NovelToon NovelToon
CINTA DATANG BERSAMA SALJU PERTAMA

CINTA DATANG BERSAMA SALJU PERTAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Karir / One Night Stand / Duniahiburan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:334
Nilai: 5
Nama Author: chrisytells

Di Shannonbridge, satu-satunya hal yang tidak bisa direncanakan adalah jatuh cinta.
​Elara O'Connell membangun hidupnya dengan ketelitian seorang perencana kota. Baginya, perasaan hanyalah sebuah variabel yang harus selalu berada di bawah kendali. Namun, Shannonbridge bukan sekadar desa yang indah; desa ini adalah ujian bagi tembok pertahanan yang ia bangun.
​Di balik uap kopi dan aroma kayu bakar, ada Fionn Gallagher. Pria itu adalah lawan dari semua logika Elara. Fionn menawarkan kehangatan yang tidak bisa dibeli dengan kesuksesan di London. Kini, di tengah putihnya salju Irlandia, Elara terperangkap di antara dua pilihan.
​Apakah ia akan mengejar masa depan gemilang yang sudah direncanakan, atau berani berhenti berlari demi pria yang mengajarkannya bahwa kekacauan terkadang adalah tempat ia menemukan rumah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chrisytells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24 : Rahasia di Balik Album Tua

Hujan gerimis membasahi kaca jendela The Crooked Spoon, menciptakan suasana melankolis yang kontras dengan kehangatan di dalam kedai. Julian O’Neill sedang pergi ke kota tetangga untuk berkonsultasi dengan pengacara, memberikan jeda singkat bagi Elara dan Fionn dari ketegangan proyek.

Elara sedang membantu Moira di ruang belakang kedai—sebuah ruangan kecil yang dipenuhi aroma rempah dan tumpukan taplak meja tua—ketika sebuah kotak kayu besar yang tersimpan di rak paling atas jatuh karena tersenggol.

Brak!

Isi kotak itu berserakan. Foto-foto hitam putih yang mulai menguning, beberapa surat lama, dan sebuah jurnal kulit yang sudah retak-retak.

"Ya Tuhan, kecerobohanku benar-benar tidak terencana," gumam Elara sambil berlutut untuk membereskannya.

Moira, yang sedang menyeduh teh, mendadak membeku saat melihat jurnal itu. Wajahnya yang biasanya tenang berubah menjadi pucat, matanya berkaca-kaca menatap sebuah foto seorang pria muda yang sangat mirip dengan Fionn, berdiri di depan kerangka sebuah bangunan dipinggir sungai. Yang jika diperhatikan, itu merupakan sungai Shannon.

"Moira? Anda baik-baik saja?" tanya Elara lembut.

Moira menghela napas panjang, ia duduk di kursi kayu kecil dan memberi isyarat agar Elara duduk di sampingnya. "Dia Liam. Ayah kandung Fionn."

Elara menatap foto itu dengan penuh rasa ingin tahu. "Fionn selalu bilang ayahnya adalah seorang nelayan,"

Moira tersenyum pahit, jemarinya yang mulai keriput menelusuri wajah pria di foto itu. "Itu yang Fionn percayai karena aku terlalu takut untuk menceritakan kebenarannya. Liam bukan hanya nelayan, Elara. Dia adalah tukang kayu terbaik di Shannonbridge. Dialah yang membangun dermaga tua yang sedang kau perjuangkan itu."

Elara terkesiap. "Ayah Fionn yang membangun dermaga itu?"

"Ya. Dia membangunnya dengan tangannya sendiri, menggunakan batu kapur yang ia angkut dari rawa-rawa dan kayu ek yang ia rendam berbulan-bulan agar kuat," suara Moira bergetar hebat. "Liam punya impian yang sama denganmu, Elara. Dia ingin Shannonbridge menjadi tempat yang indah tanpa kehilangan jiwanya. Tapi... perusahaan dari Dublin datang saat itu, menawarkan kontrak besar untuk memperluas dermaga dengan semen murah."

"Dan apa yang terjadi?" tanya Elara, hatinya berdegup kencang karena ketegangan emosional dalam cerita Moira.

"Liam menolak. Dia berargumen bahwa semen itu tidak akan menyatu dengan air sungai Shannon yang unik. Dia mempertahankan desain aslinya. Tapi perusahaan itu licik. Mereka menuduh Liam melakukan korupsi bahan bangunan. Nama baiknya dihancurkan di depan seluruh warga desa. Liam... dia kehilangan semangat hidupnya. Dia pergi melaut di tengah badai karena dia merasa tidak punya tempat lagi di daratan yang ia cintai. Dan dia tidak pernah kembali."

