Queen Mafia'S Son, Wants Me

Lev mengerutkan alisnya. Sudah dua hari berlalu sejak dia mengirimkan email kepada Richi tapi sama sekali belum ada balasan. Bukan hanya itu, dia juga mendapati dirinya diawasi oleh seseorang.

"Joy, bagaimana menurutmu disini?" tanya Lev kepada pria yang dikirim ibunya kemari untuk menjaganya bersama dengan Anya dan yang lainnya.

Pertanyaan dari Lev tentu memiliki makna tersirat. Dan Joy paham betul itu. Darah mafia mengalir begitu deras dalam tubuh Lev sehingga setiap kata-kata Lev yang terucap dalam sebuah situasi bias memiliki makna ganda.

"Sepertinya cukup bagus, Tuan Muda. Tapi saya tidak menyangka akan ada ada lalat yang tiba-tiba datang. Padahal saya rasa rumah ini sudah cukup bersih. Bukan begitu, Anya?" jawab Joy. Dia melihat ke arah Anya dan wanita itu menganggukkan kepalanya dengan cepat.

"Apa perlu kami langsung mensterilkan rumah ini?" Kini giliran Anya yang bertanya. Usia Lev mungkin memang baru 9 tahun tapi bagaimanapun dia adalah Tuan Muda dari Chernyye Rozy yang memiliki kemampuan untuk memerintah pada bawahannya.

"Dilihat saja dulu, sekiranya apa akan menimbulkan penyakit. Bukankah kita juga harus tahu dari mana sumbernya?" sahut Lev. Anak itu bicara demikian sambil memainkan tablet miliknya. Meski dirinya tak fokus kepada Joy dan juga Anya, namun Lev tetap mampu untuk membuat keputusan yang mana oleh dua orang itu akan diikuti.

"Baik."

"Siap."

Joy dan Anya menjawab secara bersamaan. Mereka langsung pergi meninggalkan Lev yang memang ingin sendiri.

"Apa aku cari tahu lebih dalam tentang anak ini ya? Tapi, kok sepertinya tidak etis ya. Aku berharap bisa mengenalnya dengan layak tanpa harus menyelaminya dengan cara yang ilegal,"gumam Lev. Anak itu tabletnya. Dia tadi sudah hendak menelusuri semua tentang Richi. Baginya hanya dengan alamat email saja sudah bisa mendapatkan banyak hal. Akan tetapi agaknya itu diurungkan oleh Lev.

Drtzzzz

Ponsel Lev berbunyi. Dengan sigap dia langsung menjawab panggilan yang masuk ke ponselnya tersebut.

"Hai sayang, bagaimana kabarmu."

"Aku baik-baik saja, Ibu. Joy dan Anya menjaga ku dengan sangat baik. Begitu pun dengan Ayah Smith. Ibu tidak menanyakan kabar dari Ayah, setidaknya Ibu perlu mengucapkan terimakasih juga kan pada Ayah karena sudah ikut menjagaku."

Di seberang sana, Irina hanya tersenyum simpul. Awalnya dia sangat tidak suka saat Lev menyebut Smith dengan sebutan Ayah. Bukan karena tidak suka kepada Smith, tapi dia merasa tidak enak kepada Smith. Bagaimana bisa pria yang masih single dipanggil seperti itu. Irina takut jika Smith merasa tidak nyaman.

Akan tetapi apa yang dia lihat ternyata tidak demikian. Smith tidak pernah mempermasalahkan panggilan Lev kepada dirinya.

"Ibu tahu apa yang perlu Ibu lakukan, Nak. Jadi kamu tidak perlu khawatir soal itu. Ah iy sayang, ulang tahun mu sebulan lagi bukan? Ibu akan datang ke Bali saat ulang tahun mu nanti. Maafkan Ibu, karena mungkin dalam beberapa hari ini Ibu akan sibuk dan sulit untuk menghubungi mu,"ucap Irina. Nada suaranya terdengar begitu menyesal.

"Tidak masalah Ibu. Aku tahu Ibu memiliki pekerjaan yang tidak sedikit. Jadi tidak perlu mengkhawatirkan aku. Dan soal ulang tahunku, aku akan menyiapkannya dengan baik," ucap Lev. Dia sangat maklum dengan kesibukan ibunya. Dia juga sadar bahwa apa yang dilakukan ibunya semua adalah untuk dirinya.

Tuuuut

"Apa kau sudah siap Irina. Panggilan untuk penumpang sudah digemakan. Kita harus segera masuk ke dalam pesawat."

"Oke Dale. Aku rasa cukup. Sekarang waktunya mencari tahu kebenaran yang sejati. Aku yakin bedebah itu masih hidup. Kematian terllau berharga untuknya. Bukan begitu, Dale?"

Pria yang sudah bersama Irina sejak lama itu menganggukkan kepala tanda dia setuju dengan apa yang Irina katakan.

Roberts Sanders, pria itu tidak boleh mati dengan mudah setelah membuat Chernyye Rozy kacau balau dan menyakiti hati Irina. Pria itu harus mendapat balasan yang setimpal.

Saat ini, Irina dan Dale serta beberapa anak buah Chernyye Rozy tengah menuju ke Swiss. Mereka memilih menggunakan pesawat komersil dari pada jet pribadi karena memang ingin mencari tahu secara rinci dengan membaur selayaknya pelancong.

Irina yakin dengan cara itu, ia akan mendapatkan hasil yang diinginkan.

"Jika kau bertemu dengannya, apa yang akan kau katakan, Irina?" tanya Dale tiba-tiba. Saat ini mereka sudah berada di dalam pesawat yang akan membawa mereka menuju ke Swiss.

"Tidak ada yang ingin ku katakan, Dale. Aku akan langsung menghabisinya,"jawab Irina cepat. Wanita itu bahkan sama sekali tidak berpikir untuk menjawab sedemikian.

"Lalu bagaimana kau mengatakan itu kepada Lev? Bagaimana jika Lev tahu nanti bahwa ibunya lah yang telah menghabisi ayahnya?"

Rupanya Dale terpikirkan tentang Lev. Dia jelas tahu jika selama ini Lev sangat ingin mengetahui tentang ayah kandungnya. Dan sampai detik ini Irina sama sekali tidak memberitahu perihal tentang Robert Sanders.

Dale hanya takut Lev akan salah paham lalu membenci ibunya sendiri.

"Meski dia adalah ayah dari Lev, bukan berarti aku akan mengampuni dan mentolerir apa yang telah dia perbuat kepada ayahku. Dia jelas-jelas membunuh ayahku, Dale. Dan itu terjadi di depan mataku. Nyawa dibayar dengan nyawa, ya seperti itu lah seorang mafia bergerak,"ucap Irina.

Tatapan dingin dan tatapan tajam dari wanita itu membuat Dale sejenak merinding. Tapi pada dasarnya dia tahu, Irina sebagai pimpinan Chernyye Rozy bukanlah wanita lemah. Dia termasuk kejam dan juga berdarah dingin jika berhubungan dengan musuh.

"Baiklah jika itu yang jadi keputusanmu, Irina. Aku akan selalu mendukungmu."

TBC