[Sekuel dari Novel "Love Me Please, Hubby"]
Almahyra Tsalsania, seorang mahasiswi berusia 20 tahun yang terjebak cinta dengan pria yang usianya terpaut jauh darinya. Dia mencintai pria itu selama lima tahun, namun sayangnya cintanya tak berbalas. Pria itu terlalu mencintai kakaknya untuk bisa melihat keberadaannya.
Daniel Vieri Nathaniel, pria matang berusia 32 tahun. Dia adalah pewaris kedua dari Grup H, menjabat sebagai wakil direktur utama. Selama lima tahun hidupnya dihabiskan untuk mengejar cinta yang sia-sia. Dia tidak tahu ada cinta tulus yang menunggunya.
Karena jebakan orangtuanya, Daniel harus berakhir menikahi Alma, adik dari wanita yang dicintainya.
Mampukah Daniel menerima cinta Alma?
Mampukah Alma membuat Daniel mencintainya?
Bagaimana kisah cinta mereka? Baca terus kelanjutan kisah mereka dalam novel DANIEL & ALMA.
#StoryOfDaniel&Alma
#CintaDalamDiam
#Diusahakan untuk update tiap hari ^^
~ErKa~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 28 - Akhirnya Kamu Pulang
Daniel meeting bersama direktur
dari anak perusahaan. Banyak hal yang di bahas, misalnya tentang penutupan
perusahaan-perusahaan yang performance-nya kurang baik atau me-mergernya.
Banyak pro dan kontra. Ketidaksepakatan dalam pengambilan keputusan membuat
meeting itu berlangsung semakin lama.
Bolak-balik Daniel melihat jam
tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 18.07 WIB. Daniel memikirkan Alma. Dia
takut wanita itu hilang lagi. Pikirannya semakin kacau memikirkan Alma pulang
bersama si ojol.
"Hentikan rapatnya."
bisik Daniel pada Tito.
"Tapi Pak, Kita belum
mencapai kesepakatan..."
"Katakan pada mereka untuk
kembali dengan data. Aku yang akan memutuskan mana perusahaan yang harus
bertahan, dan yang mana yang harus di merger. Keputusanku final." Daniel
berdiri dari duduknya. Melihat Daniel berdiri, para direktur cabang ikut-ikutan
berdiri. Daniel keluar dari ruangan tanpa sepatah kata pun. Meninggalkan para
direktur yang kebingungan.
"Rapat akan di lanjutkan
besok. Wakil direktur utama akan memutuskan perusahaan yang lock out (di tutup)
atau di merger. Keputusan beliau bersifat final." Tito mengakhiri
kata-katanya. Dia pergi mengikuti Daniel.
Daniel berjalan dengan
tergesa-gesa. Dia ingin segera sampai di ruangannya. Terutama ingin melihat
meja sekretaris. Dan seperti dugaannya, meja sekretaris sudah kosong.
"Shit!!" Daniel
menyumpah. Dia segera mengeluarkan ponsel dan menelepon Alma. Lagi-lagi
panggilannya tidak di jawab, malah panggilannya di alihkan.
"Dasar pembuat masalah.
Serahkan kuncinya!" kata Daniel pada Tito.
"Kunci? Kunci apa Pak?"
"Mobil! Cepat." Daniel
menjulurkan tangan.
"Biar Saya yang menyetir
Pak..." Tito menggunakan bahasa yang lebih formal. Dia tahu mood bosnya
sedang tidak baik.
"Tidak perlu. Cepat
serahkan." Daniel segera turun ke lantai bawah. Mengambil mobil dan mulai
mengendarainya. Meninggalkan Tito sendiri.
Daniel menelepon Nisha.
"Girl, dia sedang bersamamu
kan?"
"Daniel? Dia? Dia
siapa?"
"Little. Maksudku, Alma.
Dia sedang bersamamu kan?"
"Alma tadi malam memang
menginap di sini. Tapi tadi pagi sudah pulang, katanya harus magang. Dia tidak
sedang bersamaku sekarang. Ada apa ini? Apa kalian bertengkar?" Nisha
bertanya penasaran.
"Tidak, tidak. Kami
baik-baik saja. Ya sudah kalau begitu. Terima kasih Girl."
"Eh tunggu dulu..."
Daniel menutup telepon. Perasaan khawatir semakin melandanya. Alma sedang tidak
di rumah Nisha. Lalu dimana wanita itu? Apa dia pergi bersama ojol tampan itu?!
"Shit!! Shit!!" Daniel
memukul-mukul kemudi. Akhirnya dia kembali menghubungi Tito. "Cari dia.
Periksa semua CCTV. Segera laporkan padaku. Aku tunggu!"
"Baik Pak."
Daniel menepikan mobil. Menunggu
kabar dari Tito. Sembari menunggu, dia kembali menghubungi Alma. Tapi lagi-lagi
panggilannya di alihkan. Sepuluh menit kemudian, Tito meneleponnya.
"Nyonya pergi meninggalkan
perusahaan pukul 17.16 WIB bersama ojek online ber plat B 1754 XX. Untuk info
dari pemilik motor sudah Saya kirim ke Anda Bos."
"Oke, terima kasih."
Daniel membuka file yang di kirim Tito. Dia melihat profil si pemilik motor
beserta fotonya. Wajah orang itu tidak sesuai dengan wajah ojol yang menjemput
Alma. Ada apa ini? Apa Alma tidak di jemput oleh ojol yang sama?
Untuk memenuhi rasa penasaran,
Daniel kembali menghubungi Tito.
"Kirim Aku video
penjemputan. Zoom bagian wajah orang itu."