Moira mulai menangis dalam diam. "Fionn saat itu masih sangat kecil. Dia hanya ingat ayahnya pergi melaut. Aku menyembunyikan kebenarannya karena aku tidak ingin Fionn membenci desa ini atau membenci ambisi. Tapi melihatmu bertarung melawan Julian tempo hari... kau mengingatkanku pada Liam."

Elara menggenggam tangan Moira erat-erat. Kehangatan emosional menjalar di antara mereka. Rahasia ini bukan hanya sekadar fakta sejarah bagi Elara; ini adalah kepingan puzzle yang hilang yang menjelaskan mengapa Fionn begitu protektif terhadap kedai dan mengapa ia sangat takut pada struktur kota yang kaku.

"Moira, terima kasih sudah menceritakan ini padaku," bisik Elara. "Ini bukan sekadar dermaga bagi Fionn. Ini adalah warisan terakhir ayahnya yang tidak ia ketahui."

Elara mengambil jurnal Liam dan membukanya. Di dalamnya terdapat sketsa-sketsa mendalam tentang struktur batu kapur, lengkap dengan perhitungan manual yang sangat teliti—jauh lebih detail daripada desain arsitek modern mana pun.

"Lihat ini, Moira," Elara menunjukkan salah satu halaman. "Liam sudah memikirkan sistem drainase alami agar air sungai tidak merusak fondasi batu. Ini jenius! Inilah jawaban untuk melawan Julian."

Tiba-tiba, pintu ruang belakang terbuka. Fionn berdiri di sana, menatap ibu dan kekasihnya dengan ekspresi bingung. Matanya kemudian jatuh pada foto ayahnya di atas meja.

"Ibu? Elara? Ada apa ini?" tanya Fionn, suaranya sedikit curiga.

Moira menatap Fionn dengan keberanian yang baru ditemukan. "Fionn, duduklah. Ada sesuatu yang harus kau ketahui tentang ayahmu. Dan tentang alasan mengapa dermaga itu sangat berharga bagi keluarga Gallagher."

Selama satu jam berikutnya, Elara hanya diam, menyaksikan Moira menceritakan segalanya pada Fionn. Ketegangan di ruangan itu terasa nyata. Elara melihat otot rahang Fionn mengeras, tangannya mengepal, dan matanya mulai memerah karena menahan emosi yang meluap.

"Jadi... selama ini aku membenci sisi 'arsitek' karena aku pikir itu yang menghancurkan ayahku?" suara Fionn parau. "Padahal ayahku adalah seorang arsitek sejati?"

"Dia adalah perancang bangunan, Fionn. Sama seperti Elara," kata Moira lembut.

Fionn berdiri, ia tampak sangat terguncang. Ia berjalan menuju Elara dan mengambil jurnal ayahnya. Saat ia melihat sketsa-sketsa itu, sebuah air mata jatuh mengenai kertas yang sudah tua.

"Ayahku... dia tidak pernah menyerah pada dermaga ini," bisik Fionn.

Elara berdiri dan memeluk Fionn dari belakang, menyandarkan wajahnya di punggung pria itu yang kokoh. "Dan kau juga tidak akan menyerah, Fionn. Sekarang kita punya alasan yang jauh lebih besar untuk melawan Julian. Kita bukan hanya melindungi desa, kita melindungi kehormatan Tuan Liam Gallagher."

Fionn berbalik, menarik Elara ke dalam pelukannya yang sangat erat, seolah-olah Elara adalah satu-satunya jangkar yang membuatnya tetap berdiri. "Terima kasih, Elara. Terima kasih karena sudah menemukan ini. Kau memberiku ayahku kembali."

...****************...

"Julian ingin efisiensi," gumam Elara sambil menggambar. "Baiklah. Aku akan memberinya efisiensi yang berakar pada sejarah. Aku akan menggunakan sistem drainase Liam dan menggabungkannya dengan teknologi filtrasi air modern."

Fionn muncul dari arah dapur, membawa segelas susu hangat. Ia duduk di lantai di samping kursi Elara, menyandarkan kepalanya di lutut wanita itu.

"Kau sedang membuat keajaiban lagi, Nona Planner?" tanya Fionn lembut.

"Aku sedang membuat keadilan, Fionn," jawab Elara, mengelus rambut Fionn. "Besok, saat Julian kembali dengan ancaman hukumnya, kita tidak akan hanya bicara tentang sejarah. Kita akan bicara tentang bukti teknis bahwa desain ayahmu adalah satu-satunya cara agar dermaga ini tidak runtuh dalam sepuluh tahun ke depan."

Fionn mendongak, matanya kini penuh dengan binar semangat yang baru. "Aku akan membantumu. Apapun yang kau butuhkan. Jika harus mengangkut batu kapur itu sendiri seperti yang dilakukan ayahku, aku akan melakukannya."

