From Debt Collector To Great Mother

Keduanya melakukan perkenalan singkat, Zian membalas senyuman dari ibu dan anak itu. Terlihat, anak perempuan itu mendekat pada istrinya.

"Ayah, siapa itu?" Tanya Daniel dengan suara pelan.

"Teman ibu." Jawab Zian pada putranya.

"Hai, aku Aveline. Namamu siapa?" Anak perempuan itu mendekati Daniel dan mengulurkan tangannya.

"Daniel." Jawab anak laki-laki itu.

"Aku sudah mengabari suamiku. Ayo, kita perlu membahas urusan kita bukan?" Jelas Madam.

Di dalam kuda besi itu, kedua keluarga itu berada disana. Sepanjang perjalanan, hanya sesekali ada perbincangan. "Ada apa?" Tanya Carolline, dia melihat kebisuan suaminya.

"Katakan, jika ada yang menganggu dirimu." Lanjut Caroline.

"Bukan, hanya saja aku merasa sedikit kurang nyaman. Terlebih, mereka mengantarkan kita pulang."

"Ya, kita juga sudah menolak tadi. Tapi....." Caroline menghentikan ucapannya sembari menoleh pada Daniel.

"Kalau kau tidak nyaman, aku akan mengatakan pada madam..." Mereka berbisik-bisik agar tidak terdengar.

Zian tersenyum kecil, satu tangannya terangkat dan mengelus lembut punggung tangan Grace. Ada getaran kecil yang terasa oleh Caroline, dia membalas senyuman suaminya.

"Tidak apa, setidaknya untuk kali ini."

"Baiklah." Mau dikata apa lagi, mereka sudah di dalam mobil dan rumah mereka juga sudah dekat.

"Habis ini kemana?"

"Belok kanan Madam!" Jawab Caroline.

"Ok!" Madam mengarahkan suaminya untuk berbelok ke kanan.

"Berhenti disini madam."

"Kenapa?" Tanya madam.

"Karena mobilnya nggak bisa masuk. Cuma buat motor dan jalan kaki." Jelas Caroline. Keluarga kecilnya keluar dari mobil itu.

"Terimakasih bibi cantik dan Aveline." Ujar Daniel.

"Terimakasih karena sudah mengantarkan kami." Baru saja mereka keluar, Caroline menangkap' pemandangan yang aneh.

"Kok disana ramai Bu. Kan kedai nya kita tutup Bu." Ujar Daniel.

"Mungkin ada acara." Balas Zian.

"Ya sudah, kita pulang saja."

"Eh ini mereka!" Seorang wanita dengan tubuh kurus datang dengan tergesa-gesa.

"Akhirnya pulang juga!"

"Ada apa ya Bu?" Tanya Zian.

"Itu! Rumahnya kebakaran! Kayaknya gas meledak! Tuh! Udah dipadamin juga sama pemadam kebakaran. Sekarang udah tinggal separuh tuh!" Tentu saja berita itu mengejutkan mereka.

Langsung saja, mereka berlari kesana. "Mommy, ayo kita lihat!" Ajak Aveline.

Dan ya, bangunan yang sebelumnya kokoh berdiri itu telah tinggal setengah. Cat yang biasanya menghiasi rumah itu digantikan dengan warna hitam pekat dan juga asap yang keluar.

"Ibu, kedai dan rumahnya hangus." Ucapan itu terlontar dari bibir Daniel.

"Pokoknya kalian harus ganti rugi! Lihat! Rumah ku habis terbakar! Ayo ganti ruginya!" Desaknya, rambut yang sudah tidak beraturan dengan kepalan tangan yang sudah basah.

"Ayo ganti ruginya!"

"Siapa kau! Aku berurusan dengan mereka!" wanita pemilik rumah itu tidak terima dengan kehadiran madam yang menghalangi jalannya.

"Aku akan bayar ganti ruginya. Kau sebutkan saja." Jelas Madam.

"Nyonya, itu tidak perlu." sanggah Zian.

*******************

Sekarang keluarga kecil itu berada di depan gerbang besar itu. Dengan barang seadanya dan pakaian yang melekat di tubuh mereka.

"Kalian bisa tinggal disini."

"Maaf nyonya, tapi kami tidak bisa menerima nya." Madam tersenyum kecil.

"Jangan khawatir, aku paham maksud mu. Ada rumah untuk kalian, maksudku rumah untuk pekerja di rumah ku. Kalian kan sudah bekerja disini, jadi tinggal disini." Jelas Madam.

"Istrimu bekerja sebagai guru untuk putriku. Kau pastinya bisa mengerjakan pekerjaan seperti menyiram bunga atau berkebun kecil kan?"

Bersambung.....

Jangan lupa like komen dan favorit serta hadiah nya ya terimakasih banyak 🥰 🙏