NovelToon NovelToon
HUJAN DI REL KERETA

HUJAN DI REL KERETA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Romantis
Popularitas:870
Nilai: 5
Nama Author: Toekidjo

Hujan..
Semua pasti pernah mengalaminya..

Ada banyak cerita dibalik hujan, ada cerita bahagia dan tidak sedikit juga yang menggambarkan hujan sebagai cerita sedih..


Hujan..
Yang pasti adalah sesuatu yang menyebalkan..


Tapi arti sesungguhnya dari hujan adalah anugerah TUHAN


HUJAN DI REL KERETA ini adalah sebagian kecil cerita dari yang terjadi dibalik hujan..


Hujan yang awalnya membawa bahagia…
Tapi hujan juga yang merenggut kebahagiaan itu..

Akankah hujan mengembalikan kebahagiaan yang pernah direnggutnya?


Sebuah kisah sederhana, berlatar belakang di sebuah desa terpencil, dengan kehidupan pedesaan pada umumnya.


Semoga bisa menambah pengalaman membaca dan menemani waktu teman-teman semua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Toekidjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gambar Denah

Malam itu kondisi rumah Eris lebih ramai dari biasanya, karena seperti malam minggu sebelumnya teman Eris lebih banyak yang datang dari pada di hari kerja.

Setibanya dirumah Eris langsung duduk di sofa, kemudian membahas mengenai pembangunan gudang ditempat Fatia esok hari.

Ada beberapa teman yang langsung antusias ada juga yang tetap asyik dengan kegiatanya, tapi khusus untuk Johan dan mas Edi sengaja Eris sudah culik duluan karena mereka bagian terpenting dari proyek ini

“Guys, besok aku perlu bantuan kalian” ucap Eris

“Bantuan apa coi” tanya salah satu teman Eris yang ada di depan tv

“Jadi gini, besok rencananya aku mau membangun gudang di rumah Fatia” ucap Eris

“Mas Edi aku perlu peralatan tukang punya mu, palu, pahat, gergaji dan lain-lain. Aku juga perlu mas Edi yang urus bagian kayunya nanti aku bantu” ucap Eris kearah mas Edi

“Seberapa gede bangunan nya?” Tanya mas Edi

“Sekitar enam meteran, nanti detailnya aku gambar” jawab Eris

“Berarti harus enam tiang, kalau empat tiang gak akan kuat” ucap Mas Edi

“Aku rencananya mau bikin bentuk limasan Mas, empat tiang utama, terus dua belas tiang samping yang lebih kecil” ucap Eris

“Jo, aku butuh crane kecil buat naikin tiang. Soalnya berat pasti berdiriin tiangnya. Di Kantor lu ada kan mobil crane PLN yang biasa dipake buat naikin tiang listrik” ucap Eris kearah Johan

“Mobil itu bisa keluar kalau ada laporan keluhan pelanggan” ucap Johan

“Tenang, senin aku buatin surat laporan nya” ucap Eris

“Besok kita berangkat jam tujuh pagi, kita sarapan disana”

Kemudian Eris mengambil peralatan untuk menggambar denahnya, dengan menggunakan pensil Eris mulai membentuk garis-garis kasar sehingga membentuk sebuah bangunan yang diinginkan, dengan beberapa kali perubahan akhirnya gambar kasar bangunan selesai.

Eris kemudian menyalin hasil gambar kasar tersebut ke atas lembaran kertas yang lebih besar. Menentukan skala ukuran dengan bangunan aslinya. 

Dengan pensil dan penggaris di tangan, Eris membentuk garis demi garis, setiap detail dia perhitungkan, setiap bagian dia rincikan, hingga terciptalah rancangan bangunan yang begitu rapi dan terperinci.

“Itu di tiangnya dikasih umpak” ucap wak Rakim

“Oh iya wak, lupa gambar umpak nya” jawab Eris

wak Rakim ini adalah kakak laki-laki dari ayahnya Eris, kadang-kadang memang suka ikut ngumpul untuk sekedar ngobrol atau minum kopi tapi tidak setiap hari.

Terkadang bercerita tentang jaman belanda, karena usia wak Rakim ini sudah dibilang sepuh.

“wak Rakim, besok kalau tidak sibuk boleh saya minta bantuannya. Karena pasti membutuhkan bimbingan dari yang lebih berpengalaman” ucap Eris

“Iya, besok aku ikut” jawab wak Rakim

“Terima kasih wak” ucap Eris

Jarum jam menunjukan pukul dua belas malam, terlihat beberapa teman Eris sudah tertidur.

“Aku juga harus segera tidur, besok pasti hari yang berat” ucap Eris dalam hati

...****************...

Keesokan hari, terlihat Eris sudah terbangun dan mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan, terlihat juga mas Edi memasukan peralatan-peralatan tersebut kedalam sebuah kotak kayu ukuran satu meter.

“Sudah siap semua mas” tanya Eris 

“Sudah, palu cuman tiga biji kayaknya kurang” jawab mas Edi sembari menghitung-hitung peralatan

“Aku coba cari di ruang belakang, harusnya bapak punya palu, nanti kekurangannya bisa pinjam di paman Tasmun dan ayahnya Fatia juga pasti punya. Jadi totalnya ada enam, harusnya sudah cukup ya” tanya Eris

“Iya, cukup” jawab mas Edi

“Kunci motor lu dimana, aku mau ke kantor ambil mobil crane” tanya Johan

“Di Atas meja Jo, dikamar” jawab Eris

“Ok, aku jalan dulu. Nanti langsung kesana” ucap Johan kemudian memacu motor

“Beres, Jo” jawab Eris 

...****************...

