Terjerat Hutang Berujung Nikah Muda

Terjerat Hutang Berujung Nikah Muda

MERENCANAKAN PERNIKAHAN!!!

“Aku tidak mau Dad!" Nada bicaranya naik, menahan amarah.

Suasana menegangkan pada sore itu. Di ruang keluarga yang terlihat cukup mewah dan megah terdapat sepasang orang tua yang sedang merencanakan pernikahan putra mereka, terutama Daddy selaku kepala keluarga sudah tidak tahan dengan kelakuan putranya yang terlalu mengikuti budaya barat.

Lucas Raymond adalah anak tunggal dari Andrean Raymond orang terkaya di kota Jakarta. Lucas menolak rencana pernikahan yang Andrean rencanakan untuknya.

“Kau harus menikah minggu depan!” ujar Andrean dengan suara husky nya.

“Aku tidak mau, Dad. Jangan memaksakan kehendak mu padaku, aku sudah memiliki pasangan yang akan segera aku nikahi,” imbuh Lucas memalingkan wajahnya.

Menatap berang pada Lucas. “Siapa? Wanita itu? Daddy tidak merestui pernikahan kalian.”

“Ini hidup aku Dad, keputusan apapun aku yang menentukan nya!” balas Lucas dadanya memburu.

“Daddy sudah tidak tahan dengan sikapmu dan Daddy sudah menyiapkan calon istri terbaik untukmu! Daddy dan Mommy sudah tua nak kau harus segera menikah dan memberikan kami seorang cucu.”

“Besok kau temui gadis itu di Kafe yang sudah Daddy reservasi untuk kalian berdua,” sambung Daddy. 

Lucas terlalu malas memperpanjang perdebatan dan hanya mengiyakan. “YA YA YA!”

Lucas meninggalkan ruangan tanpa menoleh sedikitpun, lalu ia menuju ke Apartemen miliknya pusing jika berlama-lama berada disana. Dalam perjalanan pria menggerutu kenapa kehidupan serta pernikahannya harus diatur oleh kedua orang tuanya. 

“Aagh … Sialan!” pekiknya memukul stir mobil.

“HAHA! Gue penasaran wanita seperti apa yang Daddy siapkan untuk gue? Bikin gue muak!” batin nya dengan seringai tajam. 

Tiga puluh menit kemudian. Setibanya Lucas di Apartemen, pria itu langsung masuk ke kamar dan merebahkan tubuhnya di atas kasur berukuran king miliknya hingga kesadarannya sedikit demi sedikit hilang masuk ke alam mimpi.

*

*

*

Di sisi lain terlihat gadis cantik berambut brunette honey panjang sedang duduk di kursi pelataran rumahnya sambil membaca novel kesukaannya. Ia terlihat sangat fokus pada buku yang berada di tangan kirinya dan tangan satunya lagi ia gunakan untuk memasukkan camilan coklat ke dalam mulut mungilnya itu.

“Kak, di panggil Ayah tu di dalam,” tegur Lala membuyarkan fokus Kyara.

“Astaga! Kamu ini bikin kaget aja sih dek, iya–iya tunggu bentar,” jawab Kyara membereskan buku dan cemilannya beranjak masuk ke dalam rumah.

Sampai di ruang tengah suara Agung menggema memanggil gadis itu untuk duduk di dekat nya, terlihat disana sudah ada Diyana yang tengah bergelut dalam hobi nya tidak lain adalah merajut.

“Nak, duduk sini sebentar,” pinta Agung menepuk tempat kosong di sebelahnya.

“Ada apa, Yah? Kok kelihatannya serius banget? Apa Ayah dapet bonus jadi kita berencana untuk liburan?” Kyara membayangkan liburan ke pantai bersama keluarganya.

“Engga nak, ini tentang kamu.” 

“Kamu Ayah jodohkan dengan anak bos Ayah.” Suaranya tercekat di tenggorokan.

