Demi harta Dirja rela melakukan pesugihan, pesugihan yang katanya aman. Tak perlu menumbalkan nyawa, hanya perlu menikah lagi saja. Semakin Dirja menikah dengan banyak wanita, maka harta yang dia dapatkan juga akan melimpah.
"Ingat, Dirja! Kamu harus menikah dengan wanita yang memiliki hari spesial, seperti wanita yang lahir pada malam satu suro. Atau, wanita yang lahir pada hari Selasa Kliwon."
"Siap, Ki! Apa pun akan saya lakukan, yang terpenting kehidupan saya akan jadi lebih baik."
Akan seperti apa kehidupan Dirja setelah melakukan pesugihan?
Benarkah pesugihan itu aman tanpa tumbal?
Gas baca, jangan sampai ketinggalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berdebat
Kaget dan juga merasa khawatir, itu yang dirasakan oleh Dirja ketika melihat pemilik kontrakan rumah yang saat ini dia tinggali ada di hadapannya. Dia takut kalau pria itu melihat dirinya memasukan karung berisikan uang ke dalam mobilnya.
"Kamu ngapain pagi-pagi buta sudah di luar? Terus, apa yang kamu masukkan ke dalam mobil? Soalnya tadi saya lihat kamu bawa karung, kamu nggak membunuh istri kamu dan menyimpan mayatnya di dalam mobil, kan?"
Rasa khawatir itu berubah menjadi kesal dan juga marah, karena bisa-bisanya pria itu menduga kalau dirinya sudah membunuh wanita yang baru dinikahinya. Enak saja, pikirnya. Wanita itu adalah pembuka pintu rezekinya, mana mungkin dia membunuhnya.
"Pak Topik salah paham, saya memasukkan barang saya ke dalam karung. Lalu, saya masukan ke dalam mobil, soalnya saya besok sudah harus pergi."
Topik tentu saja tidak percaya begitu saja dengan apa yang dikatakan oleh Dirja, dia sudah melihat banyak kejahatan yang terjadi. Dia takut nanti akan menjadi sial karena apa yang dilakukan oleh Dirja.
"Masa sih? Saya periksa deh, saya takut kamu bohong. Nanti beberapa hari kemudian kontrakan saya rame lagi gara-gara pembunuhan yang sudah kamu lakukan," ujar Topik.
"Nggak usah liat apa yang ada di dalam mobil saya," ujar Dirja karena takut pria itu akan mengetahui isi dari karung yang ada di dalam mobilnya.
Topik semakin curiga saja dengan penolakan yang dilakukan oleh Dirja, karena kalau misalkan pria itu tidak bersalah, pasti dirinya tidak akan dihalangi.
"Tuh, kan. Kalau misalkan kamu tidak mengizinkan saya untuk melihat isi dari karung itu, berarti kamu sudah membunuh istri kamu sendiri."
"Ya ampun, Pak. Ayo ke rumah kontrakan saya," ajak Dirja yang merasa geram dengan tuduhan pria itu.
"Nggak bisa, saya mau periksa isi karung yang ada di dalam mobil kamu. Kamu jangan coba-coba menghalangi saya," ujar Topik yang berusaha untuk membuka pintu mobil itu.
Sayangnya pintu mobil itu dikunci, hal itu membuat Topik kesulitan untuk mencari tahu apa isi dari karung yang ada di dalam mobil itu.
"Cepat buka! Kalau tidak, saya bakalan berteriak biar banyak warga yang datang. Biar kamu dipukuli sekalian, baru datang saja sudah membuat ulah!"
"Jangan, Pak. Sumpah saya tidak melakukan hal yang buruk, saya hanya menyimpan karung berisikan barang-barang saya saja."
"Barang apaan coba? Kamu itu baru pindah, kemarin saja tidak bawa apa-apa. Mau tidur saja tidak punya alas tidur, makanya saya merasa kasihan dan memberikan kasur lipat milik saya."
"Pak! Tolong percaya sama saya, sekarang mending Bapak masuk ke dalam kontrakan saya. Bapak lihat dengan jelas di sana ada istri saya yang sedang tidur, kalau misalkan di dalam tidak ada istri saya, baru Bapak boleh berpikir macam-macam."
"Oke! Kita lihat di dalam ada istri kamu atau tidak, tapi saya takut kamu membunuh saya. Jadi, saya akan ajak istri saya untuk masuk ke dalam rumah kontrakan kamu."
"Iya, Pak. Siap, ajak aja. Biar nantinya saya tidak difitnah lagi," ujar Dirja.
Topik segera berlari masuk ke dalam rumahnya yang tidak jauh dari sana, tak lama kemudian dia datang kembali bersama dengan istrinya.
