NovelToon NovelToon
Se Simple Bunga Selamat Pagi

Se Simple Bunga Selamat Pagi

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Diam-Diam Cinta / Cintapertama / Idola sekolah
Popularitas:691
Nilai: 5
Nama Author: happy fit

kinandayu gadis cantik tapi tomboy terlihat semaunya dan jutek..tp ketika sdh kenal dekat dia adalah gadis yang caring sm semua teman2 nya dan sangat menyayangi keluarga nya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon happy fit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 24- dua bulan menuju perpisahan

Udara pagi terasa lebih dingin dari biasanya. Embun masih menggantung di dedaunan, dan matahari belum sepenuhnya naik ketika siswa-siswi SMA Harapan Bangsa sudah ramai berdatangan. Hari itu bukan hari biasa — hari pertama tryout ujian nasional.

Di ruang kelas 12 IPA 1, suasana terasa berbeda. Biasanya ramai dan riuh, kini semua terlihat serius, wajah-wajah tegang berbaur dengan aroma kertas fotokopian.

Kinan duduk di bangkunya, rambutnya diurai rapi dengan bando putih. Di depannya ada buku catatan yang sudah penuh coretan, stabilo warna-warni menghiasi setiap baris. “Ya Tuhan, semoga inget semua,” gumamnya sambil menggigit ujung pulpen.

Maya, yang duduk di sebelahnya, malah tampak santai. “Tenang aja, Kin. Aku aja yang nilainya pas-pasan gak sepanik kamu,” katanya sambil nyender ke kursi.

Kinan menatapnya tak percaya. “Kamu tuh ya, May. Tryout ini latihan terakhir loh sebelum ujian nasional. Masa masih bisa santai?”

Maya nyengir. “Lha aku udah punya backup plan. Kalo gagal, aku buka kedai kopi bareng Andi aja.”

Kinan terkekeh kecil. “Ya ampun, udah mikir masa depan bareng cowok aja terus.”

“Lha kamu juga kan udah punya Danu,” balas Maya, matanya melirik nakal.

Bel tanda masuk berbunyi. Suara kursi bergeser serentak, dan para siswa mulai menyiapkan alat tulis masing-masing. Dari arah pintu, muncul Danu dengan kemeja putihnya yang digulung sampai siku.

“Kin,” panggilnya pelan sambil mendekat, “udah siap?”

Kinan mengangguk, “Cuma agak grogi.”

Danu tersenyum kecil, lalu menaruh sesuatu di mejanya. Sebuah cokelat batangan dengan kertas kecil bertuliskan, ‘Semangat ya, calon dokter bedah.’

Kinan langsung tertegun. “Danu, ini—”

“Gak usah mikir. Makan aja nanti biar gak pingsan karena mikir rumus,” potong Danu cepat sambil nyengir, lalu melangkah ke bangkunya sendiri.

Maya menatap adegan itu sambil menahan tawa. “Romantis banget sih, sumpah aku geli sendiri.”

Kinan cuma menunduk, pipinya merona. “Ssst, jangan berisik, nanti guru pengawas masuk.”

---

Tiga jam berlalu. Tryout hari pertama selesai, dan suasana kelas langsung berubah jadi pasar malam. Semua ngobrol, membandingkan jawaban, ada yang nyesek, ada yang pede.

Kinan menghela napas lega sambil menutup kertas ujiannya. “Selesai juga…”

Danu datang mendekat sambil menenteng botol minum. “Gimana, Kin?”

“Lumayan. Tapi bagian biologi bikin pengen nangis,” keluhnya.

Danu tertawa kecil. “Tenang, masih ada waktu buat belajar. Aku bantu deh.”

Sebelum Kinan sempat menjawab, Maya langsung nyeletuk, “Nah tuh, dibantu pacar sendiri. Aku juga mau dong, tapi Andi udah nungguin di depan.”

Kinan melirik. “Serius? Dia dateng?”

“Iya lah, katanya mau ngajak makan di luar bareng kalian juga.”

Kinan mengerjap. “Bareng kita?”

“Yup! Double date!” seru Maya penuh semangat.

Danu dan Kinan saling berpandangan. Danu mengangkat alis. “Gimana, dokter kecil? Mau refreshing bentar?”

