NovelToon NovelToon
KAMU : Setitik Rasa

KAMU : Setitik Rasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Meridian Barat

Milana, si gadis berparas cantik dengan bibir plum itu mampu membuat Rayn jatuh cinta pada pandangan pertama pada saat masa kuliah. Namun, tak cukup berani menyatakan perasaannya karena sebuah alasan. Hanya diam-diam perhatian dan peduli. Hingga suatu hari tersebar kabar bahwa Milana resmi menjadi kekasih dari teman dekat Rayn. Erik.

Setelah hampir dua tahun Rayn tidak pernah melihat ataupun mendengar kabar Milana, tiba-tiba gadis itu muncul. Melamar pekerjaan di restoran miliknya.

Masa lalu yang datang mengetuk kembali, membuat Rayn yang selama ini yakin sudah melupakan sang gadis, kini mulai bimbang. Sisi egois dalam dirinya muncul. Ia masih peduli. Namun, situasi menjadi rumit saat Erik mencoba meraih hati Milana lagi.

Di antara rasa lama yang kembali tumbuh dan pertemanan yang mulai diuji. Bagaimana Rayn akan bersikap? Apakah ia akan mengikuti sisi dirinya yang egois? Atau harus kembali menyerah seperti dulu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meridian Barat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 13 (Potret Lama)

...~Selamat Membaca~...

.......

.......

Rayn mendorong pelan Milana untuk masuk ke dalam mobilnya. "Tunggu di sini! Aku akan mengunci restoran," katanya sebelum beranjak.

Milana mendesis. "Dasar krupuk mentah! Gak jelas banget." Dia mengangkat kepalan tangan–seolah hendak meninju– ke arah Rayn yang melenggang masuk ke dalam restoran. "Kapan, sih ... Dia ngomong kalau hari ini aku harus ikut belanja? Masa iya ... aku yang lupa?" herannya dengan wajah berpikir.

Sudah hampir lima menit Milana menunggu di dalam mobil, tetapi pria berparas tampan itu tidak kunjung kembali. Hal itu membuat Milana sedikit bosan. "Mana, sih ... Si krupuk mentah itu!" sungutnya.

Milana melihat sebuah album kecil yang tidak terlalu tebal di atas dashboard mobil. Tanpa pikir panjang dia meraih dan mulai melihat-lihat isi dari album foto tersebut.

"Foto-foto, Mas Rayn dan teman-temannya, ternyata. Kirain buku diary." Milana terkekeh pelan. "Ya kali ... cowok macam krupuk mentah begitu punya buku diary," katanya lagi dengan nada meledek. Gadis berkaus hitam yang dibalut kemeja kotak-kotak warna merah sebagai outer itu berhenti membuka lembar demi lembar album saat melihat sebuah foto yang diambil di tempat yang tidak asing baginya.

Matanya memicing ke arah foto itu. Memastikan. "Ini 'kan ... taman Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Karya Loka," ujarnya dengan yakin. "Kok ... ah, bisa jadi, Mas Rayn alumni sana." Milana yakin kalau foto yang berisi potret Rayn dengan beberapa teman itu diambil di taman Fakultas tempatnya–Milana–kuliah. Universitas Karya Loka.

"Mungkin dia kakak tingkatku." Milana kembali membuka lembar berikutnya. Mata gadis itu kembali memicing ketika melihat potret Rayn dengan latar yang sama, tetapi ada seseorang yang tampak tidak asing baginya di sana.

Posisi orang itu bukan foto di samping Rayn, melainkan berada agak jauh di belakang posisi Rayn. Tampak seperti gadis tersebut tidak sengaja ikut terpotret. Meski wajahnya tidak terlalu jelas, tapi Milana tahu itu seorang gadis, karena rambutnya terlihat panjang. Gadis di foto itu tampak duduk dengan memegang sebuah buku.

"Gadis ini seperti tidak asing. Mungkin aku pernah melihatnya saat di kampus, dulu," ujarnya.

Milana baru akan membuka lembar selanjutnya, tetapi urung saat Rayn yang entah sejak kapan berada di samping pintu kemudi yang terbuka dalam posisi setengah badannya melongok ke dalam mobil, menyambar album yang dipegang Milana seraya berkata, "Kamu lancang sekali! Membuka-buka album foto orang tanpa izin!"

