Sudah Bagus-bagus menjadi seorang Dokter di rumah sakit. Tavisha gadis cantik berhijab harus berhadapan dengan pria dingin yang sangat galak bernama Kastara. Bermula dari kedatangan pria itu yang membawa salah satu temannya yang terluka parah yang membuat kekacauan di rumah sakit.
Hari itu menjadi hari yang sangat sial bagi Tavisha, bagaimana tidak saat dirinya yang kebetulan ada di sana dan mendapatkan ancaman dengan pria tersebut menodongkan pistol kepadanya untuk menangani temannya terlebih dahulu.
Tavisha berhasil melakukan pertolongan pertama dan dia pikir dia sudah lolos dari pria agresif itu dan ternyata tidak. Tavisha justru terjebak dan selalu mendapatkan tekanan dari Kastara.
Alih-alih melarikan diri dari Kastara yang ternyata Kastara malah melamarnya. Tavisha yang tidak punya pilihan lain yang akhirnya menikah dengan Kastara.
Bagaimana Tavisha menghadapi pernikahannya dengan pria yang sangat agresif dan belum lagi banyak rahasia.
Follow Ig
ainunharahap12
ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 Permintaan.
Tavisha yang kembali pulang ke rumah kediaman suaminya setelah dijemput supir dari rumah sakit. Tavisha langsung menuju dapur untuk memulangkan kotak bekal yang tadi dia bawa.
"Bekalnya habis Nona?" tanya Bibi yang membuat Tavisha menganggukkan kepala.
"Enak sekali masakan Bibi. Tavisha lama-lama ketagihan jika dimasakkan oleh Bibi," ucap Tavisha memberi pujian.
"Nona jangan terlalu berlebihan seperti itu. Bibi memiliki kewajiban untuk memasak dan apa Nona juga ingin makan lagi. Bibi akan menyiapkan makanan untuk Nona?" tanya Bibi.
"Bibi terlalu baik sekali. Terima kasih sudah berusaha sebaik mungkin untuk melayani saya. Tetapi saya belum lapar untuk saat ini dan nanti saya akan makan kalau saya sudah lapar," jawab Tavisha.
"Kalau tidak lapar dan sudah merasakan sekarang pergilah ke kamar Damian untuk mengurusnya," Tavisha menoleh ke belakang ketika mendengar suara itu. Siapa lagi jika bukan Kastara yang sudah memerintahnya.
Karena melihat majikannya berjalan menghampiri Tavisha yang membuat Bibi menundukkan kepala dan langsung pergi melanjutkan pekerjaannya mengambil kotak bekal tersebut.
"Sudah kenyang bukan dan jangan kalau sudah kenyang lalu lupa akan tugas utama kamu di rumah ini," sindir Kastara.
"Aku pikir kamu adalah laki-laki yang tidak suka mencampuri urusan orang lain dan ternyata kamu juga ada laki-laki yang suka bergosip," ucap Tavisha dengan tiba-tiba yang membuat Kastara mengerutkan dahi.
"Apa maksudmu?" tanya Kastara.
"Kamu tidak memiliki pekerjaan lain selain memberi tahu kepada semua orang yang ada di rumah ini bahwa aku tidak bisa memasak dan aku manja dan tidak paham dengan urusan dapur," ucapnya yang sekarang memang baru bisa protes atas apa kekesalannya tadi pagi.
Dia sangat buru-buru ke rumah sakit sehingga mereka berdua belum pernah bertemu sejak tadi pagi.
"Aku tidak bergosip dengan apa yang aku katakan merupakan kenyataan," ucap Kastara mengelak.
"Tetap saja. Kamu tidak punya hak untuk membicarakan seperti itu kepada orang lain!" tegas Tavisha.
"Jadi kamu protes dengan apa yang aku katakan?" tanya Kastara lagi.
"Menurut kamu tidak!" jawabnya yang menunjukkan wajah kesalnya.
"Aku tidak ingin berdebat denganmu dan sekarang ayo cepat periksa Damian!" tegas Kastara yang langsung berlalu membuat Tavisha menghela nafas yang mau tidak mau harus mengikuti.
***
Tavisha sudah memeriksa keadaan Damian yang ada di ruangan itu seperti biasa bukan hanya Kastara saja melainkan Vanya. Wajahnya bengis yang semenjak mendapat teguran dari Tavisha membuatnya marah dan kesal pada Tavisha.
"Sebaiknya aku coba bicarakan semuanya dengannya," batin Tavisha yang melihat kearah Kastara.
Tavisha yang sudah selesai melakukan pemeriksaan yang melangkah menghadap Askara dan sekarang sudah berdiri di depan Askara.
"Bagaimana keadaannya?" bukan Kastara yang bertanya dan melainkan Vanya.
"Aku ingin bicara sebentar denganmu," Tavisha tidak merespon pertanyaan Vanya dengan matanya yang terus melihat ke arah Kastara.
"Katakan," sahut Kastara.
Tavisha melihat sebentar ke arah Vanya yang bisa melihat bagaimana ekspresi wanita itu yang lagi-lagi sangat kesal kepadanya.
"Hanya berdua saja," ucap Tavisha yang membuat Vanya mengerutkan dahi. Bagaimana dia semakin marah karena Tavisha berani mengecualikannya.
