Nayanika memang tidak pandai mencari kekasih, tapi bukan berarti dia ingin dijodohkan.
Sialnya, kedua orangtuanya sudah merancang perjodohan untuk dirinya. Terpaksa Naya menikah dengan teman masa kecilnya itu, teman yang paling dia benci.
Setiap hari, ada saja perdebatan diantara mereka. Naya si pencari masalah dan Sagara si yang paling sabar.
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Beberapa hari ini Sagara sangat sibuk di kantor. Kadang pulang sampai jam 12 malam, lalu berangkat jam 5 pagi sebelum Naya bangun.
Apa Naya kesal? Tentu saja. Padahal hubungan mereka baru saja akur, tapi malah Sagara yang jarang ada waktu.
Malam ini, Kejora mengundang mereka makan malam di mansion utama. Tapi, Naya berangkat lebih dulu, sedangkan Sagara akan menyusul setelah pulang dari kantor nanti.
Dan di sinilah awal mula mood Naya anjlok. Selfie, dia juga ada di sana. Naya tidak tau kenapa perempuan itu ada di sana. Apakah Kejora mengundang Selfie juga? Kenapa dia dekat dengan keluarga Sagara?
Banyak pertanyaan yang tersimpan di benak Naya. Dia hanya tersenyum ketika Kejora mengajak ngobrol, dia juga hanya menjawab seadanya.
"Ternyata kamu istri Sagara, ya?" bisik Selfie. Kebetulan mereka duduk bersebelahan.
Naya tidak menjawab, dia hanya melirik sekilas dan lanjut memainkan ponselnya. Saat ini semuanya sedang berkumpul di ruang tamu, menunggu Radengga beserta istri dan anaknya, juga Sagara.
"Tapi, kalian dijodohkan, kan? Artinya, kalian menikah secara terpaksa," bisiknya lagi.
"Kamu iri?" balas Naya.
Selfie mendengus. "Jangan besar kepala. Aku yakin kalian gak saling mencintai, kan? Jadi ... aku ada kesempatan buat rebut suamimu itu."
Kali ini Naya yang mendengus. "Coba aja kalau bisa."
"Oh iya, kalian udah saling kenal?" Kejora bertanya pada keduanya. Selfie langsung menegakkan tubuhnya kembali dan tersenyum pada Kejora.
"Sudah, Tante," jawabnya.
Kejora menatap Naya. "Naya, Selfie ini teman Sagara. Orangtuanya itu teman Mama," jelasnya.
Pantes aja dia dekat sama Mama Kejora. Batin Naya.
"Ohh iya, Ma," balas Naya sambil menganggukkan kepalanya tanda paham.
Kejora tersenyum. "Coba kamu hubungi suamimu, sudah di jalan atau belum dia."
Naya segera menuruti perintah sang mertua.
Naya: Mas udah di jalan belum? Mama tanya.
Sagara: Sebentar lagi sampai. Mau titip apa?
Naya: Gak usah deh. Lagian kita kan mau makan malam.
Sagara: Hm
Bibir Naya mencebik membaca balasan singkat dari suaminya. Meski sudah akur, tetap saja sifat Sagara yang cuek tak bisa luntur begitu saja.
"Sebentar lagi sampai katanya, Ma." Naya melapor pada Kejora.
"Ah iya, bagus kalau begitu."
Selfie mendengus pelan melihat interaksi keduanya. Harusnya dia yang ada di posisi Naya sekarang.
Tak lama kemudian Radengga datang, di belakangnya ada Sagara yang menyusul.
Melihat sang suami sudah datang, Naya pun beranjak menghampiri. Gerak geriknya tak luput dari tatapan Selfie.
Dengan telaten Naya melepaskan jas dan juga dasi Sagara.
"Ada sapi," bisik Naya lalu cemberut.
Sagara terkekeh kecil melihat raut wajah istrinya. "Mama yang undang?"
"Nggak tau," jawab Naya.
"Ayo ke kamar dulu." Sagara menarik tangan Naya ke kamarnya yang ada di mansion itu.
"Pengantin baru," goda Khaluna saat melihat Sagara menarik tangan Naya.
"Biarin aja," ujar Radengga pada sang istri.
Radengga seumuran dengan Sagara, karena dia menikah muda, jadi dia sudah memiliki seorang anak. Radengga adalah anak Candala Adipati, adik dari Guntur Nuraga (Papa Sagara). Jadi, Radengga adalah adik sepupu Sagara.
Sial, kenapa mereka jadi kaya sepasang suami istri saling mencintai, sih? Batin Selfie. Bibirnya tersenyum tapi batinnya berteriak.
Di sisi lain, tepatnya di salah satu kamar yang ada di mansion itu, Naya dan Sagara berdiri berhadapan. Hanya Naya yang berdiri, sedangkan Sagara duduk di pinggiran ranjang, membiarkan sang istri mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Aku pengen pulang aja rasanya," ucap Naya.
"Kenapa?"
"Gak mood, ada sapi."
Sagara terkekeh mendengar jawaban istrinya. Dia merangkul pinggang Naya, membuat wajahnya berhadapan dengan perut rata gadis itu.
"Kalau dia ngomong sesuatu, gak usah diladeni," ujar Sagara.
"Bukan masalah ngomong nya, muka dia itu loh, ngeselin!" kesal Naya.