Kedua mata Kyara membelalak tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Agung barusan. Kerut alis yang tergambar jelas di wajahnya menandakan kebingungan.

“Apa? Ayah menjodohkan aku dengan anak bos Ayah? Apa Ayah bercanda, tidak aku tidak mau Yah,” dengkus kesal Kyara.

Saat Kyara ingin beranjak tangannya ditahan oleh Agung. “Maafkan Ayah, Nak ….”

Kyara kembali duduk seperti semula, kini ia mendengarkan penjelasan Agung. “Ayah terpaksa melakukan ini karena Ayah terjerat hutang pada bos Ayah dan kebetulan dia sedang mencarikan istri untuk anaknya.” Agung menundukkan pandangannya tak berani mengangkat kepalanya.

“Huft!” Kyara menarik napas dalam sembari menutup kedua matanya.

“Berapa jumlah hutang yang Ayah miliki biar Kyara bantu untuk melunasinya, tapi Kyara nggak mau nikah sama anak bos Ayah itu,” gumam Kyara.

“150jt nak, maafkan ayah nak.” Agung tertunduk lesu.

“Hah? Untuk apa Yah uang sebanyak itu?” Sungut Kyara melotot kaget.

“Untuk kebutuhan kita sehari-hari dan juga untuk biaya pendidikan kalian nak, Ayah tidak sanggup membayar semua itu. Hanya ada satu jalan kamu harus bersedia menikah dengan anak Pak Andrean. Ia akan memberikan sedikit keringanan pada hutang yang Ayah miliki jika kamu mau menikah dengan anaknya.”

Dengan suara parau Agung melanjutkan ucapannya. “Jika kamu bersedia besok kamu temui dia di Kafe yang sudah dipesan Pak Andrean untuk kalian, nama Kafe itu “Rindu”. Ayah mohon, Nak.” Dengan tatapan memelas Agung melirik Kyara.

Kyara berjalan cepat masuk ke dalam kamar meninggalkan Agung dan Diyana tanpa menoleh. Gadis itu menutup dan mengunci pintu kamarnya, dia berlari kecil menuju ranjang lalu tidur terlentang menghadap langit–langit kamar dan mulai mencerna satu persatu ucapan yang dikatakan Agung barusan.

 “Semoga apa yang aku dengar tadi cuma mimpi, aku gak mau di paksa nikah begini,” gumamnya pelan dan menutup bantal ke seluruh wajah nya.

Di ruang tengah Agung dan Diyana merasa tidak tega pada putri pertama mereka. Yang terpaksa menikah karena hutang yang Agung miliki.

“Mas, apa ini keputusan yang tepat? Umur Kyara masih 21 tahun. Apa dia nanti bisa membangun rumah tangga? Aku rasa Kyara belum mengerti banyak hal tentang hidup berumah tangga,” lirik Diyanna membayangkan jika Kyara benar-benar menikah.

“Mas juga sebenernya masih ragu, Kyara masih terlalu kecil belum saat nya menikah, tapi Mas lihat sejauh ini tidak ada satupun laki-laki yang datang kerumah ini. Mas takut nanti Kyara jadi perawan tua, Dek,” ucap Agung menyandarkan kepalanya di tembok.

“Iya, Mas. Kyara tidak memiliki teman lelaki, tapi biar lah Kyara yang memutuskan. Ini keputusan yang berat menyangkut masa depan nya,” sambung Diyanna melanjutkan rajutan yang tertunda karena membahas rencana pernikahan Kyara dan anak bos Suami nya.

*

*

*

Keesokan harinya, dering ponsel membuyarkan mimpi indah pria tampan itu. Lucas berkali-kali mengabaikan panggilan itu, hingga terlihat jengah dan menyerah akhirnya mengangkat panggilan tersebut, dalam layar ponsel tertera nama “DADDY” yang berulang kali menelpon dirinya. 

“Kenapa sih! Berisik banget ganggu orang tidur!”

