George Zionathan. Pria muda yang berusia 27 tahun itu, di kenal sebagai pemuda lemah, cacat dan tidak berguna.
Namun siapa sangka jika orang yang mereka anggap tidak berguna itu adalah ketua salah satu organisasi terbesar di New York. Black wolf adalah nama klan George, dia menjalani dua peran sekaligus, menjadi ketua klan dan CEO di perusahaan Ayahnya.
George menutup diri dan tidak ingin melakukan kencan buta yang sering kali Arsen siapkan. Alasannya George sudah memiliki gadis yang di cintai.
Hidup dalam penyesalan memanglah tidak mudah, George pernah membuat seseorang gadis masuk ke Rumah Sakit Jiwa hanya untuk memenuhi permintaan Nayara, gadis yang dia cintai.
Nafla Alexandria, 20 tahun. Putri Sah dari keluarga Alexandria. Setelah keluar dari Rumah Sakit Jiwa di paksa menjadi pengganti kakaknya menikah dengan putra sulung Arsen Zionathan.
George tetap menikahi Nafla meskipun tahu wanita itu gila, dia hanya ingin menebus kesalahannya di masalalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
“Tuan Manaf mengirimkan berkas untuk segera di tandatangani." Ucap Max, menyerahkan dokumen penting kearah George.
George masih belum menanggapi, dia tengah memikirkan bagaimana cara membujuk Nafla, sudah lebih dari tiga hari wanita itu belum juga kembali.
Nafla tidak seperti perempuan lain, yang marah lalu pergi keluar negeri, istrinya itu cukup unik, ingin melarikan diri darinya hanya pindah kawasan saja.
Felix sempat menemui George, memberitahunya jika Nafla meminta uang chas dan ingin pergi jauh, agar bisa terlepas dari jerat George.
Tetapi ketika mereka menyelidikinya, Nafla hanya pindah kawasan dan membeli rumah sederhana.
Sepertinya ancamnya cukup berlaku meskipun sikap Nafla semakin menyebalkan.
“Tuan.. "
“Hmm." George menerima dokumen itu, setelah membaca dengan teliti barulah dia memberikan tanda tangannya.
Max, kembali mengambil dokumen itu dan hendak keluar.
“Max, apa yang Nafla lakukan?" Tanya George menghentikan langkah sang Asisten.
“Selama beberapa hari ini, Nyonya Nafla tidak melakukan apapun, Tuan, hanya berdiam diri di rumah baru nya." Jawab Max.
George mengangguk kecil, sepertinya dia harus menemui istrinya dan menjalankan saran dari Ayahnya.
Dengan kelembutan tidak bisa membuat Nafla kembali, maka dia harus menggunakan caranya sendiri.
“Kalau begitu, ayo kita kunjungi istriku." Ajaknya, Max dan Xavier hanya mengangguk, lalu mengikuti langkah sang Tuan.
Mereka hanya perlu melakukan perjalanan kurang lebih dua puluh menit untuk sampai di kawasan rumah Nafla.
Dan Sementara itu Nafla baru saja selesai melakukan pekerjaan rumah, menatap sekeliling, cukup menyenangkan ternyata hidup bebas tanpa berpura-pura gila.
“Nona, ini pesanan Anda." Ucap seorang wanita yang menggunakan pakaian khusus pengantar makanan.
Nafla menerimanya. “Terimakasih"
“Sama-sama, Nona." Jawabnya ramah, setelah itu meninggalkan Nafla.
Nafla duduk di depan rumahnya dan ingin segera menikmati makanannya.
“Sepertinya sangat nikmat" Nafla menghentikan pergerakan tangannya, kala merasakan semua moncong senjata menempel pada punggung kepalanya.
Dia tau siapa yang datang tanpa di undang itu, ya, pria yang sudah membuatnya hancur, membuatnya kehilangan calon bayi dan sekarang menjadikannya seperti tawanan.
Nafla memejamkan matanya, dia hanya ingin hidup tenang, setelah semua sudah berakhir, tetapi sepertinya George tidak akan melepaskannya begitu saja.
“Kita bertemu lagi, istriku tercinta, Nyonya Nafla Zionathan." George terkekeh pelan.
Dia sudah dengan ekspresi Nafla yang seakan menantangnya, Mungkin sekarang George yang gila, dia menyukai mata dengan tatapan tajam Nafla.
Kesempatan tidak akan datang dua kali, di kala George menatapnya. Dengan gerakan cepat, Nafla memutar tubuhnya dan meraih pistol yanga berada di tangan Max.
Menendang kaki pria itu, reflek Max menunduk dan kembali Nafla menyikut bagian belakang dengan siku tangannya.
George memejamkan matanya sesaat, lalu mengusap wajahnya dengan pelan, helaan nafasnya terdengar berat.
“Sudah aku katakan, jangan macam-macam denganku." Nafla mengacungkan senjata itu di kening Max.
Xavier yang melihat itu reflek tertawa. “Astaga!! Max, sejak kapan kau menjadi lemah melawan wanita, hah?"
“Sialan!! Ini semua karena.. "
“Diam!!" Nafla tidak main-main, dia akan menembak sungguhan.
