NovelToon NovelToon
Malam Yang Mengubah Takdir

Malam Yang Mengubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / CEO / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Kaya Raya
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Tyger

Anya bermimpi untuk memiliki kehidupan yang sederhana dan damai. Namun, yang ada hanyalah kesengsaraan dalam hidupnya. Gadis cantik ini harus bekerja keras setiap hari untuk menghidupi ibu dan dirinya sendiri. Hingga suatu malam, Anya secara tidak sengaja menghabiskan malam di kamar hotel mewah, dengan seorang pria tampan yang tidak dikenalnya! Malam itu mengubah seluruh hidupnya... Aiden menawarkan Anya sebuah pernikahan, untuk alasan yang tidak diketahui oleh gadis itu. Namun Aiden juga berjanji untuk mewujudkan impian Anya: kekayaan dan kehidupan yang damai. Akankah Anya hidup tenang dan bahagia seperti mimpinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Tyger, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 - Keponakan

Selama tiga hari terakhir, Anya menghabiskan waktu untuk beristirahat di rumah. Kondisinya memang sudah membaik, tapi ia tetap mengikuti saran Dokter Tara untuk tidak terlalu banyak bergerak sampai benar-benar pulih.

Selama itu pula, Aiden membawa pekerjaannya ke rumah. Tentu saja, ia tidak memberi tahu Anya kalau ia melakukannya demi Anya yang belum sepenuhnya sembuh. Ia hanya berkata kalau pekerjaannya tidak terlalu padat, jadi tidak perlu ke kantor.

Sore itu, Anya merasa tubuhnya jauh lebih segar. Ia pun mulai bosan berbaring seharian di kamar. Akhirnya, ia memutuskan turun ke dapur dan membantu Bu Hana. Hari itu, mereka membuat kue kering sambil mengobrol ringan untuk mengisi waktu.

“Anya, bagaimana kalau kue ini kita bawakan ke Pak Aiden?” tanya Bu Hana.

Itu ide yang bagus. Aiden sedang bekerja bersama Harris di ruang kerja. Bekerja terlalu lama pasti membuat lapar, dan kue ini bisa jadi camilan yang pas.

“Boleh. Aku juga sekalian bikin teh untuk Aiden,” jawab Anya.

Mereka segera menyusun kue di atas piring. Anya menyiapkan nampan, dua cangkir teh hangat, lalu berjalan menuju ruang kerja Aiden.

Sebelum sempat mengetuk pintu, Anya mendengar suara dari dalam.

"Om, datang dong ke kantor! Aku kewalahan banget tanpa lo. Rasanya kayak mau mati," terdengar suara seorang pria dari dalam ruangan.

Tapi sebelum ia berbalik untuk pergi, Harris tiba-tiba membuka pintu.

"Madam! Sedang mencari Tuan Aiden?" tanya Harris saat melihat Anya berdiri di depan pintu.

“Aku cuma mau antar kue dan teh. Tapi kalau Aiden lagi sibuk, nanti saja,” jawab Anya.

Dari dalam, Aiden rupanya mendengar suara Anya. “Masuk saja, aku tidak sibuk,” ujarnya tenang.

Harris membukakan pintu lebih lebar agar Anya bisa masuk membawa nampan dengan mudah. Setelah itu, ia langsung keluar, memberi ruang pribadi untuk Aiden dan istrinya.

Saat masuk, Anya melihat seorang pemuda tampan sedang duduk santai. Wajah dan posturnya sekilas mirip Aiden. Sekali lihat saja, orang pasti tahu kalau mereka punya hubungan darah.

Namun, berbeda dengan Aiden yang selalu serius dan dingin, pria muda ini terlihat ceria dan ekspresif. Ia memakai pakaian kasual kaus robek dan celana jeans membuatnya terlihat muda dan santai. Berbanding terbalik dengan Aiden yang selalu tampil rapi dan formal.

