NovelToon NovelToon
Oh My God, Aku Punya Harem

Oh My God, Aku Punya Harem

Status: sedang berlangsung
Genre:Zombie / Sistem
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: samsuryati

lili ada gadis lugu yang Bahkan tidak pernah punya pacar. tapi bagaimana Ketika tiba di hari kiamat dia mendapatkan sebuah sistem yang membuatnya gila.

bukan sistem untuk mengumpulkan bahan atau sebuah ruang angkasa tapi sistem untuk mengumpulkan para pria.

ajaibnya setiap kali ke pria yang bergabung, apa yang di makan atau menghancurkan sesuatu, barang itu akan langsung dilipatgandakan di dalam ruangan khusus.

Lily sang gadis lugu tiba-tiba menjadi sosok yang penting disebut tempat perlindungan.

tapi pertanyaannya Apakah lili sanggup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon samsuryati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24

Belum sempat Lili membuka suara lagi, suara sistem muncul dalam benaknya yang terdengar seperti sedang panik.

[PERINGATAN DARURAT)

(Tingkat kesukaan permaisuri Real menurun drastis!

> Nilai: 41% → 25%

> Status: Tidak Stabil

> Dampak sistem: Jika nol persen Kota Harem akan tertutup kembali, akses Blok R sebelumnya akan tidak aktif!Tuan rumah akan di hukum dengan serangan listrik tegangantinggi ,dan akan jatuh untuk setiap purnama ")

Lili membelalakkan mata, menahan napas. setelah dia menyebut real adalah ratu di dalam harem,maka status pria itu tidak rendah. Dia bahkan bisa membuat keputusan apakah tetap tinggal atau pergi.

Tapi karena statusnya,jika Real pergi maka dia akan di hukum kejutan listrik sebulan sekali.

Walaupun demikian konsekuensinya masih tetap ada.Kota akan kembali dalam posisi terkunci dan Blok R kembali tertutup .Artinya lili akan kembali lapar sebelum menemukan pengganti real.

"Tidak… tidak boleh. Jika Real keluar… semua bisa hancur.

"Sistem apa yang harus kita lakukan?"

(Stabilkan emosi Target.. Gunakan *perilaku penenang atau candaan ringan.Real adalah kunci pusat. Kehilangan dia sama dengan hilangnya fondasi kota.)

Lili memaksa tersenyum, meski hatinya tercekik oleh rasa cemas.

Real?"

Masih diam.

"Real,kok diam sih?"

“Hei… kau tahu nggak?” katanya sambil menyentuh lengan Real, berusaha terdengar santai, “Kalau kau diam seperti ini terus, orang-orang bisa mengira kau sedang ikut lomba patung es nasional.”

Real hanya menoleh sekilas, ekspresinya dingin. Tapi tidak ada senyum.

Huh dinginnya.

Lili mencoba lagi, kali ini dengan nada sedikit manja. “ Real Aku tahu aku mungkin terlihat… murahan di matamu sekarang.” Ia tertawa hambar. “Tapi percaya atau tidak, aku nggak pernah ngelakuin ini dengan siapa pun, sebelum dunia jadi kacau.”

Lili cukup naif sebenarnya tapi karena sistem Harem dia harus berkompromi.Tapi Evan memang masuk kriteria nya jadi.. hehehe.

Hanya saja dia mengedepankan kepolosan nya di depan real.

Untunglah Real menatapnya, kali ini lebih lama. Tatapan itu menusuk antara kecewa dan lelah.

Tapi sesuatu dalam hatinya mulai bergeser.

Dalam hati, Real merenung.

"Kalau bukan karena sistem bodoh ini… dia pasti nggak akan seperti itu. Mungkin... mungkin ini bukan sepenuhnya salahnya."

Dia menutup matanya sejenak. Meskipun wajahnya tetap tanpa senyum, napasnya melambat. Ada yang lunak di balik sikap kerasnya.

(Tuan rumah terus lah berusaha.

> **Status Emosi Target A: Stabil.

> Nilai: 25% → 39%

> *Kemungkinan Pemutusan Status: Menurun.*

> *Catatan: Target telah mulai memaafkan secara internal. Lanjutkan interaksi perlahan.)

