NovelToon NovelToon
Cinta Laki-laki Penghibur

Cinta Laki-laki Penghibur

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / PSK
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ibnu Hanifan

Galih adalah seorang lelaki Penghibur yang menjadi simpanan para Tante-tante kaya. Dia tidak pernah percaya Cinta hingga akhir dia bertemu Lauren yang perlahan mulai membangkitkan gairah cinta dalam hatinya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibnu Hanifan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAAB 24

Beberapa minggu telah berlalu sejak perkelahian Galih dan Aldo di diskotik malam itu. Luka-luka fisik mungkin sudah sembuh, tapi luka batin mereka masih menganga—dan belum juga hilang.

Setiap kali mereka bertemu di kampus, tatapan mereka seperti dua pisau tajam yang saling menantang. Tatapan penuh kebencian, dendam, dan emosi yang tak tersampaikan.

Galih, yang biasa cuek, kini tak bisa menyembunyikan amarahnya setiap kali melihat Aldo berjalan berdampingan dengan Lauren. Dan Aldo, seolah tahu kelemahan Galih, terus memainkan peran kekasih sempurna—namun dengan motif busuk.

Di koridor kampus, saat Galih hendak masuk kelas, Aldo tiba-tiba muncul sambil menggandeng tangan Lauren.

Aldo (berteriak cukup keras):

“Sayang, sini aku cium dulu biar semangat kuliahnya…”

Seketika itu juga, Aldo mencium pipi Lauren, tepat di hadapan Galih yang berdiri tak jauh.

Lauren tampak sedikit canggung, sempat menoleh ke arah Galih yang terdiam mematung. Tapi dia tidak menolak. Meskipun hatinya tidak sepenuhnya nyaman, dia membiarkan Aldo melakukannya.

Galih mengepalkan tangannya. Rahangnya mengeras. Dadanya sesak menahan amarah.

“Dasar bajing*n…” batin Galih.

“Lo pikir gue nggak tahu siapa lo yang sebenarnya?”

Langkahnya melambat. Dia ingin menghampiri Aldo. Ingin memukul wajah sok sucinya itu sekali lagi—lebih keras dari sebelumnya.

Tapi Galih sadar… dia bukan siapa-siapa.

Dia tak punya kuasa apa pun untuk menegur Lauren, apalagi menyentuh Aldo. Bahkan keberadaannya di antara mereka terasa tidak diinginkan.

Galih berbalik.

Ia memilih menjauh… meninggalkan koridor dengan hati yang penuh bara.

---

Malam harinya, di dalam kamar kos yang gelap, Galih duduk di pinggir ranjang dengan sebotol air mineral di tangan.

Ponselnya terbuka menampilkan foto-foto dirinya dan Lauren di masa lalu—saat mereka masih tertawa bersama, saling merangkul, dan saling percaya.

Satu per satu foto itu ia hapus, namun satu foto ia tahan—foto ketika Lauren tertawa tanpa sadar, saat mereka berdua duduk di taman kampus.

Galih (berbisik pelan):

“Ngga tau kenapa tahu kamu dipermainkan seperti itu rasanya sakit banget...... Aku rela kamu bahagia sama laki-laki lain, Ren. Tapi aku ga terima kalo kamu cuma dijadikan mainan sama Si Aldo itu”

Ia menggenggam ponselnya erat. Di antara rasa sakit, ada satu hal yang tetap tak berubah—ia masih mencintai Lauren.

---

Restoran itu dipenuhi cahaya temaram, alunan musik klasik membuat susananya menjadi syahdu, dan bau anggur mahal tercium dari segala sudut. Lauren dan Aldo duduk berdua di meja pojok, menikmati makan malam yang tampaknya sempurna. Hingga sebuah insiden kecil mengubah segalanya.

Seorang pelayan wanita yang baru saja membawa minuman tergelincir sedikit karena lantai yang licin. Gelas wine merah tumpah, dan kena tepat di jas Aldo yang mahal.

Aldo (dengan nada tinggi):

“Hey! Beg*! Lo bisa kerja ga sih?! Jas gue ini mahal, tahu gak? Gaji Lo setahun aja ga cukup buat ganti!”

Wajah pelayan wanita itu pucat, tubuhnya gemetar. Dia terus meminta maaf, berulang kali. Namun Aldo tak peduli.

PLAK!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi pelayan itu. Beberapa tamu mulai menoleh. Lauren terkejut bukan main.

Lauren (bangkit berdiri):

“ALDO! Kamu apa-apaan sih?! Kamu ga bisa nampar orang gitu aja!”

Lauren langsung menghampiri si pelayan, membantunya berdiri, dan memeriksa pipinya yang memerah akibat tamparan tadi.

Aldo, yang sadar dirinya jadi pusat perhatian, tiba-tiba berubah sikap. Dia mengeluarkan dompet dan menarik beberapa lembar uang ratusan ribu.

Aldo (sok lembut):

“Maaf ya… ini buat kamu, buat obatin pipimu. Tadi aku cuma emosi, maaf ya…”

Pelayan itu menerimanya dengan ragu, lalu buru-buru pergi. Sementara Lauren hanya menatap tajam ke arah Aldo.

Lauren:

“Tahu ngga tindakan kamu tadi kaya anak kecil tahu. Ngga semua masalah bisa diselesaikan dengan kekerasan. Jujur aku benci banget sama cowo yang suka main tangan.”

Aldo menghela napas, mencoba menenangkan suasana.

Aldo:

“Udahlah, Ren. Aku udah minta maaf juga, Udah kasih duit juga buat dia berobat. Lagian dia itu cuma pelayan, …”

Lauren (potong):

“Pelayan atau bukan dia tetep manusia. Yang ga pantes kamu perlakuan seenaknya”

Aldo terdiam. Lauren menarik napas panjang, lalu mengambil tasnya.

Di Dalam Mobil – Perjalanan Pulang

Mobil sedan hitam mereka meluncur pelan di jalanan Jakarta yang padat.

Lauren menatap keluar jendela, mencoba menyusun pikirannya. Kata-kata Galih di malam perkelahian mereka kembali terngiang:

"Coba tanya sendiri dia di mana gue mukul dia."

Lauren mulai meragukan semuanya. Apakah Aldo benar-benar mencintainya?

Dia mengingat saat Aldo terlihat begitu manis... tapi dia juga tidak habis pikir bagaimana Aldo bisa sebrutal tadi, dalam sekejap. Sisi kelam Aldo mulai terlihat. Lauren merasa Aldo seperti memiliki dua kepribadian yang berbeda.

Lauren (dalam hati):

“Apa Galih selama ini benar?

1
Mawar Agung
saya suka ceritanya semangat ya Thor💪😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!