Menikahi Kakak Tiri Mantan

Geng black dibentuk oleh Saka untuk membantunya balas dendam pada keluarga Atmaja. Namun, seiring waktu, geng black juga bertugas mengawasi jalannya kegiatan perusahaan baik di luar negeri maupun dalam negeri. Perusahaan di dalam negeri di awasi langsung oleh Saka dan Juan, sementara cabang diluar negeri diawasi oleh empat anggota lainnya. Anggota geng black terdiri dari Saka sebagai ketua. Juan Athar (40 tahun), Kalista (30 tahun), Lolia (30 tahun), Edward Frans(35 tahun), dan Jovan Narya (40 tahun) sebagai anggota. Mereka berlima adalah gelandangan yang ditolong Saka dulu. Mereka hidup nyaman berkat Saka. Jadi, mereka sangat menghormati Saka.

Geng black juga dikenal sebagai mafia di luar negeri. Pasalnya siapapun yang berani macam-macam dalam menjalankan pekerjaan di Tama group, akan berhadapan dengan mereka. Mereka memiliki mata-mata dimanapun. Mereka juga terkenal berdarah dingin.

Salah satu anggota geng black, yaitu Kalista sangat menyukai Saka. Dia pernah menyatakan cinta pada Saka, tapi berakhir di tolak. Saka meminta Kalista menghapus perasaan sukanya jika Kalista masih ingin menjadi bagian dari keluarga. Saka juga meminta agar Kalista tidak pakai hati dengannya. Agar tidak di keluarkan dari geng black, Kalista terpaksa berusaha menghapus perasaan dihatinya pada Saka.

Sampai sekarang Kalista masih belum melupakan Saka. Dia hanya pura-pura sudah melupakan Saka. Namun, Kalista berbeda dengan Raima, dia wanita yang tau terima kasih. Jika bukan karena Saka mungkin dia masih hidup di jalanan.

Kalista awalnya menangis mendengar berita pernikahan Saka, namun setelah melihat Saka sangat bahagia bersanding dengan istrinya, hati Kalista lega. Mana mungkin Kalista tidak bahagia melihat pria yang dia cintai bahagia. Kalista terharu, pria sedingin Saka juga bisa mencintai seorang wanita dengan tulus. Padahal dulu Saka mengunci rapat-rapat pintu hatinya untuk semua wanita.

"Selamat Kak Saka, aku ikut bahagia," ucap Kalista, dari jauh, dengan pelan, tentu hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri.

Saat bertepuk tangan, mata Vito tidak sengaja menangkap sosok Kalista yang terlihat sangat anggun. Vito melihat Kalista menatap Saka sangat dalam. Sekali lihat Vito sudah tau kalau itu bukan tatapan biasa, tapi tatapan seorang wanita yang merelakan pria yang dia cintai menikahi wanita lain.

"Sepertinya banyak wanita yang patah hati hari ini. Wajar sih, Saka kan pria idaman nomor satu," gumam Vito.

Diatas altar pernikahan, Saka dan Berlian sedang bertukar cincin pernikahan.

"Sayang, setelah ini aku akan membawamu bulan madu ke tempat yang indah," kata Saka.

"Di mana?" tanya Berlian dengan penasaran.

"Di kutub Utara," jawab Saka.

"Kutub Utara? Yang benar saja, yang ada kita mati kedinginan, badan kita bisa beku," sahut Berlian.

"Tidak sayang, aku punya pulau pribadi di Finlandia. Pulau itu masuk di wilayah kutub Utara, pemandangan Aurora di sana sangat indah. Tempatnya memang dingin, tapi kamu tenang saja, vila pribadiku di sana memiliki pemanas ruangan yang canggih," jelas Saka.

"Kita bisa bermain salju, naik kapal pemecah es dan masih banyak lagi. Kamu mau kan?" sambung Saka. Berlian mengangguk.

Saka senang Berlian bersedia ikut dengannya bulan madu ke kutub Utara.

Cup ...

Saka mencium bibir Berlian dengan durasi cukup panjang. Semua orang terkejut dengan aksi yang Saka lakukan, tapi semuanya ikut bahagia.

.

.

.

Beralih ke Dion dan yang lainnya. Mereka sudah tiba di markas geng black. Untuk menghindari perkelahian, anak buah Dion melempar bulatan asap yang berfungsi sebagai obat bius. Jika bulatan asap itu gagal, barulah mereka memakai kekerasan. Namun, tampaknya bulatan asap itu berhasil membius semua orang di sana. Terbukti, mereka semua terkapar begitu saja.

Dua anak buah Dion memakai helm khusus masuk ke dalam agar tidak terhirup gas itu. Dion, Ela, Raima dan beberapa anak buah yang lain menunggu di luar. Setelah setengah jam berlalu, dua anak buah itu akhirnya keluar dari dalam membawa Nino yang juga pingsan. Kondisi Nino sangat memprihatinkan, wajahnya babak belur, tubuhnya juga kurus. Dion dan Ela marah melihat anak mereka disiksa sangat berat oleh Saka.

"Kurang ajar kamu, Saka. Malang sekali nasib anakku. Akan ku balas perbuatanmu," ucap Ela. Hatinya sakit melihat tubuh Nino yang babak belur.

"Ma, sebaiknya kita cepat pergi dari sini. Kita susun dulu rencana matang-matang, baru kita kembali menghadapi Saka," ucap Dion.

"Papa benar, Saka tidak bisa di remehkan. Raima, bawa kami ke kapal itu sekarang juga!" titah Ela.

"Iya, Tante," jawab Raima. Di sini, Raima bertugas mencarikan kapal ilegal sekaligus membawa mereka ke sana. Setelah kapal berangkat, tugas Raima selesai. Raima akan membawa rahasia ini sampai mati.

"Kalian semua, tugas kalian sudah selesai, cepat pergi dari sini!" titah Dion pada anak buah yang dia sewa.

Mereka semua mengerti. Mereka pun melaksanakan perintah Dion untuk bubar.

.

.

.

Mobil Raima tiba di pantai. Di sana sudah ada kapal ilegal yang menunggu. Beberapa awak kapal pun turun membantu mengangkat Nino ke atas kapal. Setelah semuanya sudah naik ke atas kapal, kapal pun siap berangkat. Mereka berencana berlayar ke Vietnam, tepatnya di kota Cotaya. Di sana, mereka akan bersembunyi untuk sementara waktu sambil menyusun rencana balas dendam pada Saka.

Kapal berangkat.

Raima masih di pantai, melihat kepergian mereka. Raima tidak menyangka, Nino dan keluarganya berakhir ditangan Saka. Rupanya Saka bukan pria sembarangan. Raima pun mulai takut menyentuh Berlian, dia takut berakhir seperti Nino.

"Sialan, kenapa hidup Berlian selalu nyaman. Aku pikir setelah merebut Nino darinya, hidup Berlian akan sengsara. Lihat saja, setelah Saka berhasil di hancurkan oleh Nino dan keluarga, barulah giliran Berlian untuk hancur." Raima sangat kesal atas keberuntungan yang dimiliki Berlian.

"Hoek ... Hoek ..." Raima merasa mual. Kepalanya juga sedikit pusing.

"Kenapa ini? Apa aku masuk angin? Sebaiknya aku pulang, banyak angin dingin di pantai." Raima berjalan, masuk ke mobilnya. Dia menghidupkan mesin mobil, kemudian meninggalkan pantai secepat mungkin.