Lili mendengar itu dan diam-diam menghela napas lega. Ia tahu ini belum selesai, tapi setidaknya… Real belum benar-benar melepaskannya.

Real menatap jendela yang dibalut embun tipis. Angin dingin meniup tirai lusuh, seolah menyibakkan sisa-sisa keheningan yang menggantung sejak Evan pergi.

Ia menarik napas panjang.

"Apa gunanya marah? Apa gunanya menuntut kesetiaan di dunia yang sudah hancur seperti ini?"pikirnya lirih.

Real bukan pria yang gemar bicara, dan bukan pula seseorang yang mudah membuka hati. Tapi sejak pertama kali melihat Lili tersesat di jalanan kota mati, dengan mata yang tak tahu arah namun tetap menyimpan api untuk bertahan hidup, ada sesuatu yang mengusik di dadanya.

Dia tidak pernah benar-benar mengucapkan, tapi dalam hatinya... dia menginginkannya. Untuk dirinya sendiri. Bukan sebagai bagian dari sistem. Bukan sebagai ‘pasangan terdaftar’. Tapi sebagai Lili. Sebagai perempuan satu-satunya di dunia yang bisa membuatnya menoleh dua kali.

Namun semua itu tampak sia-sia saat kenyataan menyentaknya: Lili bukan miliknya. Bahkan sejak awal pun tidak. Sistem harem itu, ikatan kontrak, aturan dunia baru… semua seperti menertawakan idealismenya.

"Kalau aku tidak bisa memiliki dia seorang diri… apakah aku harus meninggalkannya?" Pertanyaan itu membuat dadanya sesak.

Dia mengertakkan rahang.

Namun semakin dia marah, semakin dia sadar bahwa semua ini bukan sepenuhnya kesalahan Lili. Dunia telah berubah. Integritas mati bersama kota pertama yang jatuh.

Moral hanya menjadi legenda.

Di era ini, ikatan setia lebih seperti cerita dongeng yang tidak cocok dipeluk dalam gelap dan lapar.

Dan di balik semua itu, Lili tetap datang padanya. Tetap menatap matanya dengan ragu tapi tulus. Tetap mencoba bercanda meski suaranya bergetar. Tetap berusaha menjaga dia... walau dengan caranya yang membingungkan.

Real meremas jemarinya. Mungkin rasa kecewa ini memang tidak bisa langsung hilang, tapi dia bukan anak kecil yang akan kabur karena merasa tak diistimewakan.

"Mungkin aku bisa belajar berdamai… bukan karena aku menyerah. Tapi karena aku memilih dia, bukan sistemnya."

Untuk pertama kalinya, Real menundukkan kepala dalam diam. Di tengah sunyi yang menggantung, satu kalimat mengendap dalam pikirannya:

"Kalau memang aku tidak bisa menjadi satu-satunya, maka setidaknya biarkan aku jadi yang paling berarti."

(Peringatan darurat telah dibatalkan. Emosi target utama—Real—telah stabil.)

"Ah syukur lah"

Lili menghela napas lega meski jantungnya masih berdetak kacau. Ia duduk di samping Real yang masih membisu sejak Evan pergi. Angin dari celah jendela menelusup perlahan, membawa hawa dingin yang membuat keheningan terasa lebih berat.

Lili tahu, pria ini masih marah. Atau lebih tepatnya, terluka.

"Aku tahu... semua ini pasti membingungkan dan menjijikkan bagimu," ucap Lili pelan, mematahkan hening yang menggantung. "Sistem ini… pilihan yang aku buat… tidak masuk akal untuk seseorang sepertimu."

Real menoleh perlahan, tatapannya masih tajam, namun tak sekeras sebelumnya.

"Kalau suatu hari nanti… kau punya lebih banyak pria dalam sistem itu... apakah kau masih akan memikirkan aku seperti sekarang?" tanyanya akhirnya, suaranya datar tapi mengandung kepedihan yang nyata.

Lili menatapnya, lama. Lalu tersenyum tipis, pahit.