Tok tok tok
"Tuan, Nyonya memanggil."
Naya dan Sagara menoleh ke arah pintu kamar yang tertutup. Gadis itu memberikan handuknya pada Sagara lalu berjalan membuka pintu.
"Kami turun sebentar lagi, Bi," ujar Naya.
"Baik, Nona." Setelah itu pelayan tersebut pergi dari sana.
"Ayo. Kasihan yang lain nunggu kita," ujar Naya. Dia masih berdiri di samping pintu, menunggu Sagara.
Meski sudah tidak mood, Naya terpaksa ikut makan malam. Terlebih saat melihat senyuman Eyang Kakung, Naya jadi tak enak pada pria tua itu.
Hanya Selfie yang orang asing di sini, semuanya adalah keluarga Soedjodjo. Ternyata perempuan itu datang karena suruhan mamanya untuk memberikan bingkisan oleh-oleh pada Kejora. Dan sebagai balasannya, Kejora mengajak Selfie untuk makan malam bersama.
Awalnya Naya mencoba biasa saja, tapi saat Sagara meladeni Selfie, Naya jadi semakin kesal.
Selfie mengajak Sagara bicara, hanya itu. Tapi Sagara malah membalas, padahal tadi dia sendiri yang menyuruh Naya untuk mengabaikan Selfie, tapi kenapa pria itu malah melakukan sebaliknya?
Setelah selesai makan malam, Selfie langsung pulang. Namun hal itu tidak membuat Naya tenang begitu saja.
Sekarang semua orang berkumpul di ruang keluarga. Naya duduk bersebelahan dengan Sagara. Gadis itu hanya diam melamun memperhatikan Mia dan Jairo yang sedang bermain.
"Naya, kalau ngantuk langsung ke kamar aja, Nak," tegur Kejora membuat lamunan Naya buyar.
"A-ah, iya, Ma," ujar Naya canggung.
Eyang Kakung menatap Sagara. "Ajak istrimu ke kamar."
Sagara mengangguk patuh, dia pun segera mengajak Naya ke kamar.
Setelah menjauh dari orang-orang, wajah Naya jadi tertekuk. Dia berjalan mendahului Sagara sambil menghentakkan kakinya.
"Kenapa?" tanya Sagara sembari menutup pintu kamar.
Naya tidak menjawab, dia menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Sagara menghampiri dan menarik selimut tersebut hingga terpampang lah wajah cemberut Naya.
"Kenapa lagi?" tanya Sagara dengan lembut. Ia menarik tangan Naya saat gadis itu hendak menjauh.
"Gak papa!"
Sagara merebahkan tubuhnya di samping Naya. Dia menarik tubuh Naya agar bisa dia peluk. Naya memberontak, tapi Sagara tetap memaksa.
"Jangan dekat-dekat! Sana kamu sama sapi aja!" Suara Naya terendam dada bidang Sagara.
"Cemburu, hm?"
"Idih! Siapa juga yang cemburu!" Naya mendongak menatap tajam suaminya.
"Maaf, aku gak akan begitu lagi," ucap Sagara.
"Minggir, aku mau tidur!" kesal Naya. Tapi Sagara malas semakin mendekapnya. "MAS!" Mata Naya melotot tajam.
"Maafin dulu," balas Sagara.
Alis Naya menukik tajam, dia sangat kesal sekarang.
"Ogah!"
"Nayanika..."
"Bodo amat!" Naya langsung berbalik memunggungi Sagara.
Sagara menghela nafas, harusnya dia tadi mengabaikan Selfie saja kalau tau Naya akan marah.
****
Sagara pikir besoknya Naya tidak akan marah lagi. Tapi, saat mereka sudah di rumah, gadis itu masih saja cemberut.
"Aku mau ke kantor. Mau nitip apa nanti?" Sagara mengelus rambut Naya yang sedang rebahan di kasur dengan memunggungi nya.
"Gak tau!"
"Naya, jangan seperti ini. Aku mau ke kantor."
"Ya udah sih, tinggal ke kantor apa susahnya? Mau diantar apa gimana? Udah tua kok manja!" cibir Naya tanpa menatap suaminya karena dia sedang bermain game di ponsel.
"Suruh minta anterin sapi aja tuh!" lanjutnya lalu melirik Sagara dengan sinis.
"Masih belum dimaafin?" Sagara menghela nafas berat. Jujur saja, dia bukan tipe orang yang pintar membujuk dengan kata-kata manis.
"Aku belikan bakso sama donat nanti. Atau kamu mau yang lain?"
Naya berdecih. "Kalau emang mau beliin yang lain ya beliin aja kali! Kalau gak mau gak usah pake nanya!" ketusnya.
Sagara tersenyum tipis mendengar balasan Naya. Perempuan memang butuhnya bukti dan tindakan, bukan kata-kata manis.
"Oke, nanti aku belikan makanan kesukaan kamu. Jangan marah lagi, hm?" Sagara mengecup pelipis Naya. "Jaga diri kamu, aku berangkat sekarang."
"Hm!"
Biarlah Naya menjadi istri tidak baik untuk hari ini. Dia sedang sebal dengan suaminya itu.
bersambung...
jangan lupa LIKE nya yaa. bantu ramein cerita ini-,