Elara membungkuk dan mencium bibir Fionn dengan penuh perasaan. "Kita akan melakukannya bersama, Fionn. Rencana C kita baru saja mendapat tambahan kekuatan dari masa lalu."

Drama emosional hari itu telah mengubah segalanya. Elara bukan lagi sekadar orang asing yang mencoba menyelamatkan desa; ia kini menjadi bagian dari sejarah keluarga Gallagher. Dan bagi Julian O’Neill, perlawanan yang akan ia hadapi bukan lagi sekadar logika arsitektur, melainkan kekuatan dari cinta dan kehormatan yang telah terkubur selama puluhan tahun.

Lampu minyak yang meredup di sudut pondok menciptakan bayangan panjang yang menari di dinding kayu, membungkus Elara dan Fionn dalam keheningan yang intim. Setelah badai emosi yang menguras jiwa—tentang rahasia Liam dan beban masa lalu—kini hanya ada napas yang saling memburu dan detak jantung yang seirama.

Fionn menarik Elara lebih dekat, menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah wanita itu dengan jemari yang gemetar karena gairah. "Kau adalah keajaiban yang tidak pernah berani kurencanakan, Elara," bisiknya parau, suaranya bergetar di dekat telinga Elara.

Elara mendongak, matanya yang berkilat karena sisa air mata kini dipenuhi oleh damba. Ia melingkarkan lengannya di leher Fionn, merasakan otot bahu pria itu yang mengeras di bawah sentuhannya. "Dan kau adalah satu-satunya 'kekacauan' yang ingin kujaga selamanya," jawabnya lembut.

Fionn tidak lagi menahan diri. Ia menyatukan bibir mereka dalam ciuman yang dalam dan menuntut—sebuah ungkapan terima kasih, janji, dan hasrat yang telah lama terpendam. Ciuman itu tidak lagi terasa seperti pelarian dari trauma, melainkan sebuah perayaan atas kejujuran yang baru saja mereka temukan.

Dengan gerakan lembut namun penuh pengabdian, Fionn membimbing Elara menuju tempat tidur yang hangat di dekat perapian. Di bawah selimut wol yang tebal, Fionn menuntun setiap inci tubuh Elara dengan kesabaran seorang pria yang sedang memuja karya seni paling berharga. Setiap sentuhan tangannya di kulit Elara seolah menghapus sisa-sisa luka dari kegagalan masa lalu dan bayang-bayang ketakutan dari Dublin.

"Fionn..." rintih Elara saat gairah itu memuncak, jemarinya mencengkeram bahu kokoh Fionn.

"Aku di sini, Sayang. Aku tidak akan ke mana-mana," sahut Fionn, menatap Elara dengan mata biru yang kini gelap oleh cinta. Ia bergerak dengan ritme yang lambat dan penuh perasaan, memastikan Elara merasakan setiap aliran kasih yang ia berikan.

Di ruangan itu, waktu seolah berhenti berputar. Tidak ada Gantt Chart, tidak ada tuntutan dari Julian O’Neill, dan tidak ada ketakutan akan kegagalan. Yang ada hanyalah dua jiwa yang saling menyembuhkan di tengah dinginnya malam Shannonbridge. Fionn memperlakukan Elara bukan sebagai arsitek yang kaku, melainkan sebagai wanita yang paling ia muliakan, sementara Elara menyerahkan seluruh kendalinya kepada pria yang telah memberikan rumah bagi hatinya.

Saat mereka akhirnya sampai pada puncak penyatuan yang indah, Elara membenamkan wajahnya di ceruk leher Fionn, menghirup aroma kayu manis dan maskulin yang kini menjadi aroma favoritnya. Di tengah sisa-sisa peluh dan napas yang perlahan mereda, Fionn menarik Elara ke dalam pelukannya, menyelimuti mereka berdua dalam kehangatan yang murni.

"Mulai sekarang," bisik Fionn sambil mencium kening Elara yang masih panas, "setiap rencana yang kubuat, kau adalah pusatnya."

Elara tersenyum di dalam pelukan itu, memegang kunci pemberian Fionn yang ia taruh di atas nakas. Ia tahu, di balik dinding pondok ini, badai mungkin masih menanti, namun di dalam sini, ia telah menemukan satu rencana yang tidak akan pernah ia ubah. Mencintai seorang Fionn Gallagher sampai akhir.

1
d_midah
ceilah bergantung gak tuh🤭🤭☺️
d_midah: kaya yang lebih ke 'sedikit demi sedikit saling mengenal, tanpa terasa gitu' 🤭🤭
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!