"Aku akan jujur, Real. Mungkin sistem akan terus mendorongku untuk menambah pasangan… untuk membentuk sesuatu yang disebut kekuatan. Tapi kalau kau bertanya… siapa yang paling berarti… jawabannya tidak pernah berubah."

Real tak berkata apa-apa, tapi matanya bergerak, menatap Lili dengan sorot samar.

"Aku… aku bahkan sudah menyebutkan pada sistem bahwa kau adalah ratu dalam haremku," lanjut Lili lirih. "Bukan sekadar pasangan, bukan pion yang bisa diganti. Tapi inti. Seseorang yang punya suara, kekuatan, dan tempat khusus."

Real tersentak. "permaisuri?"

"Iya." Lili mengangguk perlahan. "Karena aku percaya, kalau dunia ini benar-benar bisa dibangun ulang… aku ingin membangunnya bersamamu, Real. Bukan dengan pria-pria itu. Mereka… hanya bagian dari sistem. Tapi kamu—kamu adalah bagian dari apa yang masih membuatku menjadi manusia."

Ada jeda panjang. Real menatapnya dalam diam, dan dalam tatapan itu ada perang emosi yang bergolak.

Akhirnya, dia berkata pelan, “…Meski aku harus melihatmu berbagi senyum dengan pria lain?”

Lili mengatup bibir, lalu dengan nada getir ia menjawab, “Kalau dunia ini bisa memilih, aku hanya ingin membagikan semuanya padamu. Tapi aku tak cukup kuat untuk melawan semua nya sendirian. Aku hanya… ingin kamu bertahan denganku, sampai saat aku cukup kuat untuk mengubah semua ini.”

Real menunduk. Lalu, tanpa bicara lebih lanjut, ia meraih tangan Lili dan menggenggamnya erat. Tidak dengan amarah, tidak juga dengan restu penuh—tapi dengan pengakuan diam-diam bahwa hatinya perlahan mulai menerima kenyataan... dan harapan.

Setelah keheningan panjang yang penuh perenungan, suara sistem kembali muncul—kali ini bukan dalam nada peringatan, melainkan penjelasan mendalam.

(Meninjau status hubungan. Konfirmasi: Real telah ditetapkan sebagai Ratu dalam struktur inti Harem.

Posisi Ratu memiliki hak istimewa dan wewenang tinggi dalam berbagi keuntungan setengah sistem Harem)

(Mengatur tata letak dan kebijakan sistem harem.Memilih, menolak, atau memecat kandidat selir.

Mengatur jalur perkembangan kota berbasis harem.

Menjaga dan melindungi pusat sistem bersama pemilik utama.)

Lili menunduk sedikit mendengar pengumuman itu, lalu menoleh ke arah Real yang terdiam.

“Ini bukan cuma gelar kosong,” ucap Lili perlahan. “Ratu dalam sistem bukan sekadar pasangan terdekat. Dia adalah separuh kekuatanku… satu-satunya yang bisa mengatur arah kita ke depan. Sementara para selir… mereka tak punya kuasa. Mereka hanya mengikuti. Tapi kau, Real… kau bisa memilih dan menentukan.”

Real masih belum menjawab, namun sorot matanya mulai berubah. Kini tak hanya emosi yang mengendap di dalamnya, tapi juga kesadaran tentang tanggung jawab yang lebih besar.

“Tanpa ratu,” lanjut Lili, “kota ini akan kehilangan kendali. Sistem akan berjalan liar. Dan aku… aku tidak akan sanggup menanganinya sendiri. Kau bukan hanya seseorang yang kucintai, Real. Tapi kau adalah penyeimbang sistem ini. Penopang kekuatanku.”

Real menarik napas dalam-dalam. “Jadi kau ingin aku berdiri di sampingmu… tapi juga mengendalikan arah, sementara kau terus dikelilingi orang lain?”

Lili mengangguk. “Aku tahu itu tidak adil. Tapi di dunia seperti ini, kita semua dipaksa untuk memilih bentuk baru dari arti kesetiaan dan kekuasaan. Aku memilih untuk percaya padamu.”