Dengan posisi masih berbaring Lucas menempelkan benda pipih itu di pipinya. “Hallo, tepati janji kemarin temui gadis itu hari ini. Jika sampai kau tidak datang, maka lihat apa yang akan aku lakukan padamu nanti,” tekan Andrean kemudian memutuskan sepihak sambungan telepon itu.

Lucas membuang ponsel itu ke arah samping tubuhnya dan meremas kasar rambutnya. “Ahh … SHIT!”

Ting! Sebuah pesan masuk kedalam ponselnya.

“Temui gadis itu di kafe Rindu pukul 11.00, jangan terlalu lama mengambil keputusan. Daddy tidak menerima penolakan,” pesan singkat dari Andrean.

“Iya.” Lucas menjawab singkat pesan itu.

Ia beranjak ke kamar mandi, Lucas merendamkan diri di dalam bathtub untuk menghilangkan pusing di kepalanya. Sekitar tiga puluh menit ia baru selesai dengan aktivitasnya.

*

*

*

Di tempat lain seorang gadis duduk di depan meja rias miliknya ia merias tipis wajahnya tanpa merubah kecantikan yang ia miliki, Kyara berjalan ke arah cermin besar menatap dirinya yang sudah rapi mengenakan dress berwarna baby pink dengan flat shoes berwarna nude, rambut yang diikat half ponytail, tak lupa tas kecil berwarna nude senada dengan sepatu yang ia gunakan. Perpaduan yang pas dengan warna kulitnya yang  berwarna putih. 

“Anak Ibu! Cantik sekali,” ucap Diyana tersenyum melihat penampilan putrinya.

Kyara tersipu malu menatap Ibunya. “Makasih, Bu.”

“Kamu sudah yakin dengan pilihan yang kamu ambil, Nak?” tanya Diyana terlihat cemas.

“Aku sebenarnya juga masih ragu, Bu. Tapi—” ucapakan ku terhenti.

Sebelumnya gadis itu tak berniat menemui anak bos Ayahnya, namun melihat wajahnya Agung kemarin membuat Kyara terenyuh.

“Nak, kalau kamu masih belum yakin tidak perlu kamu temui dia, ini butuh keputusan yang matang,” sahut Diyana menggenggam erat tanganku. 

“Kyara coba temui dulu Pria itu,” balas Kyara, Ia melihat di layar ponsel nya sudah menunjukkan pukul 10.30 WIB.

“Bu, Kyara pamit dulu sudah jam 10.30, Assalamualaikum,” pamit Kyara mencium tangan Ibunya.

“Iya, Nak. Wa'alaikumussalam hati-hati dijalan, Nak,” Diyana mengantarkan gadis itu sampai halaman depan.

Kyara melajukan motornya ke Jalan Sumpah Pemuda dimana Kafe Rindu berada. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit, Gadis itu sudah tiba di pelataran Kafe itu. Nuansa Kafe yang hangat cocok untuk kencan.

“Akhirnya sampai juga.”

Gadis itu berjalan menuju meja resepsionis bertanya meja yang sudah di reservasi atas nama Pak Andrean, kemudian pegawai itu menyebutkan di meja nomor 17. Disana sudah tersaji makanan dan minuman ringan. Kyara tidak melihat keberadaan pria itu, sembari menunggu pria tersebut ia duduk sambil bermain ponsel genggam miliknya.

“Ehkm!” Suara deheman Pria di belakang Kyara. Membuat gadis itu terperanjat kaget tanpa sengaja ponselnya jatuh ke lantai. Saat Ia ingin mengambil ponselnya, sikunya tidak sengaja menyentuh kaki Pria itu.

Dug!

*

*

*

***

Bersambung.

berikan dukungan mu dengan like dan comment. Stt! Jangan lupa follow author agar tidak ketinggalan cerita selanjutnya.

Salam dari bunga Aster❤️

Terpopuler

Comments

SAFIRANH

SAFIRANH

Hallo kak, aku mampir🥰 semangat

2025-08-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!