George maju satu langkah. “Sayang, kau tau apa salahmu?"
“Kau masih menyalahkan aku, George? padahal disini kau dan kekasih sialanmu itu yang kejam, kalian menghancurkanku."
“Oke, aku minta maaf." Ucapnya, Nafla terkekeh.
“Aku tidak butuh maaf mu!!" Nafla menarik pelatuk dari senjata itu, tetapi tidak ada apapun yang keluar dari pistol tersebut.
George tertawa. “Ayolah sayang, apa yang kau pikirkan... "
Dor!!
George terjatuh berlutut, dia menahan sakit pada kakinya yang tertembak. Sial George kembali terkecoh, dia melupan siapa istrinya.
Bugh
Keadaan berbalik, Nafla juga terjatuh. Xavier terkekeh geli. “George, lihat istri tangguhmu."
George menarik sudut bibirnya, dia bangkit dan duduk di kursi. Menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkan secara perlahan.
“Nafla, aku akan memberikan penawaran untukmu. Kembali padaku dan memulai hidup baru, atau menjadi tawanan ku." Ucapnya mengangkat dagu Nafla menggunakan ujung sepatunya.
Nafla menarik sudut bibirnya, wanita cantik itu menyeka sudut bibirnya yang mengeluarkan cairan merah.
“Bagaimana kalau aku tidak memilih keduanya?"
George mengangkat kedua bahunya. “Tetapi kau tidak memiliki pilihan." Kekehnya
“Pria egois." Gumamnya, namun masih di dengar oleh George.
Tanpa ada rasa takut sedikit pun, Nafla menajamkan tatapannya, cinta, benci dan kekecewaan menjadi satu.
Greb
Tangannya bergerak cepat menangkap kaki George lalu menariknya, George yang sudah waspada sejak tadi memutar tubuhnya dan memberikan tendangan pada dagu Nafla.
Pelan, menurut George, tetapi tenaga pria itu cukup kuat, meskipun Nafla sudah terlatih dan biasa mendapatkan luka, tetap saja dia merasa nyeri di rahangnya.
Max dan Xavier ingin maju, tetapi George memberikan isyarat pada mereka melalui gelengan kecil, Nafla adalah istrinya, maka dia sendiri yang akan mengurusnya.
Tidak berhenti disana, Nafla memanfatkan kelincahan sebelah kakinya untuk menendang sisi lawanya. George hanya menghindari saja.
Meskipun dalam keadaan terluka, ternyata Nafla tidak mudah menyerah, wanita itu menunjukkan pertahanannya.
Bugh
“Aawhhhrrrrr"
George menekankan punggung Nafla dengan sebelah tangan yang dia tarik kebelakang. Nafla menjerit kesakitan.
“Sialan!! Lepaskan aku George, kau bisa langsung membunuhku!!" Teriaknya.
George sedikit memundurkan kepalanya, astaga, Nafla kenapa berisik sekali, apakah ini wujud asli istrinya?.
“Terlalu mudah kalau kau mati sekarang, aku belum memberikanmu kebahagiaan, cinta dan.. "
“Aku tidak sudi hidup bersama pria brengsek sepertimu!!" Nafla masih bisa memberontak, tetapi George sudah tidak ingin bermain-main lagi.
Dia angkat tubuh mungil itu dan membawanya ke arah mobil, sementara Max dan Xavier hanya bengong menyaksikan drama sepasang siami istri itu.
“Saling mengatakan cinta, tetapi mereka saling melukai." Gumam Max.
Xavier melirik sekilas. “Karena semua di awali dari kebohongan. dan disini yang paling tersakiti adalah Nyonya Nafla. kalau aku jadi Nyonya, pasti ogah memaafkan begitu saja." Timpal Xavier.
Max menaikan sebelah alisnya. “Kamu sebenarnya ada di pihak siapa, Xavier?"
Pemuda itu kembali melirik. “Bodoh, aku bicara perumpamaan saja."
Setelah mengatakan itu, mereka menyusul sang Tuan, namun langkah mereka terhenti, kala melihat mobil bergoyang begitu hebat.
Keduanya saling bertukar pandangan dengan wajah yang cengo.
“Gak usah Overthinking, mereka sedang berkelahi." Max menepuk pundak Xavier yang mengangguk kaku.
Lalu keduanya membalik badan, entah apa yang terjadi di dalam sana.
“Apa yang kalian lakukan, Cepat!" Seru George.
Max menoleh. “Cepat sekali?"
“Memburu waktu." Jawab Xavier, keduanya segera masuk ke dalam mobil dan...
“Tuan... "
“Tenang saja, dia tidak akan mati, mulutnya terlalu berisik."
Nafla tidak sadarkan diri dan bersandar di pundak George.
“Ke markas." Lanjut George.
“Kita akan membawa Nyonya ke markas?" Xavier memastikan kembali.
George melirik wajah tenang istrinya. “Hmm,. dia memilih opsi yang kedua, dan aku hanya mewujudkannya."
gk pnts jd ank
puas kau... kau tendag perut ny brkali"... laki kau...
tlg psh kn merk
kalau aku jadi nafia aku si ogah balik lagi ke orang yg plin plan
ud aq tebak dy gk gila cp" kau nara