She Is Mine

She Is Mine

Berliana Anggun Permata

Berliana Anggun Permata

Begitulah namanya melambung tinggi di negara Y.

Negara dimana banyak sekali orang-orang berbakat yang tinggal dan termasuk negara maju. Negara Y juga yang telah melambungkan namanya, hingga sampai ke seluruh penjuru negara.

Siapa yang tidak kenal dengan Berliana? namanya bahkan sudah melambung tinggi. Selain itu semua, berita tentang kehidupan Berliana sangat di cari-cari, hal itu menjelaskan jika publik seakan sangat penasaran dengan kehidupan pribadinya.

Gadis yang memiliki paras yang sangat cantik, manis, dan terlihat anggun, ia merupakan seorang model internasional. Usianya kini akan memasuki 24 tahun.

Tapi, entah mengapa gadis cantik itu tidak pernah terlihat berhubungan atau dekat dengan seorang laki-laki. Bahkan, para penggemar berat dari Berliana yang kadang mirip seorang penguntit, mereka tidak pernah melihat Berliana berkencan sekalipun dengan laki-laki.

Hal tersebut membuat beberapa orang-orang yang iri pada Berliana, memanfaatkan itu untuk menggunjing dirinya dan berusaha terus menjatuhkan karirnya di dunia model. Di tengah gempuran berita miring tentangnya, Berliana tetap acuh dan abai, ia justru sangat fokus pada karirnya.

Dan dibalik semua sifat kuat dan acuh Berliana, tersimpan kerapuhan dan kesedihan yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Seakan kesedihan yang dirasakannya itu terlalu dalam, hingga membuat dirinya harus bersikap acuh demi melindungi hati dan harga dirinya.

Aku tidak lebih dari seorang pengecut, yang bersikap abai karena takut dengan rasa sakit

Berliana~

Exsel Bernard Pratama

Laki-laki tampan dengan fitur wajah yang nyaris sempurna. Segala hal yang ia lakukan selalu terlihat sempurna di mata orang lain. Rasa kagum dan teriakan histeris, sudah biasa baginya. Hal itu, seakan menjadi makanannya sehari-hari.

Exsel sedikit misterius, ia orang yang susah untuk di tebak. Di satu sisi dia sangat membenci seorang Berliana. Tapi di sisi lain, ia seolah sangat ingin melindungi wanita itu.

...*****...

Berliana yang kala itu baru saja melakukan sesi pemotretan, ia langsung keluar dari ruangan tempat pemotretan yang tadi berlangsung. " Berliana, minum dulu!" Seorang asisten yang memiliki fitur wajah yang terkesan judes memberikan minuman yang sempat dibelinya tadi pada Berliana.

"Tidak, aku tidak haus Kak,"

Berliana masih dengan aktifitasnya yang sedang berjalan sambil memainkan ponselnya.

Sudah biasa dengan sikap Berliana yang cuek, asisten yang bernama Sinta itu memilih meminum jusnya langsung. Padahal niatnya membuka jus kemasan agar bisa di minum langsung oleh Berliana.

Sinta yang memang telah lama bekerja sebagai asisten sekaligus manajer Berliana, ia tak pernah mengambil hati ataupun merasa tersinggung oleh sikap acuh Berliana.

Karena tidak ada yang mengenal Berliana selain dirinya.

"Apakah ada jadwal pemotretan yang lain?" tanya Berliana tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Sepertinya tidak ada, bentar aku cek dulu." Melihat jika memang tidak ada jadwal pemotretan lagi, ia kembali menatap ke arah Berliana yang ada dihadapannya.

"Apa kamu ingin pergi lagi?" tanya Sinta, ia memang sering melihat Berliana pergi setiap minggu, atau kadang setiap bulan untuk pergi mengunjungi suatu tempat. Entah, Sinta tidak mengetahui dengan pasti dimana tempatnya.

Tanpa menjawab, seperti biasa Berliana langsung mengangguk singkat.

"Sebenarnya kamu ingin ke mana setelah ini?, apa Perlu aku temani?" tawar Sinta dan langsung di jawab gelengan oleh Berlian.

"Tidak perlu! aku hanya ingin pergi sendiri Kak," tolak Berliana, ia memang tidak suka dengan seseorang yang terlalu dekat dengannya.

Padahal hanya Sinta orang yang paling dekat dengan Berliana. Tapi ternyata Berliana masih memberikan jarak pada Sinta sebagai pembatas.

