Mengisahkan tentang Kyara gadis cantik jelita berpenampilan sederhana dan hanya seorang anak dari pemanen buah sawit, Gadis ini seorang pekerja keras namun memiliki kelembutan hati yang tak sembarangan orang miliki.
Karena suatu kejadian tidak terduga membuat Kyara terpaksa menikah dengan Lucas anak dari bos Ayah nya. Konflik mulai bermunculan setelah Kyara resmi menikah dengan Lucas.
Dari Lucas yang tak pernah menganggap Kyara ada sampai kecemburuan yang timbul di hati Sarah kekasih hati Lucas, kerap kali Sarah berbuat jahat kepada Kyara. Hingga suatu ketika Kyara dituduh pernah mencelakai Sarah.
Saat Kyara merencanakan balas dendam nya, tiba-tiba seseorang yang pernah ada di hati Kyara muncul. Mereka bersatu untuk menghancurkan Lucas sehancur-hancurnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asteria Mandelle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMBALI KE KAMPUNG HALAMAN
Sambil menahan tangan gadis itu, Lucas memencet tombol nurse call button. “Berikan dia obat penenang.” Meminta pada suster yang baru saja tiba di ruangan itu menggunakan bahasa inggris sebab dia dan Kyara masih berada di Singapura.
Dalam hitungan detik tubuh Kyara ambruk di atas ranjang, Lucas mendudukan bokongnya dengan kasar di kursi yang tersedia disana.
“Hidup lo, kasihan sekali gadis cerewet.” Tatapannya redup, seakan ikut merasakan luka di hati gadis yang terbaring lemah di atas ranjang Rumah Sakit itu.
Sekarang telah pukul tujuh malam, jet pribadi telah tiba di bandara. Infus yang terpasang di tangan gadis itu sudah dilepas, mereka akan kembali ke Jakarta. Mobil yang menjemput mereka telah menunggu parkiran Rumah Sakit.
“Ayo, kita pulang sekarang.” Lucas menuntun istrinya sampai kedepan pintu mobil, kesehatan gadis itu menurun.
Mobil yang membawa mereka meninggalkan Negeri Singa itu, menghabiskan waktu istirahat di dalam jet itu. Setelah menempuh perjalanan sedikit lebih lama karena cuaca tiba-tiba hujan lebat.
*
*
*
Semalam mereka dijemput oleh asisten Lucas untuk menginap hotel di dekat Rumah Sakit itu. Terlalu jauh jika mereka kembali ke Apartemen, dan sudah meminta Roy untuk menyiapkan pakaian mereka.
“Mas, ayo kita berangkat sekarang.”
Mereka melajukan mobil ke arah Rumah Sakit untuk menjemput jenazah ibunya berada. Agung menemani jenazah istrinya, meski fisiknya sudah pulih namun pikirannya masih mengingat kejadian beberapa bulan lalu dan tatapannya kerap kali kosong.
“Ayah.” Gadis itu membelai lembut punggung lelaki paruh baya yang tengah duduk sendirian di depan ruang jenazah.
Menghembuskan satu kali tarikan napas, gadis itu mencoba lebih tegar dari sebelumnya. Ia tak boleh selamanya larut dalam kesedihan. Masih ada tanggung jawab yang harus Kyara lakukan, menggurus Ayah dan adiknya.
“Lala, apa dia masih di ruangannya, Yah?” Agung dian tanpa respon, matanya bergerak ke sana kemari dan itu berulang kali.
Lucas hanya bisa memperhatikan mereka dari kejauhan, bukan ia tidak peduli melainkan tidak tahu harus berbuat apa. Gadis itu mendekat ke arahnya. “Mas, aku boleh minta tolong untuk menjemput Lala?”
Pria itu mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju ruangan VVIP, ia melihat gadis itu duduk termenung di sudut ranjang. Ia mendekat perlahan dan duduk di seberangnya.
“Kamu kenapa?” gadis kecil itu sontak menoleh ke sumber suara yang berada di sebelahnya.
Ia menunduk detik berikutnya cairan hangat menetes jatuh di atas rok yang ia pakai, dengan cepat ia menutup wajah dengan kedua tangannya.
“Tidak apa-apa menangislah, agar sakit yang kau tahan terlepas.”
Pria itu duduk menunggu hingga gadis kecil itu tenang, lalu mengajaknya ke ruang jenazah. “Ayo, kakakmu sudah menunggu dari tadi.”