Dirja mengajak pria itu dan juga istrinya untuk masuk ke dalam rumah kontrakannya, ketika dia membuka pintu kamarnya, di sana terlihat dengan jelas kalau Nina ada di dalam kamar itu. Wanita itu tertidur dengan begitu pulas, kain yang menutupi tubuhnya sedikit turun sampai menampilkan setengah dadanya.
"Astagfirullah!" ujar Topik yang dengan cepat berbalik badan. Dia takut kalau istrinya akan marah karena sudah melihat sebagian tubuh wanita lain.
Lalu, dia keluar dari dalam rumah kontrakan itu diikuti oleh istrinya. Dirja menggelengkan kepalanya, daripada pria itu harus melihat uangnya, mendingan memperlihatkan Nina, pikirnya.
"Maaf kalau saya sudah salah paham, tetapi seharusnya anda tidak mengajak saya untuk masuk ke dalam kamar juga!" kesal Topik.
"Lagian Bapak tidak percaya dengan apa yang saya katakan, sekarang kalian percaya, kan?"
"Iya, percaya. Saya pamit," ujar Topik yang langsung menarik kelembut tangan istrinya agar segera pergi dari sana.
Dirja tertawa melihat Topik yang ke-maluan sendiri, Dirja yang merasa lelah langsung masuk ke dalam kamar dan tidur di samping Nina. Lumayan bisa istirahat, karena nanti jam 09.00 dia harus pergi ke kampus untuk mendaftar kuliah Nina.
"Kang! Bangun, Nina sudah membelikan sarapan buat kita."
Nina sudah bangun, dia langsung mandi dan membelikan sarapan untuk suaminya itu. Dirja cepat-cepat bangun dan sarapan bersama dengan istrinya itu, setelah itu dia mandi dan mengajak istrinya itu untuk mendaftar kuliah di universitas yang diinginkan oleh istrinya.
"Kita kenapa harus naik bajaj sih, Kang? Kan' ada mobil Akang? Walaupun mobil bak terbuka, tetapi Nina tidak malu kalau Akang bawa Nina pake mobil itu."
"Gak apa-apa, udah nurut aja."
Nina tidak mau berdebat dengan suaminya, akhirnya dia dan juga suaminya masuk ke dalam universitas tersebut. Dia disambut dengan hangat oleh pengurus kampus, wanita itu bisa dengan mudah masuk ke universitas sesuai dengan keinginannya karena uang yang dikeluarkan oleh Dirja.
"Makasih ya, Kang. Akang memang terbaik," ujar Nina setelah mereka kembali ke kontrakan.
"Iya, Sayang. Ini adalah uang buat pegangan kamu, Akang mau pergi ke rumah sakit. Kamu jangan nakal, harus tahan walaupun jauh dari Akang. Dua Minggu sekali Akang akan datang untuk nemuin kamu," pesan Dirja.
"Iya, Kang. Hati-hati," ujar Nina senang.
Bagaimana dia tidak senang kalau sekarang dia bisa kuliah, dia juga bisa memegang uang yang banyak tanpa harus melayani Dirja. Hanya perlu dua minggu sekali dia bertemu dan melayani pria itu, ternyata menjadi istri ketiga itu sangat mudah bagi Nina.
Dirja langsung pergi ke rumah sakit, dia langsung masuk ke dalam ruang perawatan khusus untuk Darmi. Dirja tersenyum senang ketika melihat ruang perawatan Darmi, karena ternyata wanita itu ditempatkan di ruang perawatan yang sangat bagus.
"Sayang," panggil Dirja ketika pria itu masuk ke dalam ruangan perawatan Darmi.
Darmi membuka matanya ketika mendengar suara suaminya, senyum di bibirnya langsung terukir. Senang sekali dia bertemu dengan suaminya, Dirja dengan cepat menghampiri Darmi dan memeluk wanita itu dengan erat.
"Akang kangen, bagaimana keadaan kamu sekarang, Sayang?"
"Baik, Kang. Adek baik," jawab Darmi.
Wanita itu berkata baik-baik saja, tetapi dia menangis dan menjawab pertanyaan Dirja sambil terisak. Dirja mengurai pelukannya, dia senang bukan main mendengar istrinya bisa berbicara kembali.
"Kamu bisa bicara lagi, Sayang?"
"Ya, tapi ada kabar buruk."
"Kabar apa itu?" tanya Dirja penasaran.
punya pikiran tidak sih Dea ini.
Egois, judes dan emosian
iblis kalau di turuti semakin menjadi membawamu makin dalam terperosok dalam kehinaan .
Dirja ,ringkih banget hatimu ,baru di katain begitu kau masukkan ke dalam hati terlalu jauh ,hingga punya pikiran melenyapkan kehidupan insan tidak bersalah yang baru berkembang.
semangat teh Ucu