Dicintai empat orang pria tampan dan kaya adalah keberuntungan seorang perempuan cantik bernama Tania.
Keempat pria berbeda profesi itu bersaing melakukan segala cara untuk merebut perhatian dan mendapatkan cinta Tania.
Persaingan cinta keempat pria itu semakin memanas, saat mereka mengetahui, Tania menyukai salah satu dari mereka.
Hingga suatu hari, Tania yang sudah didesak ibunya untuk segera menikah, buru-buru mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya.
Yuk, baca gimana seru, romantis dan bucinnya para pria ini dalam mengejar cinta Tania.
Kira-kira, siapa yang Tania sukai ya?
Bosnya yang berstatus duda, atau brondong rekan kerjanya? atau Dokter cinta pertamanya ataukah sang mantan kekasih yang aktor terkenal?
Jangan lupa, tinggalkan jejak yang baik dengan like, komen, subscribe dan beri vote serta ⭐⭐⭐⭐⭐ jika kamu suka.
UPDATE KARYA TIAP HARI PUKUL 7.00 WIB dan PUKUL 19.00 WIB. Tetap stay disini, jangan kemana-mana okey 🤭 MAKASIH 😍 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afriyeni Official, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DI CINTA PRIA-PRIA TAMPAN 24
Tania menutupi wajahnya dengan kedua belah tangannya. Menyembunyikan matanya yang sembab karena menangis dari tatapan mata Chiko yang tak berkedip memperhatikan wajahnya sedari tadi.
"Siapa yang bikin kamu menangis? Biar ku bikin remuk kepalanya." Chiko sangat geram.
"Apa yang sudah dia perbuat padamu? Jawab Tania!" desak Chiko tak sabaran melihat Tania yang cuma menggeleng lemah.
"Apa kamu menangis gara-gara Mike?"
"Hiks...hiks...hiks..." Bukannya menjawab, Tania malah nangis lagi.
Bukan menangis karena cengeng, tapi Tania sulit untuk bicara jujur sama Chiko. Yang ada, ujung-ujungnya entar berantem lagi sama Zyan. Si Chiko rada-rada brutal.
"Ooo... Pasti si Mike pria sok ganteng itu. Ku plintir juga palanya!" Chiko langsung menuduh Mike yang membuat Tania menangis.
"Bukan, bukan Mike, bukan siapa-siapa. Aku lagi melow aja." Tania terpaksa berbohong, demi perdamaian dunianya yang nyaris amburadul gegara masalah cinta.
Kemarahan Chiko langsung surut, ia menyentuh pundak Tania, lalu membelai wajah Tania dengan lembut.
"Udah ah, jangan nangis terus. Lihat tuh, maskaramu luntur. Jadi jelek tauk!" bujuk Chiko seraya mengeluarkan menarik kaos oblong yang ia kenakan di balik kemejanya sedikit keatas.
"Sini! Lap air matamu itu. Mana ingusnya keluar-keluar!" Cerocos Chiko menjinjit kaki agar tubuhnya lebih tinggi lagi dari Tania dan mengusap airmata Tania dengan kaos oblong yang ia kenakan.
Tania kaget mendapat perlakuan yang tidak biasa dari para pria yang ia kenal. Biasanya para pria akan menyodorkan tisu atau sapu tangan. Tapi Chiko beda, Tania tak bisa mengelak dan menurut patuh membiarkan Chiko membersihkan wajahnya dengan baju yang ia kenakan.
Aroma parfum Chiko yang ia hapal sekali baunya, kini sangat jelas tercium menyentuh hidungnya. Saat Chiko mengangkat separuh bajunya keatas, Tania sempat melihat susunan tulang Chiko yang ber kotak-kotak di balik baju itu. Jantungnya seketika berdetak kencang, sulit untuk ia kontrol. Wajah Tania seketika memerah, rasa malu hinggap di hatinya.
Buru-buru ia mendorong tubuh Chiko agar menjauh.
"Apaan sih! Masa muka cantikku kamu lap pake baju? Make up ku pasti berantakan tauk,!" Ujar Tania pura-pura marah menghilangkan debaran jantungnya yang masih gegap gempita mengeluarkan bunyi dag dig dug serr...
Chiko tertegun memandangi wajah Tania yang kini terpampang jelas menghadap padanya. Mau ketawa, tapi ia tahan. Takut Tania benar-benar mengamuk kalau melihat wajahnya sekarang nyaris hitam semua karena seluruh maskara nya meluber, nyaris menutupi semua bulatan matanya hingga ke pipi.
"Euhm kamu cantik kok... sangat cantik malah. Kamu bawa make up kan? Kita ke toilet aja, biar kamu bisa make up lagi." ucap Chiko buru-buru mendorong Tania ke arah toilet yang tidak jauh dari situ.
Tania mengerutkan dahinya heran, melihat sikap Chiko yang tiba-tiba memaksanya masuk ke toilet. Hatinya jadi curiga, ada sesuatu pasti. Sebelum masuk, di pintu toilet, Tania sempat berpapasan dengan seorang perempuan yang hendak keluar dari toilet. Perempuan itu terlihat kaget melihat wajah Tania lalu pergi sambil menahan senyum.
Perasaan Tania makin tak enak. Kecurigaannya makin besar. Dia bergegas masuk ke toilet dan menjerit kesal ketika di kaca toilet ia melihat wajahnya jadi belang-belang seperti tentara mau pergi perang.
"Aaaa... Chi-ko...!"
Chiko melonjak kaget ketika mendengar Tania menjerit keras dari dalam toilet. Dia sudah bisa membayangkan betapa marahnya Tania saat ini melihat wajah cantiknya jadi seram.