Dari sudut lorong Rumah Sakit pria itu melihat istrinya tengah berbincang dengan Dokter, sesekali gadis itu mengangguk pelan. Dokter menangkap keberadaanya seolah menyadari kehadiran Lucas.
“Kebetulan sekali Pak Lucas sudah disini.” Lucas mengernyitkan alisnya.
“Ada apa, Dok?”
“Sebaiknya jenazah segera dikuburkan, sebab sudah satu malam ia menginap takut jenazahnya mengeluarkan bau tidak sedap.”
Lucas mengangguk paham. “Ia rencana saya pagi ini kami pulang ke Surabaya, Dok.”
Setelah melakukan segala persyaratan mengurus identitas jenazah, pukul sembilan pagi mereka semua pulang ke Surabaya. Jenazah Ibu gadis itu di antar oleh ambulan, sedangkan Kyara, Agung, dan Lala mereka naik mobil Lucas.
“Bi, siapkan semua perlengkapan untuk Ibu. Kami sudah berangkat pulang.” Gadis itu menelpon Bibi Sila.
*
*
*
Setelah menempuh satu jam mereka tiba di kota kelahiran gadis itu, saat tiba di depan jalan rumah Kyara terpasang bendera kuning. Hingga di depan rumah nya tenda telah terpasang, semua tetangga dan keluarga membantu persiapan pemakaman sang ibu.
Saat suara sirine menggema, semua orang mencoba untuk tegar. Namun air mata tak mampu lagi tertahan. Semua merasakan duka melihat jenazah itu tiba.
“Mba— hiks!” Bibi Sila mendekat ke arah mobil tak kuasa menahan air mata yang sejak tadi tertahan, paman Darma mencoba menguatkannya.
Semua penumpang di mobil Lucas turun satu persatu, Kyara membantu adiknya untuk keluar dari mobil dengan bantuan Lucas. Bibi Sila menghampiri mereka, mendekap gadis itu dalam pelukannya.
“Ra, kamu harus kuat untuk adik dan juga Ayahmu.” Pelukan itu semakin erat di iringi tangisan keduanya.
Di sudut mata Lucas telah mengembun secepat kilat ia menghapusnya tak ingin orang lain melihatnya ikut terpukul.
“Bibi—” Lala memanggil Bibi untuk memeluknya juga.
“Sayang. Kamu anak yang pintar, jangan sedih ya nak, biarkan Ibumu tenang di sisi-Nya.”
Bibi mengajak mereka semua masuk ke dalam, sebab luka Lala belum sembuh total, biar jenazah diurus oleh orang yang berpengalaman.
“Ayo, kita masuk biar kalian istirahat dulu.” Sila menuntun Lala dengan perlahan di iringi Lucas, Kyara dan Agung.
Kyara masuk ke dalam kamar orang tuanya melihat kenangan-kenangan Ibunya yang tersisa. Baju itu, baju yang belum selesai dirajut oleh Sang Ibu. Ia mengambil dan membawanya ke dalam pelukannya hanya ini yang menyisakan kenangan teramat dalam.
“Kyara.” Lucas berdiri di ambang pintu melihat gadis itu terduduk di lantai. Ia mendekat ke arah gadis itu.
“Ada apa mas?” Gadis itu tidak memalingkan wajahnya dari baju itu, menghapus kasar air mata yang berulang kali menetes.
Lucas ikut duduk di sebelah gadis itu, mendekap gadis itu dalam pelukannya. Mencoba menguatkan gadis yang baru saja kehilangan orang terkasihnya.
“Sudah cukup lo nangis, mata lo udah kayak panda.”
“Mas— aku sedang tidak ingin bercanda.”
“Gue nggak bercanda, coba lo ngaca deh.”
Lucas memberikan kaca peninggalan Diyana di atas meja riasnya, benar mata indah Kyara sekarang telah berubah menjadi mata panda.
“Benarkan apa kata gue? Udah yuk kita makan dulu, Bibi Sila telah menyiapkan makanan untuk kita.”
“Aku tidak lapar mas.”
“Gue nggak peduli lo nggak laper atau apapun, sekarang lo harus makan. Jangan keras kepala! Kasihan sama cacing yang ada di perut lo minta di kasih makan.”
Lucas meninggalkan gadis itu sendirian, dia mengambilkan sepiring makanan untuk gadis itu. Lalu kembali ke dalam kamar itu.
“Ini makan dulu!”
***
Bersambung.
Siapa yang ngga sedih ditinggal oleh orang tersayang.
Jangan lupa like, comment, vote dan juga beri bintang 5 kalo kalian suka cerita ini ❤️
Salam dari Bunga Aster ❤️