Kinan menatap lembar jawabannya sebentar, lalu tersenyum. “Oke deh. Otak juga butuh istirahat.”

---

Mereka berempat akhirnya mampir ke sebuah kafe kecil di dekat sekolah — tempat favorit anak SMA buat nongkrong sepulang ujian.

Andi sudah datang duluan, duduk di pojokan dekat jendela. Maya langsung nyelonong duduk di sampingnya tanpa malu-malu.

“Eh Kin, Dan! Sini sini!” serunya sambil melambai.

Danu dan Kinan duduk berseberangan. Pelayan datang membawa menu, dan suasana mulai hangat.

Andi menatap Maya yang sibuk memilih menu. “Kamu kayaknya gak pernah bosen ke sini deh.”

“Ya gimana, kopi di sini paling enak,” jawab Maya santai, “dan tempatnya romantis, cocok buat pasangan kayak kita.”

Kinan terkekeh, “Duh, aku sampe iri liat kalian.”

Danu menimpali sambil menatap Kinan lembut, “Kalo mau, kita juga bisa sering-sering ke sini.”

Kinan menunduk, tersenyum malu. “Danu, banyak yang liat loh.”

Danu santai menyandarkan punggung. “Biarin, mereka kan cuma iri.”

Maya langsung ngakak. “Ih, gombalnya udah level mahasiswa nih, bukan anak SMA lagi.”

Percakapan mengalir ringan. Mereka saling menggoda, bercerita soal soal-soal tryout yang susah, sampai impian setelah lulus nanti.

Andi ingin kuliah di jurusan teknik, Maya pengen di desain komunikasi visual, sedangkan Danu bercita-cita jadi arsitek

Kinan mendengarkan semuanya dengan tatapan lembut. “Hebat ya kalian udah punya arah masing-masing.”

“Lah kamu juga kan udah jelas, calon dokter bedah masa depan,” ujar Danu sambil menatapnya penuh keyakinan. “Aku yakin kamu bisa, Kin.”

Kinan menatap Danu lama-lama, lalu tersenyum. “Makasih ya, Dan. Kamu tuh selalu bisa bikin aku tenang.”

Suasana sejenak hening, hanya ada suara lagu lembut dari pengeras kafe. Maya dan Andi saling tatap, lalu pura-pura sibuk dengan ponsel biar gak ganggu.

Danu menggenggam tangan Kinan pelan di bawah meja. “Aku gak sabar liat kamu pakai jas putih nanti.”

“Dan…” Kinan menatap matanya. “Aku juga gak sabar liat kamu sukses. Tapi jangan lupa, sebelum itu kita harus lulus dulu.”

Danu tertawa kecil. “Iya deh, fokus belajar dulu, baru romantis lagi nanti.”

Mereka berdua tertawa bersamaan.

---

Sore menjelang. Setelah kafe mulai sepi, mereka memutuskan untuk pulang. Maya dan Andi jalan duluan ke arah parkiran, meninggalkan Danu dan Kinan yang masih duduk di depan kafe.

“Dua bulan lagi ya…” bisik Kinan pelan. “Cepet banget waktu berlalu.”

“Iya,” jawab Danu sambil menatap langit yang mulai jingga. “Tapi aku bersyukur sempet punya momen kayak gini bareng kamu.”

Kinan tersenyum, menatap Danu lembut. “Aku juga, Dan.”

Danu menunduk sedikit, wajahnya mendekat, tapi hanya berhenti beberapa senti dari wajah Kinan.

“Untuk sementara,” katanya pelan, “kita janji, fokus dulu ya. Nanti kalau semua udah selesai… baru aku lanjutin.”

Kinan tertawa kecil. “Deal.”

Mereka berjalan berdampingan menuju gerbang, matahari sore mengiringi langkah mereka yang terasa begitu ringan. Dua bulan menuju perpisahan, tapi justru hari-hari itu terasa paling berarti.

---

To be continued 🔥🫶

1
Rachmad Irawan
semangat author.. jangan lupa update yg rutin ya thor 😍😍 love you author
Guillotine
Bravo thor, teruslah berkarya sampai sukses!
Winifred
Gak terasa waktu lewat begitu cepat saat baca cerita ini, terima kasih author!
happy fit: makasih komentar nya best..dukung author trs ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!