Memasukan ponsel ke dalam tasnya, setelah itu Berlian berjalan pergi meninggalkan Sinta yang berada di belakangnya.

Tapi saat sudah beberapa langkah di depan Sinta.

Berliana tiba-tiba berhenti sejenak dan menoleh ke arah Sinta. “Ingat Kak! jangan berani-berani untuk mencoba mengikuti aku, atau memata-mataiku Kak.” Berliana terdengar mengancam saat mengatakan itu.

Dengan wajahnya yang terkesan judes, Sinta menautkan alisnya seolah sedikit bingung. "Tenang saja, aku tak akan melakukan itu. Lagipula aku sibuk untuk mengurus kontrak kamu dengan perusahaan F.A entertainment," balas Sinta dengan nada acuh.

Berliana kembali melanjutkan langkahnya. Ia berjalan menuju parkiran mobil dan mencari mobil miliknya.

Mobil terbaru yang di desain sesuai seleranya, dengan warna merah menyala terang, menjadi perhatiannya saat ini. Itulah mobil miliknya yang sudah lama Berliana beli, tapi karena sangat suka dengan mobilnya itu, ia sedikit memodifikasi agar selalu terlihat baru.

“Membosankan!” Berliana sedikit mengumpat saat ia menyadari jika ada penguntit atau penggemar beratnya yang sedang memperhatikannya dari jarak yang cukup dekat.

Tanpa menunggu, Berlian langsung menjalankan mobilnya. Tapi, tiba-tiba ia menghentikan mobilnya di sebuah mall besar. Berliana berencana mengelabui penguntit itu, ia turun dari mobilnya dan memasuki toko pakaian yang lengkap dengan aksesoris lainnya.

Saat di rasa penampilannya kini sudah tidak akan dikenali penguntit itu, Berlian keluar dari ruang ganti dan langsung membayar. Menyadari jika penguntit itu tidak mengenal dirinya, tanpa menunggu lama Berlian segera keluar dari mall dan berjalan menuju mobilnya, baru setelah itu ia menuju tempat yang ingin dikunjunginya.

...******...

Di tempat yang Berliana tuju.

Berliana terlihat berada di sebuah pemakaman. Wajahnya yang acuh dan datar yang biasa ia tunjukkan pada dunia, seakan hilang. Kini yang terlihat hanyalah wajah lemah dan tidak berdaya, air mata tak berhenti turun dari pipinya. Berkali-kali Berliana mengusap air matanya, berkali-kali pula air matanya turun tanpa bisa di cegah.

“Maaf.” Kata-kata itu terus saja terucap hingga berkali-kali dari bibirnya.

Wajahnya penuh rasa bersalah dan penyesalan yang tak bisa di gambarkan. Padahal Berliana bukan penyebab kematian dari nisan yang kini sedang ia pegang.

Tapi dirinya, seakan sangat menyalahkan dan menimpakan kesalahan atas kematian yang sudah jelas bukan di sebabkan olehnya. Setelah cukup lama menangis, hingga Berliana yang merasa sakit di tenggorokannya karena merasa sesak. Ia akhirnya mengakhiri lamunannya.

“Pulang dulu ya Nak, saat ada waktu nanti pasti Mamah akan berkunjung lagi ke sini.”

Ya! Makam itu adalah makan anak Berliana. Bayi yang seharusnya kini berusia akan berusia 5 tahun berdasarkan kehamilannya dulu. Hanya saja sebuah kecelakaan yang menimpanya membuatnya harus kehilangan anaknya di usia yang sangat muda.

Berliana bangkit dari posisi berjongkoknya, ia lalu berjalan meninggalkan area pemakaman yang terlihat sangat terawat itu.

Hampir setiap bulan Berliana akan selalu menyempatkan waktunya di tengah waktu kerjanya yang padat. Rasanya bekerja hanyalah pengalihannya saja atas semua rasa sakit di masa lalu.

Berliana seakan berusaha untuk bisa berdiri di atas kakinya sendiri agar tidak ada yang meremehkannya lagi. Ia tidak ingin terlihat lemah dan tak berdaya seperti dulu.

Mungkin sekaya dan sesukses apapun Berliana sekarang, ia tetap tidak akan bisa menyaingi kekuasaan dan kehebatan orang itu'

Tapi setidaknya Berliana tidak akan diam jika ditindas.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!