Real tertawa pelan, getir namun tulus. “Lucu, di tengah dunia yang hancur ini… ternyata yang membuatku tetap bertahan bukan makanan atau senjata… tapi tempatku di sisimu.”

Sistem kembali berbicara

(Stabilitas emosi: meningkat.

Ikatan utama antara Pemilik dan Ratu kini memasuki fase kooperatif. Fase ini memungkinkan pembangunan inti kota dimulai.)

Lili menatap Real, kali ini tanpa canggung, tanpa ragu.

“Mulai hari ini… kita akan membangun sesuatu yang hanya bisa dijaga oleh dua orang yang benar-benar saling percaya.”

“Aku sudah bicara dengan beberapa orang ,” ujar Real sambil menatap horizon dari jendela. “Besok pagi, kita berangkat. Kita akan lihat kota itu sebelum siapapun tahu atau ikut campur. Setelah itu baru kita putuskan… siapa yang pantas ikut ke tempat itu bersama kita.”

Lili mengangguk pelan. “Besok… ya, Hem aku mengerti.”

Senyum kecil menghiasi wajahnya, tapi dalam dadanya bergemuruh sesuatu yang tak bisa ia redam. Saat Real kembali menatap ke arah luar, Lili menunduk.

Dalam diam, pikirannya melayang ke satu nama.

"Evan Qi "

Apakah dia bisa membawanya juga ke sana?

Apakah akan ada tempat untuk Evan di sana?

Meskipun dia memiliki hak untuk mengambil evan Qi tapi..Apakah… Real akan membiarkan itu terjadi?

Lili menggigit bibirnya. Is jawabannya tidak sesederhana itu. Real memang sudah jauh lebih tenang, tapi ia tidak bodoh.

Real tidak menyukai Evan, bahkan mungkin menganggap pria itu sebagai ancaman. Meski sistem harem mengizinkan lebih dari satu pasangan, nyatanya emosi manusia tidak bisa dibatasi oleh logika sistem.

"Satu langkah salah, dan Real mungkin benar-benar pergi dari hidupku…" pikirnya gelisah.

Namun di sisi lain, Evan juga bukan seseorang yang bisa ia abaikan begitu saja. Evan entah bagaimana juga telah menjadi bagian dari masa kini.

“Lili Kau terlihat gelisah, ada apa ?"suara Real menyadarkannya.

Lili mengangkat kepala dan berusaha tersenyum. “Tidak… hanya memikirkan apa yang harus disiapkan untuk besok.”

Real mengangguk. Tapi tatapannya tak berubah.

"Evan Qi ya, sepertinya pria ini tidak jujur"katanya dalam hati.

Real tidak bertanya lebih lanjut. Ia tidak ingin tahu apa isi kepala Lili saat ini. Dalam benaknya, tidak ada pria lain yang layak untuk dibicarakan saat mereka sedang merancang masa depan bersama.

Bagi Real, hanya kota itu dan Lili yang penting saat ini. Dan ia akan memastikan keduanya berjalan sebagaimana mestinya.

1
Afriatus Sadiyah
ceritaanya bagus..👍👍 autornya semangat...💪💪
samsuryati
ok
yanthi
niat hati tuh pingin Tek kumpulin banyak biar bisa maraton, tp keppo, JD g bisa
thor Doble up ya /Grin/
Rani Muthiawadi
kocak bgt
Rani Muthiawadi
cepet lili cari pasangan
Rani Muthiawadi
hhhhh
Rani Muthiawadi
,hadir
Rani Muthiawadi
ya woy
Rani Muthiawadi
ikut deg" an
Rahmat Rahmat
tegang
Rani Muthiawadi
tetap semangat thor
Rani Muthiawadi
semangat thor
yanthi
Tek tunggu Doble nya ya thor
samsuryati: oke tapi nggak sekarang ya say.
total 1 replies
yanthi
bisa jadi rekomendasi ini cerita
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Dewiendahsetiowati: ok deh
samsuryati: makasih tetep dukung aku ya paling tidak komen terus dan beri ide berharga dalam novel ini ,yang kita bentuk bersama-sama.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!