*Ditempat lain

Fatia terlihat tengah disibukkan dengan kegiatanya di dapur, terlihat juga Alfiah, nenek dan bibi Tasmun. 

Bibi Tasmun terlihat duduk di samping penggorengan, sepertinya sedang menggoreng telur dadar. Sedangkan di tungku satunya terlihat sebuah dandang yang sedang mengukus sayuran. Kemungkinan menu sarapan adalah urap dan telur dadar.

Alfiah sedang mengiris bawang, kemungkinan dia sedang menyiapkan bumbu karena disekitarnya terdapat bahan-bahan bumbu lainya.

Nenek Fatia tengah sibuk membersihkan ayam yang sudah dipotong, kemungkinan untuk makan siang.

Sedang Fatia tengah disibukkan dengan membuat minuman, terlihat ceret besar dari aluminium biasanya itu teh. Dan sebuah teko bening terlihat cairan hitam di dalamnya, pasti itu kopi.

Terlihat juga beberapa nampan yang sudah penuh dengan pisang goreng, dan beberapa cemilan lainya.

Mari Kita tinggalkan para ibu-ibu yang tengah sibuk di dapur. 

Di Belakang rumah terlihat ayah Fatia sedang memilah-milah balok kayu kemudian memisahkannya berdasarkan ukuran.

Tidak begitu lama rombongan Eris datang, terlihat Eris sedang memikul sebuah kotak kayu berdua dengan mas Edi. Berjalan mendekat ke arah ayah Fatia, kemudian meletakan kotak yang dipikulnya tersebut kedekat balok-balok kayu.

“Apakah baloknya sudah lengkap paman” ucap Eris setelah meletakan kotak peralatan kemudian bersalaman.

“Iya nak Eris ini ayah sedang memilah-milah” jawab ayah Fatia

“Paman, ini teman-teman Eris, ada mas Edi, Umar, Koimang, Ujang, dan wak Rakim yang kebetulan bisa ikut” ucap Eris sembari memperkenalkan teman-temanya dan menyebutkan namanya satu persatu

“Iya, terima kasih sebelumnya sudah mau membantu” ucap ayah Fatia

“Ini paman, saya sudah menggambar denah bangunanya” ucap Eris sembari membuka gulungan kertas karton selebar satu meter.

“Apa ini gak terlalu berlebihan, ayah cuman mau bikin bangunan yang biasa saja” ucap ayah Fatia

“Ini sudah saya buat sesimpel mungkin kok paman, mungkin digambar saja terlihat rumit” ucap Eris

“Gambar kamu ini udah kayak bikinan arsitek profesional, harusnya kamu jadi arsitek saja” ucap ayah Fatia yang sepertinya tidak bisa menyembunyikan rasa kekagumannya.

“Ah paman, bisa aja bercandanya” jawab Eris

Kemudian mata Eris tertuju balok-balok dan mulai mencoba menghitungnya.

“Ini balok tiang utamanya ada enam ya paman?” Tanya Eris

“Iya, karena rencana awal hanya ingin bangunan kotak memanjang saja” jawab ayah Fatia

“Nanti hanya butuh empat tiang utama dan dua belas tiang yang lebih kecil. dua tiang utama sisanya bisa dibelah jadi empat saja, kekurangan pakai kaso dua disatuin” ucap Eris

“Nak Eris atur saja” jawab ayah Fatia

“Oh iya paman, hampir lupa. Nanti butuh beberapa potong bambu buat dinding bagian belakang dan alas rak” ucap Eris

“Itu di belakang rumah ada rumpun bambu, potong saja berapa yang diperlukan” jawab ayah Fatia

“Ayah, Eris, semuanya ngumpul dulu, sebaiknya kita sarapan dulu” ucap Fatia yang terlihat sedang mempersiapkan makanan di meja panjang yang diletakan di samping teras

“”Ayo nak Eris, wak Rakim mari kita sarapan dulu” ucap ayah Fatia

“Mari paman” jawab Eris

Kemudian semuanya mulai berkumpul ke arah meja, ayah Fatia pertama mengambil piring sarapan dan kemudian duduk di kursi teras, disusul wak Rakim yang juga duduk di kursi teras. 

Karena kursi teras hanya dua yang lain duduk dimana saja, ada yang di lantai teras ada yang di balok-balok kayu ada juga yang duduk sekitaran meja menggunakan alas senemunya.

Suasana pagi itu terasa hangat, sambil menikmati sarapan dan sesekali obrolan-obrolan ringan

Terlihat mobil semi pick up berwarna putih dengan beberapa garis berwarna biru terdapat logo PLN, dibelakang bak mobil terdapat crane berukuran kecil dalam posisi terlipat.

Setelah mobil terparkir di pinggir jalan dekat halaman, Johan tampak keluar dari dalam mobil.

“Jo, sarapan dulu” teriak Eris

“Ok” ucap Johan sambil menyalami semua orang, kemudian melangkah ke meja untuk mengambil sarapan, setelah itu Johan duduk di lantai teras disamping Eris.

“Semuanya ini minuman nya ya” ucap Fatia dari arah meja

“Ini dia pendamping hidup masa depanku” bisiknya dalam hati, saat melihat ke arah Fatia yang saat ini mengenakan baju daster khas ibu-ibu dengan rambut digulung ke atas menggunakan jepitan rambut.

Tanpa riasan, tanpa make-up, tapi tidak mengurangi kecantikan nya yang justru tampak lebih mempesona di mata Eris

Johan yang menyadari tingkah laku Eris, menyenggol kan sikutnya ke arah Eris

“Itu, salah sendok sambel” ucap Johan meledek

Eris hanya merespon dengan senyum malu, kemudian melanjutkan menyantap sarapannya.

1
Astarestya
/Sob/
Astarestya
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!