Milana terkejut, dia menoleh cepat ke arah Rayn, bersamaan dengan saat album itu diambil.

"Maaf, Mas ... Tadi saya tidak sengaja melihatnya," ujar Milana ketika Rayn menatap tajam ke arahnya.

Rayn tak menanggapi. Masuk sepenuhnya ke dalam mobil dan menutup pintu.

Milana menatap Rayn dari samping. "Mas Rayn, ternyata alumni Universitas Karya Loka, ya?" Gadis itu tak menanggapi ucapan Rayn.

Rayn memalingkan wajah cepat ke arah Milana. 'Apa dia ... melihat foto terakhir?'

"Saya juga kuliah di situ lho, Mas." Milana tersenyum. "Mas angkatan tahun berapa?"

Melihat senyum tersungging di bibir Milana, Rayn mendesah lega dalam hati. 'Sepertinya dia tidak melihat foto itu.'

Rayn meluruskan pandangan ke depan. Dia belum menyalakan mesin mobil. "Lain kali jangan menyentuh barang orang tanpa izin! Apalagi membuka-bukanya," ingat Rayn. Dia tidak menanggapi pertanyaan gadis di sampingnya itu. Menatapnya dengan kerlingan tajam.

"Iya ... Maaf, saya cuma tidak sengaja lihat-lihat tadi." Milana merasa tidak enak karena kerlingan tajam Rayn. "Oh ... iya, Mas ... tadi saya lihat ada seorang gadis di salah satu foto, Mas ...,"

Rayn melirik Milana, menunggu gadis itu menyelesaikan kalimatnya.

"Saya seperti pernah melihatnya, lho, Mas. Sini coba saya lihat, barangkali saya kenal." Milana bermaksud meraih album yang masih dipegang Rayn, tetapi dengan cepat Rayn menjauhkan benda itu dari jangkauan Milana seraya berujar, "Aku tidak pernah mengizinkan siapa pun melihatnya." Dengan nada datar. Membuat Milana langsung mengatupkan bibir dan duduk tenang.

"Kalau sedang di luar jam kerja, tidak usah terlalu formal bicara padaku. Kau bisa pakai kata 'aku', jangan terlalu formal. Pakai kata 'saya' hanya saat kita di jam kerja," ujar Rayn.

"Ah ...." Milana mengangguk-angguk pelan. "Kalau ingat, ya, Mas. Soalnya sudah terbiasa formal sama, Mas Rayn." Milana menarik sabuk pengaman, memasangnya dengan benar dan duduk bersandar di jok mobil.

Rayn mengangkat bahu santai. "Ya sudah ... terserah. Sekarang kamu turun!"

Milana mengerutkan dahinya, menoleh cepat seraya bertanya, "Turun?"

"Ya ...." Rayn mengangguk. "Turun ... Aku mau cepat-cepat pulang," katanya dengan santai.

"Lho! Katanya saya harus ikut belanja. Kok, seka—" Ucapan Milana terputus saat Rayn menyahut cepat, "Nggak jadi! Sekarang cepat turun, aku sudah terlambat pulang."

Milana mendengkus ala banteng. Membuka kembali sabuk pengaman yang baru ia pasang. Melirik kesal pada Rayn sebelum membuka pintu mobil dan keluar. "Bukan cuma, Mas Rayn yang terlambat pulang! Saya juga, dan itu semua gara-gara, Mas Rayn!" ketusnya.

Brak!

Gadis itu sengaja menutup pintu keras-keras dan berlalu dengan segala gerutuan.

Rayn menghela napas. Menatap lama album foto yang masih dipegangnya, sebelum membuka album itu. Tepat di lembar terakhir.

Terlihat potret seorang gadis cantik dalam posisi candid dari samping di sana. Gadis itu tampak sedang duduk di bangku taman sambil memegang buku. Persis foto seseorang yang terdapat pada potret Rayn sebelumnya.

Gambarnya agak pecah, seperti foto hasil perbesar atau crop. Namun, dapat terlihat jelas daripada foto sebelumnya. Membawa kilasan masa lalu di benak Rayn.

"Fer! Tolong ambil fotoku yang sendirian. Beberapa hari lagi kita akan meninggalkan kampus ini, aku ingin memiliki kenang-kenangan foto, di sini," kata Rayn kepada temannya, Ferry. Seraya menyerahkan kamera miliknya.

