari lentik, Wanda meraih dasi yang melingkar di leher Tuan Marcos dan menariknya perlahan.
“Wanda, lepasin!” suara pria itu sedikit tergesa, kemejanya berantakan setelah kancing demi kancing terlepas oleh tangan Wanda.
“Aku lagi sibuk, dan sekarang nggak mood.” Dasi yang tadi dipegang Wanda akhirnya terlepas dari lehernya.
Tuan Marcos lalu mengikat tangan Wanda dengan rapi, menatapnya dengan mata tajam. “Ini jam kerja, jangan goda aku terus.” Wanda cuma bisa tersenyum, tubuhnya sedikit bergetar di balik ikatan itu.
Wanda mengerang pelan, suaranya tercekat, “Tolong aku, tolong aku, Om... panas banget.” Tubuhnya yang gemetar tak lagi bisa menahan gelombang ketidaknyamanan yang semakin menekan.
Tuan Marcos mengernyit khawatir, melangkah mendekat, sorot matanya penuh kecemasan. Tapi semakin dekat pria itu, Wanda justru merasakan gairahnya melonjak liar, hampir saja bibirnya menyentuh bibir Marcos dengan nafsu yang tak tertahan.
Melihat Wanda semakin kalut, Tuan Marcos melepas ikatan dasi di tangannya, berharap memberi lega. Namun bukan tenang yang didapat, Wanda malah berubah liar. Dia mendorong Marcos hingga terhempas ke ranjang, matanya menyala penuh hasrat. Dengan desah kasar, bibir Wanda menyerbu bibir pria itu, ciumannya brutal dan tak kenal ampun. Setelah itu, Wanda mengubah sikapnya, menyentuh leher jenjang Marcos dengan sentuhan lembut yang menyejukkan.
Tuan Marcos menelan ludah dalam diam, merasakan detak jantungnya berdetak lebih kencang. Perlahan, Wanda mulai membuka pakaiannya satu per satu, seolah ingin menguasai momen itu sepenuhnya. Tanpa perlawanan, mata Marcos terpejam, menyerah dalam kehangatan sentuhan Wanda yang penuh perhatian, membawanya hanyut ke dalam badai perasaan yang menggebu.
Wanda menatap pria di depannya dengan senyum lebar yang tak bisa disembunyikan. Matanya berbinar penuh gairah saat jemarinya perlahan menyentuh bahu lelaki itu.
"Akhirnya, aku bisa menikmati setiap sudut tubuh pria ini," gumamnya dalam hati, napasnya memburu.
Ada getar aneh dalam dadanya, campuran rasa penasaran dan kagum, meski pria itu duda, pesonanya tetap mampu mencuri perhatian Wanda. Ia ingin menyelami lebih dalam, menelusuri semua rahasia yang tersembunyi di balik tatapan itu.
Suasana kian memanas, tubuh mereka makin dekat, tapi Wanda sadar suara desahan kecil bisa berisiko terdengar. Jari-jarinya merangkak mengambil kendali, menekan lirih, memastikan setiap desah dan nafas tertahan rapi agar tak menimbulkan curiga.
"Hati-hati, jangan sampai orang lain tahu," pikir Wanda sambil menahan detak jantungnya yang makin cepat, terombang-ambing antara keinginan dan kewaspadaan.
Ia berharap tidak ada yang bisa merusak kenikmatan yang sedang ia rasakan saat ini bersama pria ini, dan ia pun melanjutkan petualangan asmara mereka dengan penuh perasaan dan kegairahan.
****
"Menyebalkan sekali!"
Lina merasa gelisah memikirkan apa yang sedang terjadi di dalam ruangan Marcos. Kekhawatiran tentang Wanda terus menghantuinya, apalagi bayangan kemungkinan Wanda hamil membuat hatinya semakin tidak tenang. Lina menegaskan dalam hatinya bahwa dia adalah calon istri Marcos dan tidak ingin hal buruk terjadi.
Sementara itu, Kino sudah tiba bersama dokter Rudi. Mereka beberapa kali mengetuk pintu ruangan Marcos, namun tidak ada jawaban. Kino juga berulang kali mencoba menghubungi Marcos lewat telepon, tapi belum diangkat. Lina yang semakin cemas menyarankan untuk mendobrak pintu, takut sesuatu yang buruk menimpa Marcos.
Dokter Rudi dan Kino saling bertukar pandang, mencoba menenangkan suasana meski ada sedikit senyum di bibir dokter Rudi. Kino pun mengingatkan bahwa Marcos yang memanggil dokter Rudi dengan segera, namun pintu yang terkunci dari dalam membuat mereka semua merasa bingung dan khawatir.
"Ya sudah, kita tunggu saja sampai tuan Marcos membuka pintunya. Jangan khawatir. Saya yakin tuan Marcos paling mengerti apa yang harus dilakukan. Mungkin ini satu-satunya cara untuk membantu wanita itu yang sedang dalam pengaruh obat penenang," kata sang dokter.
"Tapi dokter! Marcos adalah tunanganku. Dia tidak boleh dekat dengan wanita lain selain aku. Ini namanya pengkhianatan. Kino, tolong dobrak saja pintunya," Lina sangat tidak terima jika benar-benar tuan Marcos sedang bersama Wanda.
Kino dan dokter Rudi saling pandang. Pada akhirnya keduanya meninggalkan Lina yang masih berdiri di depan pintu ruangan CEO perusahaan tersebut.
kau ini punya kekuatan super, yaaakk?!
keren, buku baru teroooss!!🤣💪