"Nala katakan pada bibi siapa ayahnya?" bagai disambar petir bagi Nala saat suara wanita paruh baya itu terdengar "maksud bibi apa?" tanya Nala dengan menenangkan hatinya yg bergemuruh "katakan pada bibi Nala !! siapa ayah bayi itu?" lagi - lagi bibi Wati bertanya dengan nada sedikit meninggi. "ini milikmu kan?" imbuhnya sambil memperlihatkan sebuah tespeck bergaris 2 merah yang menandakan hasil positif, Nala yang melihat tespeck itu membulatkan matanya kemudian menghela nafas. "iya bi itu milik Nala" ucapnya sambil menahan air mata dan suara sedikit bergetar menahan tangis "jala**!! tidak bibi sangka dirimu serendah itu Nala" jawab bi Wati dengan mata berlinang air mata "katakan padaku siapa ayah dari bayi itu?" tanya bi Wati sekali lagi. nala menghembuskan nafas berat kemudian bibirnya mulai terbuka "ayahnya adalah" baca kelanjutan ceritanya langsung ya teman - teman happy reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukapena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perdebatan Kecil
Gavin berjalan menuju dapur entah kenapa tenggorokanya sangat kering setelah dia berbincang dengan Devan, Gavin melihat ada siluwet tubuh seorang wanita berjalan meninggalkan dapur menuju pintu pavilion.
"Apa itu Nala ?" tanyanya dengan diri sendiri di dalam hati, dan benar saja bahwa punggung kecil dan rambut terurai panjang itu adalah Nala "apa yang kau lakukan ?" pertanyaan itu keluar dari mulut Gavin dengan suara dingin seperti biasa.
"Tu..tuan Gavin" sapa Nala dengan gelagapan, pasalnya dia tidak menyadari kedatangan Gavin dan saat ini masih sangat pagi untuk orang - orang terbangun dari tidur malam mereka.
Nala melihat jam dinding yang berada tak jauh dari tempatnya "masih pukul setengah lima pagi" ucapnya dalam hati dan kemudian dia mulai bertanya pada Gavin "ada yang tuan inginkan ?" Gavin yang mendengar Nala berbicara menatap mata Nala.
Nala yang ditatap oleh mata abu - abu itu seperti salah tingkah "kapan kau akan wisuda ?" Gavin menanyakan perihal kuliah Nala karena dia merencanakan sesuatu untuk mereka berdua nanti.
"dua hari lagi tuan" jawab Nala sembari mengambil menuju bahan makanan di lemari es untuk dia siapkan sebagai sarapan "baguslah" jawab Gavin seraya meminum kembali air mineral yang dia ambil dai dalam lemari es.
"kenapa tuan sudah bangun di pagi hari seperti ini ?, apa ada panggilan mendesak kembali dari rumah sakit ?" Nala berusaha menormalkan detak jantungnya dan berusaha mengakrabkan diri dengan ayah dari bayinya itu.
"tidak, hanya saja aku semalam tidak dapat tidur" jawaban Gavin membuat Nala menghentikan aktifitasnya yang saat ini sedang mengupas bawang "saya juga semalam gelisah tidak bisa tidur" Nala menimpalinya dan sedetik kemudian mulai mengupas bawang kembali.
Gavin menolehkan kepala melihat Nala yang saat ini sibuk mengupas bawang, dia menghampiri Nala berdiri disamping Nala dan tangan kananya menyentuh perut Nala membuat Nala menjadi kaku karena terkejut.
"Apa kau tidak bisa tidur karena dia ?" pertanyaan yang membuat Nala sangat tegang dan di dalam hatinya menghangat, ternyata Gavin tidak se cuek yang dia fikirkan.
"ee tidak tuan, hanya saja saya memikirkan wisuda saya" ucap Nala berbohong, padahal tadi malam dirinya ingin sekali tidur dalam pelukan Gavin tetapi itu semua tidak akan terjadi.
"bisakah kau berbicara santai jika kita haya berdua ?" ucapan Gavin semakin membuat Nala seakan ingin pingsan, demi tuhan hatinya sangat hangat dan senang saat ini ingin sekali bibirnya tersenyum lebar namun dirinya harus bisa mengendalikan itu semua dihadapan Gavin.
mau bagaimanapun Gavin tetaplah tuannya jadi dirinya harus menjaga kesopanan dan attitude nya di hadapan Gavin "tapi tuan apa itu tidak akan menjadikan saya bersikap kurang ajar kepada tuan Gavin ?" Nala kembali bersuara dan Gavin terkekeh kecil.
Persetan dengan kesopanan dan attitude baik dihadapan Gavin, tawa kekehan Gavin membuat Nala semakin menganggumi ketampana lelaki itu. jika saja saat ini mereka sudah menikah sudah dipastikan sikap liar Nala akan kelur dan mencium bibir Gavin.
Nala yang memikirkan semua itu tiba - tiba menggelengkan kepala dan menyadari bahwa otaknya saat ini sudah sangat kurang ajar dan sangat tidak sopan.
"Apa menurutmu kau membopongku ke dalam kamarku disaat aku setengah sadar itu sikap yang benar ?, sama saja kau bersikap kurang ajar Nala" ucapan Gavin menyadarkan Nala tentang hal itu dan Nala yang tadi sedikit tersenyum mengerucutkan bibirnya.
"Apa memaksa seorang wanita untuk melaukan itu adalah sesuatu tindakan yang pantas tuan ?" jawab Nala sekarsme kepada Gavin tetapi Gavin tidak sakit hati sama sekali dan malah semakin melebarkan bibirnya untuk tersenyum.
"Bukankah kau yang menggodaku ? jika saja kau tidak menolongku aku pastikan kau tidak akan mengandung anakku" jawaban dari Gavin semakin membuat Nala kesal.
"Apa kau menyesal jika aku yang harus mengandung anakmu tuan ?" pertanyaan itu terucap begitu saja dari bibir Nala, Persetan dengan sopan santun saat ini dirinya sangat tersinggung dengan semua apa yang Gavin ucapkan.
"Tentu saja kau sangat menyesal telah menumbuhkan benihmu kepada wanita yang tidak sederajat denganmu, aku hanya seorang pembantu dan kau tuannya" ucap Nala sembari menatap mata Gavin disampingnya, disana terlihat dari mata Nala bahwa dirinya benar - benar tersinggung dengan ucapan Gavin yang mengatakan seolah - olah dirinyalah yang menggoda Gavin.
setelah Gavin tau bahwa dimalam itu tumbuh benihnya di dalam perut Nala membuat Gavin menyesalinya, setelah Nala mengeluarkan kata - kata apa yang ada di dalam hatinya.