Mereka sedang di taman Fakultas. Mengambil foto bersama teman-teman seangkatan. Seminggu sebelum hari wisuda.

Ferry meraih kamera itu. "Wah ... hari ini kau harus mentraktirku makan. Aku jadi fotografer pribadimu seharian ini," canda Ferry.

Rayn terkekeh. "Kalau Erik ada, aku akan minta dia yang memotretku. Hasil bidikannya lebih bagus darimu," ujarnya.

Ferry mencebik. "Kau sudah siap?" tanyanya. Rayn mengangguk di tempatnya

dan mengambil posisi sekeren mungkin untuk dipotret.

Ckrek

"Ray, ini tidak bagus. Ada seseorang yang tak sengaja ikut terpotret," kata Ferry setelah melihat hasil bidikannya. Rayn terkekeh sembari berseru, "Sudah kubilang, 'kan? Hasil potretanmu tidak bagus."

"Oh! Itu Milana," ujar Ferry setelah memandang ke arah tempat yang terdapat Milana saat dia memotret Rayn.

Rayn reflek menoleh tepat ke arah pandang Ferry. Tampak gadis berkemeja putih lengan panjang duduk di sana. Gadis itu duduk di sana memegang sebuah buku. Seorang diri. "Milana," gumam Rayn. Senyum tipis tersungging di bibir pemuda itu.

"Aku bisa memotretmu kembali kalau kau—"

"Tidak perlu!" kata Rayn dengan cepat seraya melangkah lebar ke arah Ferry dan mengambil kameranya kembali. "Biar nanti ku-edit saja. Ayo pergi."

Sesampainya di rumah, Rayn memindahkan hasil potret dirinya saat di taman kampus tadi ke laptop. Dia meng-crop bagian yang terdapat Milana. Bukan untuk menghilangkannya, tetapi untuk ia simpan dan cetak.

"Maaf, Milan ... aku menyimpan potretmu. Maaf, hanya untuk kenang-kenangan," ujar Rayn seraya tersenyum. Saat itu Milana belum menjadi kekasih Erik.

Rayn mengusap foto itu. "Kalau kau sampai melihat foto ini, aku tidak tau harus bilang apa padamu. Tidak mungkin aku bilang bahwa kau tak sengaja ikut terpotret saat aku foto, lalu aku menyimpan fotomu." Rayn tersenyum tipis. "Bisa-bisa kau menuduhku orang aneh."

"Kau tahu, Milan?" tanya Rayn pada foto itu–seolah sedang bicara dengan Milana yang asli, "aku pernah berusaha melupakan perasaan ini, tapi gagal. Aku jatuh terlalu dalam pada perasaan ini, Milan. Aku benar-benar mencintaimu dan aku tidak bisa menghapusnya," katanya lagi.

Dulu Rayn berniat membuang foto itu, ketika kabar Milana dan Erik resmi menjadi sepasang kekasih. Namun, Rayn lupa. Bahkan sebelum ini juga dia tidak pernah membuka album lama itu. Ini adalah pertama kalinya setelah sekian lama.

Album foto itu ada di sana, karena kemarin sore Rayn hendak membawa pulang ke rumah. Namun, Rayn lupa membawanya turun dari mobil, semalam. Sebelumnya, album itu ada di laci meja kerja Rayn. Tidak sengaja terbawa ketika baru beberapa bulan menggantikan kakaknya di restoran.

Rayn melempar pelan album berwarna abu-abu itu ke atas dashboard, menyalakan mesin mobil dan melaju membelah jalanan malam itu. Tidak terlalu malam, baru pukul 19.00 WIB. Sebab itulah dia membiarkan Milana pulang sendiri. Mengajak belanja bahan-bahan restoran yang dia katakan itu hanya alibi agar gadis itu tak bersama Arga. Tadi, Rayn pergi bukan hanya untuk mengunci restoran saja, melainkan memantau layar CCTV guna memastikan bahwa Arga telah benar-benar pergi.

'Aku sudah bilang, 'kan? Tidak akan membiarkannya mendekati Milana.'

.

.

.

Bersambung...

