Mengisahkan tentang Ling Yi, seorang gadis desa yang mendadak kehilangan kebahagiaannya akibat suatu bencana tak terduga.
Bukan karena musibah, melainkan karena peristiwa kebakaran yang di sengaja oleh pasukan jahat dari suatu organisasi rahasia.
Di saat itu pula, Ling Yi juga menyadari bahwa ia memiliki suatu keistimewaan yang membuat dirinya kebal terhadap api.
Malam itu, kobaran api yang menyelimuti rumah mungilnya itu akhirnya menjadi saksi bisu tentang kepedihan, kesedihan, kemarahan, serta kebencian yang memuncak dalam tekadnya untuk membalaskan dendam.
"Tidak bisa aku maafkan! Penderitaan ini, aku pasti akan mengingatnya seumur hidupku!"
"Akibat ulah mereka, aku sampai harus kehilangan ibuku, ayahku, tempat tinggal, serta semua harta bendaku,"
"Aku bersumpah! Suatu hari nanti, aku pasti akan menghabisi mereka semua dengan apiku sendiri!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SSERAPHIC, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Seperti Biasanya
Waktu makan siang akhirnya tiba. Semua orang pun sudah kembali berkumpul di ruang makan. Beragam menu makanan serta minuman lezat pun serta merta tertata tapi di atas meja. Namun, kebalikannya. Bukannya suasana riang yang mereka tunjukkan, ruangan itu justru dipenuhi keheningan yang semakin mencekam. Raut wajah orang-orang di sana cenderung lesu, dan tampak sibuk berkutik dengan isi pikiran masing-masing.
"Kelihatannya, kalian semua sedang tidak bersemangat. Ada apa?" tanya Raja Xiao Wei bimbang. "Ling Yi? Apa kalian baik-baik saja?" tanya Raja Xiao Wei sekali lagi sembari menatap Ling Yi.
Lamunan Ling Yi pun terpecah. Pandangannya kini tertuju pada Raja Xiao Wei. Ia mengangguk, sembari menampilkan senyuman canggungnya. "B-benar, Yang Mulia. Hamba baik-baik saja,"
"Sejak tadi, aku lihat ayah terus saja melamun. Ayah pasti merasa sangat sedih saat teringat dengan ibu.," batin Ling Yi, yang terus saja kepikiran dengan ayahnya yang termenung di sebelahnya.
"Tapi, Xiao Feng dan Yan Cheng juga terlihat aneh, tidak seperti biasanya. Ada apa dengan mereka? Tidak! Ini tidak boleh di biarkan!"
"Baiklah... Yang Mulia, apa sudah bisa kita mulai? Rasanya aku tidak bisa tahan jika melihat hidangan selezat ini, hehe..." ucap Ling Yi yang berusaha terlihat ceria.
"Hahaha... dasar Ling Yi. Sudah lapar, ya? Baiklah! Ayo! Silahkan makan, semuanya," sahut Raja Xiao Wei dengan tertawa ramah. "Xiao Feng, Yan Cheng, ayo? Kalian juga harus makan, ya?"
Xiao Feng pun menatap ayahnya sekilas. "Baik, ayah,"
"Terima kasih, Yang Mulia," jawab Yan Cheng sambil tersenyum tipis.
"Ayah? Ayo, makanlah," bujuk Ling Yi lembut, sembari menggoyahkan tubuh ayahnya untuk memecah lamunannya. Namun sang ayah masih saja tertunduk lemas.
Raja Xiao Wei pun terus menatap Ling Chen penuh iba dengan sejuta kebingungan dalam kepalanya, tentang bagaimana cara mengembalikan keceriaan sahabatnya itu. "Dia pasti sangat berduka. Aku harus apa sekarang?"
Bagaimana tidak sulit? Pasti berat rasanya bila menjadi Ling Chen, seorang suami, yang akhirnya di pertemukan kembali dengan istrinya yang telah terpisah oleh maut. Terpisah oleh dunia, serta wujud yang jauh berbeda. Istri cantiknya yang begitu ia cintai itu, kini hanya tinggal butiran debu yang terperangkap dalam sebuah guci. Ling Chen benar-benar tidak pernah menyangka akan mengalami kenyataan sepahit ini dalam hidupnya, dan hal itu pun benar-benar sukses membuat dirinya terpukul dengan hebat.
"Ada apa, Ling Chen? Memangnya semua makanan lezat ini belum cukup, ya, untuk membangkitkan selera makanmu? Atau, apakah ada hidangan lain yang kamu inginkan? Aku bisa meminta pelayan memasaknya jika kamu mau," basa-basi Raja Xiao Wei, dengan senyuman ramah yang senantiasa terukir di wajahnya.
Mendengar hal itu, Ling Chen pun menggeleng cepat untuk menolak tawaran Raja Xiao Wei.
"Tidak, Yang Mulia- maksudku- Xiao Wei. I-itu tidak perlu. Aku rasa, ini benar-benar sudah lebih dari cukup. Sungguh," jawab Ling Chen terbata-bata lantaran di penuhi dengan rasa sungkan.
"Begitu, ya?" sahut Raja Xiao Wei yang tersenyum puas setelah berhasil mendapat jawaban langsung dari Ling Chen.