"Ayo!" ajak Kastara yang ternyata tidak mempermasalahkan hal ini dengan mengarahkan kepalanya yang keluar dari ruangan itu yang membuat Tavisha menganggukkan kepala yang terlebih dahulu berjalan keluar dari ruangan itu.
"Aku keluar sebentar," ucap Kastara yang langsung pergi.
"Kenapa wanita itu semakin lama semakin menunjukkan kekuasaannya di rumah kita dan bahkan dia seperti menantangku. Kastara juga begitu sangat percaya padanya," ucap Vanya yang terlihat semakin kesal.
Kastara dan Tavisha yang sudah berada di luar ruangan itu dan ternyata mereka memilih untuk berbicara yang di taman belakang rumah.
"Katakan apa yang ingin kau katakan kepadaku?" tanya Kastara dengan posisi berdiri dan sementara Tavisha yang terlihat duduk salah satu bangku yang ada di sana.
"Aku memikirkan bagaimana kondisi temanmu, aku merenunginya dan sampai akhirnya aku mempertanyakan mengenai keadaannya kepada seniorku, Dokter profesional. Ada hal penting yang membuat temanmu tidak sadar sampai saat ini yang termasuk ada gangguan pada saraf bagian otaknya," ucap Tavisha.
"Jangan membicarakan hal medis kepadaku dan katakan saja pada intinya," sahut Kastara yang memang tidak ingin basa-basi sama sekali.
"Temanmu harus dioperasi kembali, di bagian otaknya," jawab Tavisha.
"Kalau begitu katakan apa saja yang dibutuhkan agar aku menyiapkannya dan kamu bisa langsung melakukan operasi padanya," sahut Kastara yang ternyata tidak ingin basa-basi dan seperti biasa memang dia selalu ingin apa yang harus dikerjakan.
"Jangan menganggap nyawa dan hal medis adalah sebuah lelucon. Tidak ada pasien dalam kondisi darurat tidak ditangani dengan baik dan apalagi harus ditangani di rumah. Operasi pada pasien tidak bisa dilakukan dengan benar yaitu sama saja adanya perbuatan ilegal," ucap Tavisha mengingatkan.
"Lalu pada kesimpulannya apa yang sebenarnya kamu inginkan?" tanya Kastara.
"Pasien harus dioperasi kembali seperti apa yang sudah aku katakan dan sudah jelaskan alasannya. Tapi pasien tidak bisa diobati menggunakan alat yang tidak memadai apapun akut jika berurusan dengan pasien dan apalagi operasi bagian saraf itu tidak bisa dilakukan di lakukan sendiri. Harus dengan Dokter lain dia juga beberapa Suster dan terlebih lagi pasien tidak bisa dioperasi di ruma ini!" jawab Tavisha.
"Lalu?" tanya Kastara.
"Bawa kerumah sakit dan kita lakukan tindakan lanjutan," jawab Tavisha.
"Kau tahu hal itu tidak mungkin aku lakukan. Aku tidak akan membawa pulang temanku jika pada akhirnya dia harus kembali dibawa ke rumah sakit. Jadi jangan membicarakan hal yang ujung-ujungnya dia akan dibawa ke rumah dan aku tidak akan pernah setuju apapun alasannya!" tegas Kastara.
"Jadi itu artinya kamu sendiri yang tidak menginginkan temanmu untuk sadar," sahut Tavisha.
"Kau sejak awal bertanggung jawab dengan pada temanku dan sekarang aku melihat kau lari dari tanggung jawab dan mengalahkan kepada orang lain. Tavisha aku sudah mengatakan jangan pernah bermain-main denganku dan aku tidak punya waktu untuk meladeni dirimu!" tegas Kastara
"Aku hanya sebagai seorang Dokter dan bukan Tuhan. Aku juga tidak bisa menentukan keselamatan orang lain sejauh mana. Aku hanya berusaha melakukan yang terbaik untuk temanmu dan tetap lagi semua ini dikembalikan kepada Tuhan. Aku mengatakan semua ini karena aku juga tidak ingin pasienku menderita. Aku hanya berusaha untuk melakukan yang terbaik," ucap Tavisha.
"Kau seharusnya aku tidak akan pernah membawanya kembali kerumah sakit!" tegas Kastara.
"Aku akan menjamin semua kerahasiaan pasien dan aku juga akan menjamin keamanan pasien saat kembali melakukan operasi di rumah sakit," ucap Tavisha yang sepertinya tahu apa yang membuat pria di hadapannya Itu tampak memiliki ketakutan jika pasien kembali dibawa ke rumah sakit.
"Aku mohon sebagai seorang Dokter kepada keluarga pasien kamu mengambil tindakan yang bijak dan tidak menyiksa pasien seperti. Aku bisa menjamin kondisi temanmu akan jauh lebih baik baik saja ketika kamu mengikuti saranku," ucap Tavisha dengan suara penuh permohonan yang berusaha untuk membujuk laki-laki keras kepala itu.
"Bagaimana jika hasilnya sama?" tanya Kastara.
Tavisha terdiam. Melakukan operasi pada pasien memang belum tentu hasilnya berbeda dan apalagi orang yang dihadapi adalah orang yang tidak sabaran dan mungkin saja pertanyaan itu mempertaruhkan hidup Tavisha.
Bersambung......
siapa ini sih Thor kasih penjelasan dong biar ga gelap gulita seperti ini