Jika Aiden adalah bulan yang tenang di malam hari, maka pemuda ini adalah matahari siang yang hangat dan hidup.

Begitu melihat Anya masuk, pemuda itu langsung berbalik ke arah Aiden dan berseru tanpa ragu, “Ah! Pantas aja Om jarang ke kantor dan betah banget di rumah. Ternyata udah punya pacar, ya!”

Tatapannya beralih dari Aiden ke Anya, penuh dengan godaan dan tawa geli.

Rupanya, ia sudah mendengar gosip soal Aiden dan Anya yang beredar di internet, jadi ia langsung mengenali Anya walau baru pertama kali bertemu.

Aiden dengan santai menjentikkan kening keponakannya cukup keras, membuat pemuda itu meringis sambil mengusap dahinya. “Sopan sedikit. Salam dulu sama tante kamu!”

‘Tante?! Tante?!’

Anya merasa momen itu seperti diputar dalam gerakan lambat. Ia menatap pemuda itu yang perlahan sadar dan membelalakkan matanya.

"Om! Kapan nikah? Kenapa nggak undang aku? Nggak sayang aku lagi, ya?” tanyanya sambil mengguncang-guncang lengan Aiden penuh drama.

Sebelum Aiden menjawab, pemuda itu buru-buru menutup mulutnya sendiri dan berseru, “Jangan-jangan kalian kawin lari karena nggak dapet restu?”

PLAK!

Satu kepalan mendarat mulus di kepala pemuda itu. Aiden menatap tajam, malas menanggapi ocehannya.

"Ke sini," Aiden memanggil Anya dengan lembut.

Anya pun melangkah ke meja dan meletakkan nampan. “Aku bawakan teh dan camilan buat kalian,” katanya.

“Hm,” Aiden mengangguk tenang. Meski wajahnya datar, ada sorot bahagia di matanya yang tak terlihat oleh siapa pun.

“Ini Nico Atmajaya. Keponakan saya. Anak dari kakak tertua saya,” Aiden akhirnya mengenalkan mereka.

Nico melongo saat mendengar nada lembut Aiden pada Anya. Seumur hidup, belum pernah ia mendengar pamannya bicara seperti itu. Merinding juga, tapi kagum.

Ia langsung menyodorkan tangan pada Anya, “Salam kenal, Tante. Nama aku Nico.”

Anya menjabat tangannya dengan canggung. ‘Tante?’ Ia merasa aneh dipanggil begitu oleh pemuda yang seumuran dengannya.

“Jangan panggil tante. Panggil aku Anya saja,” jawabnya dengan kikuk.

Namun, Nico malah tidak melepas tangannya. Ia membungkuk dan mencium tangan Anya seperti pangeran dalam cerita. Anya jelas kaget. Tapi dari gaya Nico, ia tahu pemuda ini tipe yang memang suka menggoda wanita.

Aiden yang tidak bisa melihat tetap tahu. Ia langsung melempar sebuah buku ke arah Nico.

PLAK!

“Om! Kenapa sih? Tadi tanganku cuma...”

“Aku punya firasat kamu pasti iseng,” balas Aiden santai.

Nico hanya nyengir. Pamannya mengenalnya luar dalam. Memang, dia adalah playboy sejati.

Anya tertawa geli melihat interaksi mereka berdua. Ini pertama kalinya ia melihat sisi lain Aiden. Aiden dan Nico terlihat seperti kakak adik yang dekat.

Aroma kue membuat perut Nico keroncongan. Ia hendak mengambil satu, tapi Aiden lagi-lagi menepis tangannya.

“Aduh, Om! Lapar, tahu! Lagipula Om nggak suka makanan manis. Daripada mubazir, mending buat aku!”

“Sekarang aku suka makanan manis,” balas Aiden datar.

Nico melongo. Gawat, Om Aiden beneran lagi jatuh cinta...

Anya hanya tertawa geli, “Masih banyak kue di dapur. Biar aku ambil.”