"Ngomong-ngomong, aku tau tentang lokasi pantai terdekat dari sini. Pantai itu juga dikenal sebagai salah satu dari pantai terindah di negeri ini, membuat orang-orang tertarik untuk sering berkunjung ke tempat itu, untuk sekedar menikmati pemandangannya, maupun melakukan ritual-ritual tertentu. Jadi, bagaimana kalau aku menemanimu dan menaburkan abu istrimu di sana? Kamu mau, kan?"
"B-benarkah? Apakah kamu bersedia menemaniku ke tempat itu?" tanya Ling Chen antusias, dengan mata yang berbinar dan penuh harap.
Raja Xiao Wei pun tersenyum dan mengangguk lembut. "Tentu saja, Ling Chen. Aku pasti akan menemanimu, dan mengantarkan kalian sampai ke pantai itu. Jadi, aku mohon jangan bersedih lagi, ya? Bahagiakanlah istrimu, dengan cara hidup bahagia di dunia ini, bersama dengan Ling Yi. Dengan begitu, aku yakin, pasti dia juga akan merasa jauh lebih tenang di alam sana,"
Ling Chen pun tertunduk. Sepasang matanya terlihat mengembun, namun senyuman cerah tetap terukir dengan jelas di raut wajahnya.
"Kamu benar, Xiao Wei. Baiklah, akan ku usahakan. Sepertinya itu memang cara paling tepat untuk bisa membuatnya tenang. Terima kasih, Xiao Wei," jawab Ling Chen menatapnya penuh haru.
"Terima kasih banyak, Yang Mulia," timpal Ling Yi dengan senyuman, yang sedari tadi juga terus memperhatikan mereka dengan seksama.
Raja Xiao Wei pun kembali mengangguk dengan senang hati. Dan setelah suasananya berhasil di kondisikan, mereka pun memulai makan siang bersama.
Seusai makan siang, Raja Xiao Wei pun terpaksa berpamitan untuk kembali pulang ke Kerajaannya. Semua orang pun berkumpul di depan pintu masuk istana untuk menghantarkan kepergiannya.
"Maaf, Ling Chen. Aku tidak bisa berlama-lama di sini, aku harus pergi sekarang," tutur Raja Xiao Wei menghadap Ling Chen.
"Tapi, kenapa, Xiao Wei? Bukankah ini adalah istanamu?"
Raja Xiao Wei menggelengkan kepalanya, dan tersenyum.
"Tidak, Ling Chen. Tempatku bukan di sini. Kerajaan ini adalah milik Xiao Feng seorang. Sedangkan aku harus kembali ke Kerajaanku sendiri untuk terus menunaikan segala tugasku di sana,"
"Itu benar, ayah. Raja Xiao Wei, dan Pangeran Xiao Feng memang memiliki Kerajaan mereka masing-masing," timpal Ling Yi memberi penjelasan pada ayahnya.
"Jadi begitu? Aku tak menyangka. Ternyata, kekayaan keluarga Xiao benar-benar tidak bisa di remehkan," batin Yan Cheng.
"Begitu, ya? Baiklah, aku mengerti. Hati-hati di jalan, Xiao Wei. Maaf telah merepotkanmu. Dan juga, terima kasih untuk semua kebaikan yang telah kamu lakukan untukku, dan Ling Yi," jawab Ling Chen sambil tersenyum, dan membungkukkan tubuhnya sesaat.
"Tidak apa, Ling Chen. Tidak perlu sungkan. Anggap saja ini seperti rumah kalian sendiri. Aku janji, saat kamu sudah pulih nanti, kita pasti akan pergi ke pantai bersama-sama,"
Raja Xiao Wei dan Ling Chen pun berpelukan sesaat sebagai salam perpisahan. Setelah itu, Raja Xiao Wei akhirnya berangkat menuju Kerajaannya dengan kereta kudanya.
Setelah kepergian Raja Xiao Wei, Ling Yi pun berpamitan pada Xiao Feng dan Yan Cheng untuk mengantarkan sang ayah beristirahat di kamar.
"Ini obatmu, ayah," ucap Ling Yi sembari memberikan semangkuk ramuan herbal pada ayahnya, yang baru saja di buatkan oleh tabib.
Ling Chen pun menerimanya, dan meneguk ramuan itu perlahan hingga habis. Setelah itu, Ling Yi kembali meraih mangkuknya dan meletakkan di atas nakas.
"Sekarang tidurlah, ayah. Ayah juga harus banyak beristirahat supaya cepat pulih," bujuk Ling Yi, sembari membantu ayahnya berbaring di kasur.
Bukannya menjawab, Ling Chen justru terus memandangi putrinya itu dengan senyuman, dan kedua matanya yang sayu.
"Ternyata, sekarang ini putri ayah sudah lebih cerewet, ya?" ucapnya terkekeh, namun langsung terdiam saat melihat putrinya yang tak merespon. "Kenapa, Ling Yi? Ada apa?"
Bukannya memperhatikan, sang putri justru tak mendengar ucapannya lantaran terlalu fokus menatapi pintu kamar mereka. Bayangan seseorang yang mempergelap sisi di bawah pintu itu telah sukses menarik perhatian dan rasa penasarannya.
"Sepertinya ada seseorang di luar. Siapa itu?"
🤗