"Baik Pak." Sesuai
perintah, Tito mengirim apa yang Daniel mau. Daniel melihat video itu
baik-baik. Wajah ojol yang menjemput Alma adalah orang yang sama dengan yang
mengantarnya tadi pagi. Tapi kenapa tidak sama dengan foto profil pemilik
kendaraan?
Daniel merasa semakin tidak
nyaman perasaannya. Dia takut Alma mengalami tindak kejahatan. Pikiran seperti
itu membuat tubuhnya gemetar karena ketakutan.
"Kerahkan anak buah Kita.
Cari dia sampai dapat!" perintah Daniel.
Sesuai dengan mandat Daniel,
Tito mengerahkan anak buah mereka. Menelusuri pantauan CCTV di setiap jalan
yang di lalui oleh motor itu. Mereka menyabotase keamanan CCTV milik pemerintah
dan menggunakannya untuk kepentingan bosnya.
Senyum Tito semakin merekah
begitu mengetahui tujuan dari pengemudi motor tersebut. Tito segera menelepon
bos Daniel.
"Bagaimana?! Apa Kamu sudah
tahu mereka ada dimana?"
"Ya Bos. Akan Saya kirim
alamatnya segera." Tito mematikan ponsel dan mengirim alamat yang di
maksud. Daniel membaca alamat itu. Perasaan terkejut sekaligus lega
menghampirinya. Dengan cepat Daniel memacu kendaraannya, menuju apartemennya
sendiri. Ya, si pembuat masalah sudah pulang ke apartemen mereka!
Sesampainya di depan gedung
apartemen, Daniel menyerahkan kunci pada petugas yang ada di sana dan menuju
lift. Dia begitu tidak sabar untuk bertemu dengan Alma. Ingin memastikan bahwa
wanita itu baik-baik saja.
Daniel masuk ke dalam apartemen
sembari berteriak-teriak. Memanggil-manggil nama Alma.
"Al? Al? Dimana Kamu?
Al!"
"Anda sudah pulang
Tuan?" Bu Ida datang dengan tergopoh-gopoh.
"Dimana dia?!"
"Nona? Nona ada di dapur
Tuan..." Tanpa mendengar perkataan Bu Ida selanjutnya, Daniel segera
berlari ke dapur.
Di dapur, dia melihat istri
kecilnya sedang memasak dengan santai. Alma sedang membelakanginya. Tubuhnya
tampak sehat dan tidak kurang suatu apapun. Emosi memenuhi dada Daniel. Tanpa
sadar dia berjalan ke arah Alma dan meraih tubuh wanita itu dalam pelukannya.
BRUUK (Daniel memeluk Alma dari
belakang)
"Al..."
"Eh..." Alma menoleh
ke belakang, untuk melihat siapa yang memeluknya. Dia terkejut mendapati Daniel
memeluknya. "Eh, ada apa ini Kak?" tanya Alma dengan bingung.
"Jangan bergerak. Lima menit."
Daniel berkata dengan suara parau. Tubuhnya bergetar penuh emosi. Meskipun
terkejut, Alma mengikuti kata-kata Daniel. Dia diam, tak bergerak. Membiarkan
Daniel memeluk tubuhnya dengan erat. Perasaan bahagia memenuhi hati Alma. Ini
pertama kalinya Daniel memeluk tubuhnya dalam kondisi sadar.
Adegan itu berlangsung selama
beberapa menit. Kemudian, tiba-tiba Daniel melepaskan pelukan itu. Alma
membalikkan tubuhnya. Menatap Daniel dengan bertanya-tanya.
"Ada apa ini Kak? Tidak biasanya
Kakak..."
"Aku hanya senang Kamu
pulang. Aku akan ganti baju dulu." Wajah Daniel memerah. Dia buru-buru
pergi ke kamarnya.
Di dalam kamar Daniel mengutuk
dirinya sendiri. Mengutuki emosinya yang tidak bisa di tahan. Dia begitu malu
bertemu dengan Alma. Bagaimana pandangan wanita itu terhadapnya sekarang?
Daniel masih tidak mengerti
dengan emosi yang di rasakannya. Mengapa dia menjadi kebingungan seperti ini?
Mengapa Alma begitu mempengaruhinya?
Ahh, dia tahu jawabannya. Ini
pasti karena rasa tanggung jawab. Dia sudah berjanji pada Bu Rusmi untuk
bertanggung jawab secara penuh terhadap Alma. Mengetahui Alma tidur di luar
rumah, tentu saja dia khawatir. Mengetahui Alma di antar oleh ojol tampan tentu
saja dia khawatir. Alma masih begitu muda, pasti banyak pemuda yang akan
menggodanya. Mengetahui Alma tiba-tiba pulang terlebih dahulu tanpa
sepengetahuannya, tentu saja dia khawatir. Kekhawatirannya ini adalah murni
dari rasa tanggung jawabnya. Dia menganggap Alma sebagai adik, tentu saja wajar
bagi seorang Kakak mengkhawatirkan adiknya bukan? Tidak ada yang salah dengan
perasaannya. Tidak ada yang salah dengan hatinya. Dia tidak memiliki perasaan
spesial untuk Alma. Daniel menarik kesimpulan dari perasaannya.
Daniel kembali ke ruang makan.
Di meja makanan sudah tertata rapi. Makanan sehat yang sesuai dengan
lambungnya. Daniel tersenyum, mengetahui Alma masih perhatian terhadapnya.
"Kak, Mama menyuruh Kita
untuk mengunjungi beliau..." Alma memulai pembicaraan.
"Untuk apa? Tidak perlu.
Lain kali saja."
"Katanya, kalau Kakak
menolak Mama yang akan datang mengunjungi Kita..."
"Apa?!"
***
Happy Reading ^^