"Mampus gue!" gumam Chiko menepuk jidatnya pasrah, menunggu Tania keluar toilet yang pasti bakal ngomel-ngomel.
Setelah sekian menit berlalu.
Syukurlah, apa yang ditakutkan Chiko tak separah yang ia bayangkan. Tania keluar toilet dengan wajah yang lebih fresh karena habis make up. Anehnya, tatapan Tania sedikit menggoda dan tersenyum manis sekali seolah ada rencana busuk yang berputar dibenaknya.
"Chiko ganteng..., berhubung tadi kamu bikin Tania kehilangan pesona kecantikannya, hari ini kamu Tania hukum! Traktir Tania makan, trus kita jalan-jalan cari resto yang bagus buat pesta ultah anak Pak Rudi, lalu antar Tania pulang, oke...!" Ucap Tania genit, mengedipkan sebelah matanya pada Chiko.
Chiko jadi meleleh. Awalnya dia pikir bakal disemprot Tania, nggak taunya malah di rayu. Gimana nggak meleyot, Chiko yang polos, nggak pernah di goda perempuan yang ia suka. Selama ini Tania hobinya cuma marah-marah dan bentak-bentak.
Chiko melonjak senang dalam hati. Hukuman Tania ia anggap sebagai hadiah. Siapa yang mau nolak pergi seharian sama Tania? Jika perlu nggak pulang-pulang. Ada dekat Tania tiap menit, tiap detik, adalah suatu hal yang diinginkan Chiko.
"Ayo, cepetan!" Ajak Tania tiba-tiba menggandeng tangan Chiko yang sontak kaget mendapat perlakuan istimewa kali ini dari Tania.
"Ya tuhan, terimakasih, kamu mendengar doaku selama ini." Chiko masih sempat mengucap syukur sebelum mengikuti langkah kaki Tania yang bergegas meninggalkan rumah sakit.
"Eh, aku belum pamitan sama Mike loh." Mendadak Tania menghentikan langkahnya teringat akan Mike.
"Nggak usah, aku tadi udah bilang sama Mike, langsung ajak kamu pulang tanpa pamitan dengannya." Cegah Chiko berbohong. Padahal dia tadi langsung kabur aja ninggalin Mike yang sempat perang mulut sebentar dengannya karena nggak mau dijagain Chiko.
"Oh ya...?" Tania membelalak tak percaya.
"Iyya... Suer! Ayo buru, ntar keburu malam!" gantian Chiko yang menggandeng Tania menuju parkiran rumah sakit.
Sesaat mereka masih sempat-sempatnya rebutan gandengan. Tania nggak mau di gandeng, maunya dia yang gandeng Chiko duluan.
"Aku yang gandeng, kamu bocah, aku tua dari kamu!" ketus Tania dengan mulut judesnya.
"Enak aja, apa kata dunia, aku cowok, kamu cewek. Aku yang gandeng." Sahut Chiko tak mau kalah.
"Enggak, aku!"
"Aku!"
Emang apa masalahnya sih? Siapa yang gandeng duluan? Katanya nggak boleh ribut dirumah sakit, laahh... Mereka berdua ribut juga. OMG! Kalau mereka jadi pasangan, dunia cuma milik mereka berdua kali ya, pasangan unik dan gokil.
*****
Saat ini, Tania dan Chiko sudah berada di depan sebuah restoran yang sangat mewah. Tania terpukau menatap bangunan berkelas dihadapannya dengan pandangan ragu.
"Kamu yakin? Pak Rudi sekeluarga bakalan suka tempat seperti ini untuk pesta ulang tahun anaknya?" Tanya Tania memperhatikan satu persatu pengunjung yang keluar masuk restoran itu.
"Yakin dong, emang kenapa?" Chiko bingung karena Tania terlihat cemas dan ragu-ragu.
Bukan berarti Tania tak pernah di ajak Pak Rudi meeting atau ke acara pertemuan relasi ke tempat yang mewah dan berkelas, hanya saja, penampilan mereka berdua saat ini tak mendukung untuk masuk kesana. Tania gengsi, masuk ke restoran itu dan jadi bahan perhatian orang banyak dengan penampilan ala kadar.
"Gimana caranya masuk kesana? Aku malu kalau pakai baju begini." Keluh Tania merasa minder.
Chiko malah tersenyum. Dia mengerti apa maksud Tania.
"Hmm..., ikut aku!" Mendadak Chiko memaksa Tania yang kebingungan naik ke atas sepeda motor maticnya.
Setelah memasangkan helm yang menutupi kepala Tania. Chiko langsung ngebut menuju suatu tempat. Meski hatinya penuh tanda tanya, Tania mengikuti ajakan Chiko yang entah membawanya kemana.
"Pegang yang kuat!" Jerit Chiko di sela bunyi deru motornya yang ngebut di jalanan.
Tania buru-buru memeluk pinggang Chiko kuat. Takut terbang, lalu jatuh. Kalo jatuh dari motor kan nggak enak, kalo jatuh cinta?
.
.
.
Ada yang tau nggak, Tania mau di bawa Chiko kemana?
SILAHKAN KOMEN...
*****
BERSAMBUNG.....
Yang masih jomblo jangan julid ya...
Tinggalkan jejak mu dengan LIKE, KOMEN, SUBSCRIBE, VOTE DAN GIFT yang buanyaakk...
Jangan lupa ⭐⭐⭐⭐⭐
terimakasih Oma untuk karya terbaiknya 🥰
titip 3 mawar buat pak Rudi ditunggu panggilan sayangnya hehe
sampai bertemu lagii 💝