Sejak kematian ayahnya yang misterius, Elina diam-diam menyimpan dendam. Saat Evan—teman lama sang ayah—mengungkapkan bahwa pelakunya berasal dari kepolisian, Elina memutuskan menjadi polisi. Di balik ketenangannya, ia menjalankan misi berbahaya untuk mencari kebenaran, hingga menyadari bahwa pengkhianat ada di lingkungan terdekatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Detik terakhir
Evan tiba di pelabuhan, pandangannya menyapu area sepi di luar pagar besi yang berkarat. Namun, ia tahu kesunyian itu menipu—di dalam sana sedang terjadi sesuatu. Saat matanya menangkap mobil hitam yang biasa digunakan Valencia, detak jantungnya langsung meningkat. Tanpa ragu, ia mengambil jalur memutar, memilih jalur gelap di sisi barat pelabuhan agar tak terdeteksi.
"Elina...," gumamnya rendah. Ia tahu Raden bukan lawan sepele—licik, manipulatif, dan selalu punya rencana cadangan. Jika Valencia, jatuh ke tangannya, semuanya bisa hancur, termasuk rahasia yang selama ini ia lindungi.
Begitu masuk area dalam, langkah Evan berhenti. Pandangannya menajam saat melihat dua sosok di kejauhan—Valencia dan Alaric terikat di dalam mobil yang digantung dengan rantai besar di atas kontainer. Borgol menahan tangan mereka, dan dari atas, sebuah derek perlahan menurunkan beban logam berat, siap menghantam mobil itu dalam hitungan menit.
Tangan Evan mengepal kuat, urat di pelipisnya menegang. Tatapannya dingin dan penuh perhitungan.
"Tidak akan kubiarkan kalian mati di depan mataku," gumamnya pelan, suaranya nyaris seperti geraman.
Tanpa membuang waktu, ia mulai bergerak cepat di antara bayangan kontainer, mencari celah untuk menyusup dan menyelamatkan Valencia sebelum semuanya terlambat.
•●●○●●•
Sementara Valencia terus berusaha membuka borgol di tangannya, napasnya mulai tak beraturan. Ia menoleh ke arah Alaric yang masih terkulai tak sadarkan diri di sampingnya.
"Al... bangun, Al," ucapnya panik sambil mengguncang pelan bahu rekan setimnya itu.
Tak ada respons. Suara mesin berat di luar semakin dekat—raungan logam bergesekan membuat dada Valencia semakin sesak. Ia kembali mencoba menarik borgolnya dengan sekuat tenaga, pergelangan tangannya mulai memar.
“Ah, sial…” desisnya, menatap ke atas dengan ngeri. Mobil besar di atas mereka tampak mulai miring, siap menimpa kapan saja.
Tiba-tiba Alaric mengerjap lemah, pandangannya kabur sebelum akhirnya fokus pada Valencia. “Val…?” suaranya serak, hampir tak terdengar.
Valencia langsung menoleh, rasa lega menyeruak di dadanya. “Al, untung kamu sadar. Sekarang kita harus keluar dari sini, cepat!” katanya cepat, mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang walau jantungnya berdegup liar.
Alaric berusaha bangkit, tapi tubuhnya kaku dan rasa sakit menyerang seluruh persendiannya. Ia mencoba menarik rantai borgol itu, namun posisinya justru semakin terjepit.
“Val… nggak bisa, ruangnya makin sempit,” rintihnya tertahan.
Logam di atas mereka berderit keras. Mobil besar itu perlahan meluncur turun, menekan atap mobil tempat mereka terjebak. Nafas keduanya semakin berat, udara di dalam kabin menipis.
Tiiin! Tiiin! Suara klakson di luar terdengar samar, tapi mereka sudah terlalu lemah untuk bereaksi.
Brugh!
Suara benturan keras menggema. Mobil yang hampir menghimpit mereka tiba-tiba berhenti di tempat. Valencia membuka mata perlahan, menatap ke luar melalui kaca retak. Ia melihat mobil Evan yang menabrak mesin besar itu—menahan agar tak menimpa mereka.
Valencia menarik napas panjang, tubuhnya bergetar. “Kita… kita selamat,” ucapnya lega.
Alaric meringis, menahan sakit di bahunya. “Syukurlah…,” gumamnya lemah, mencoba tersenyum walau wajahnya pucat.
Beberapa detik kemudian, suara sirene menggema di seluruh pelabuhan.
Wiiuu… Wiiuu…
Mobil polisi berhenti tak jauh dari sana. Dari kejauhan, suara Bayu terdengar memanggil dengan panik, “Al! Val!”
Saat melihat rekan-rekannya terjepit di dalam mobil, Bayu langsung berlari. “Cepat! Panggil bantuan medis sekarang!” serunya.
Wajahnya tegang, tak sempat berpikir lain selain menyelamatkan dua orang yang nyaris kehilangan nyawa di depannya.
bab slnjut ny thor