“Tak perlu. Dia mau pulang,” potong Aiden dingin.

“Hah? Aku nggak bilang mau pulang!” Nico membelalak.

Anya tersenyum ramah, “Mau makan malam bareng kami?”

Aiden melotot ke arah Nico, memberi sinyal diam-diam untuk menolak. Tapi Nico malah menjulurkan lidah, pura-pura tidak tahu kalau pamannya bisa melihat.

“Mau dong! Aku ikut makan!”

Aiden hanya menghela napas panjang. Dalam hati, ia mengumpat, Anak satu ini memang bikin naik darah…

"Aku pergi dulu." kata Aiden.

Pria itu mengenakan setelan jas rapi dan membawa tas besar berisi pakaian untuk perjalanan luar kota. Hari ini, ia mengenakan jas biru tua yang dipadukan dengan kemeja hitam dan sepatu hitam. Ia akan pergi selama tiga hari bersama Nico dan Harris untuk urusan pekerjaan. Itu artinya, Anya akan tinggal sendirian di rumah selama tiga hari ke depan.

Anya hanya mengangguk dan melambaikan tangan kepada Aiden dan Harris. Di dalam hati, ia merasa cukup senang karena akhirnya punya waktu untuk dirinya sendiri, tapi tentu saja ia tak berani menunjukkan hal itu di depan Aiden. Ia bersikap netral, meskipun hatinya berbunga-bunga.

Mulai hari ini sampai tiga hari ke depan... Ia bebas! Ia bisa melakukan apa pun yang ia mau!

Setelah Aiden pergi, Anya menghabiskan waktu di rumah kaca. Di sana, ia bersantai, membaca buku, dan memperhatikan berbagai tanaman. Saat berada di rumah kaca, ia teringat akan kebun bunga milik ibunya. Sudah lama sekali ia tidak ke sana. Mungkin sekarang kebunnya sudah dipenuhi rumput liar.

Besok, ia akan coba minta izin pada Aiden untuk pergi ke kebun bunga itu. Ia ingin membersihkannya dan membeli beberapa benih bunga untuk ditanam kembali.

Tak terasa, matahari mulai terbenam. Langit pun mulai ditutupi awan. Anya segera kembali ke rumah. Saat berjalan menuju rumah, aroma masakan menguar dari dapur, membuat perutnya keroncongan. Hana sedang menyiapkan makan malam, dan Anya langsung ikut membantu.

Tak butuh waktu lama, makanan pun siap disajikan di meja makan. Malam ini, hanya ia dan Hana yang makan bersama.

Anya bersyukur ada Hana di rumah ini. Kalau tidak, mungkin ia harus makan sendirian di meja makan sebesar ini. Rasanya pasti sangat sepi!

Setelah makan malam, mereka melanjutkan obrolan santai di ruang keluarga sampai Anya mulai menguap. Jalan-jalan di rumah kaca tadi cukup melelahkan baginya.

Melihat Anya mulai mengantuk, Hana pun ikut menguap. "Sudah malam. Istirahat, yuk!" ucapnya.

"Iya, Bu. Saya ke kamar dulu, selamat malam." jawab Anya.

Ia langsung mandi dan bersiap tidur. Saat berbaring di ranjang, tanpa sadar tangannya menyentuh sisi ranjang tempat Aiden biasa tidur. Ranjang itu terasa dingin. Ada perasaan aneh yang muncul di hatinya ketika menyadari tidak ada siapa pun di sampingnya.

Ranjang ini terasa terlalu besar untuk dirinya sendiri. Dulu, ranjangnya tidak sebesar ini.

Ia memejamkan mata sambil membelai bagian ranjang yang kosong di sisi Aiden. Tak lama kemudian, ia pun tertidur.

1
Syifa Aini
kalo bisa updetnya 3 atau 4 x dalam sehari. 🥰
Syifa Aini
alur ceritanya menarik, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!