1
Rosalina
akhirnya up Lg, nexttt kk
Hatus
Serba salah memang, niat baik tapi belum tentu orang akan beranggapan sama🥹
MeridianBarat🐣🌼: 😮‍💨 begitulah ... terkadang sampai jadi bingung harus responnya gimana 😑
total 1 replies
⌓̈⃝𓆩ImAntifragile𓆪દᵕ̈૩
Nexttt, semangat nulisnya 🌸🌸🌸
Widia Ningsih
deskripsi nya bagus, aku jadi bisa membayangkan keadaannya
Widia Ningsih: menurut saya ini sudah bagus kok, semangat terus ya.
saya juga belajar
MeridianBarat🐣🌼: terimakasih banyak, Kak ♥️ Maaf kalau mungkin deskripsinya terkadang agak ambigu dan kurang jelas ya, Kak ... terimakasih sudah mampir dan baca ♥️
total 2 replies
Widia Ningsih
haii.....
Milana. ,gadis SPG seperti diriku/Hey/
MeridianBarat🐣🌼: oh, halo ... terimakasih sudah mampir baca ceritaku, Kak ♥️ semoga tertarik baca selanjutnya ya 🤩💫
total 1 replies
Tyra A.S
oke kak mantap 👍, jangan lupa mampir di cerita ku makasih
iqbal nasution
oke
MeridianBarat🐣🌼: aww 🤩 tengkiu , Abang 💨
total 1 replies
Proposal
🔥BAGUS KAKA🌟💫,Mampir Karyaku Juga Ya 🙂‍↔️🥰
Rosalina
Ko pendek part kali ini KK lagi seru-serunya pdhl
MeridianBarat🐣🌼: hihihi ... iya, Kak ... nanti up lagi part berikutnya ya. Terimakasih sudah mampir baca. ♥️
total 1 replies
Prita
KK knp skrg up nya cm 1 part ?
MeridianBarat🐣🌼: hehe iya, Kak. Aku up 1/1 ya hehe ... terimakasih banyak sudah berkenan baca ♥️
total 1 replies
iqbal nasution
masa lalu..
iqbal nasution
judul babnya resep masakan ala chef autor
MeridianBarat🐣🌼: 🤣🤣 itu resep beneran, tau, Kak ... coba bikin deh. 🤧
total 1 replies
Rosalina
Parah ni milanaaaaa
MeridianBarat🐣🌼: 😭 kebangetan dia mah
total 1 replies
Rosalina
Jenis cerita ini alurnya ringan banget ya KK. buat ak yg suka cerita ringan ini bagus dan rekomen tapi mungkin untuk orang yg terbiasa baca cerita yg part awal udah dar der dor naik turunkan emosi ini mungkin sedikit membosankan tapi untuk ak penyuka bacaan ringan ini rekom KK.
Rosalina
Cerita ini jenis cerita yang ringan. Untuk yang suka cerita gak terlalu berat konfliknya, ini cocok. tapi kalau yang biasa baca cerita dar der dor di awal, kayaknya mungkin menurut mereka membosankan.tapi buat aku yg suka cerita ringan dan alur santai, ini rekomen
iqbal nasution
alur ceritanya terlalu datar...gampang bosan kalau bacanya, yg lain udah bagus
MeridianBarat🐣🌼: ah, bener kak ... cerita ini emang alurnya lumayan lambat 🤧 emang ini cerita ringan hihihi. Terimakasih banyak, Kak 🫰
Rosalina: nah kan. Kk ini kyknya terbiasa baca cerita yg di part awal udah dar der dor Ama konflik, JD psti menganggapnya bosan. tp ttp smngat up y kk.
total 3 replies
The first child
Milana kalo di kamar mandi menghayal gak ya??🥲
MeridianBarat🐣🌼: 😂 kayaknya nmenghayal sambil nyaynyi, Kak 🤣

Btw, tengkiu udah mampir dan berkenan baca, Kak. 🤩🫰
total 1 replies
Rosalina
next thor, semngat sllu ya
MeridianBarat🐣🌼: wah ... terimakasih banyak, Kak. Ditunggu aja ya, next part insyaallah aku up besok🫰
total 1 replies
⌓̈⃝𓆩ImAntifragile𓆪દᵕ̈૩
semangat nulisnya😺
MeridianBarat🐣🌼: Terimakasih banyak, Kak 🫰🫰
total 1 replies
iqbal nasution
next..
MeridianBarat🐣🌼: 🤩 ditunggu ya, Kak. 🫰 Terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!