Cegil Kesayangan CEO Tampan

"saya mohon maaf atas kesalahan saya pak Azkara, semua atas ketidak tahuan saya dan saya mohon untuk tidak menghentikan kerjasama anda dengan perusahaan wijaya" ucap pras penuh penyesalan apalagi mengingat kerja samanya yang di putus sepihak membuat dia juga paps nya gabriel mengalami kerugian yang tak sedikit.

"saya tidak bisa ambil keputusan sekarang. Semua saya lakukan karena rasa sayang saya terhadap istri saya. Jadi jika istri saya memaafkan saya akan melanjutkan kerja sama nya. Tapi jika istri saya masih trauma dan sakit hati maaf saya pun lebih menjaga perasaan istri saya dari pada keuntungan yang tak seberapa"

"lalu bagaimana saya meminta maaf pada Jeandra pak Azkara..?" tanya pras dengan melihat ke arah lelaki yang penuh kharisma dan berwibawa itu, membuatnya insecure yang bagaikan langit dan bumi.

"sayang... Gimana, apa kamu mau memaafkan mereka atau tidak setelah mendengar pengakuan dan penjelasan mereka.?" ujar Azkara lembut sambil menekan speaker pada ponselnya. Ternyata Azkara sudah menelpon istrinya sejak pak gabriel juga pras datang, agar Jeandra juga tau apa yang sedang mereka bicarakan.

"Biarkan jean berfikir dulu mas, jujur saat ini jean masih sedikit takut saat ingat kejadian itu."

"baik..." setelah itu Azkara mematikan panggilannya " anda dengar sendiri apa yang istri saya katakan. Dia membutuhkan waktu untuk memikirkannya" sambung Azkara

"saya akan menunggu kabar baik dari kalian pak... Sekali lagi saya mohon maaf, sudah membuat jean takut dan trauma" ucap pras sambil tertunduk merutuki kebodohannya yamg menuruti keinginan tante mirna yang membuatnya harus berurusan denga CEO dingin seperti Azkara

"saya juga selaku orang tuanya minta maaf pak Azkara, kami sama sekali tak tau dengan status Jeandra. Dan sakha tak pernah memberitahu jika ternyata Jeandra sudah menikah, walau saya sangat menyukai Jeandra dan ingin menjadikannya menantu saya, saya tak akan mau merebutnya dan merusak rumah tangganya. Karena itu saya membatalkan janji kita dulu. Tapi saya berharap kita tetap berteman seperti dulu sakha.." ucap pak gabriel penuh harap pada sahabatnya

"tentu saja gabriel, kita tetap akan menjadi sahabat walau tak jadi berbesan" ayah sakha bangkit dari duduknya dan mendekati kursi gabriel. Pak gabriel pun berdiri dan mereka berpelukan dengan akrab sama seperti mereka saat bersekolah dulu

"kalau begitu kami permisi duluan, sekali lagi saya minta maaf atas apa yang sudah terjadi" ujar pak gabriel lagi sambil berpamitan pada Azkara juga ayah sakha

"saya juga minta maaf atas ke khilafan saya. dan tolong sampaikan permintaan maaf saya yang sebesar-besarnya buat Jeandra pak Azkara" ucap pras sambil memandang ke arah Azkara. Azkara hanya mengangguk saja dengan wajah dinginnya

"kenapa kalian tidak sekalian makan bersama kita" tawar ayah sakha ketika melihat kedua orang itu sudah bersiap untuk pergi

"kita ngga mau ganggu sakha, biarkan kami pergi karena kami juga masih merasa bersalah atas kejadian kemarin." pak gabriel menatap sedih sahabatnya

"baiklah kalau begitu" jawab ayah sakha mencoba mengerti apa yang sedang di rasakan sahabatnya, terlebih melihat berapa dinginnya sikap Azkara pada mereka

Setelah itu pak gabriel juga pras pun meninggalkan pak sakha juga Azkara.

"apa kamu akan tetap memutuskan kerja sama dengan mereka azka?" tanya ayah sakha penasaran dengan keputusan menantunya

"seperti yang tadi saya bilang yah, saya akan mengikuti keputusan jean. Karena disini jean yang menjadi korban. saya sebagai suami hanya ingin membuat istri saya nyaman dan aman." jawab Azkara dengan tegas dan menekankan kata istri

"terima kasih sudah menyayangi putri ayah dengan sangat baik nak, ayah bersyukur kalau kamu adalah menantu ayah. Kemarin sebenarnya ayah memergoki pras juga mirna membahas hal ini. Ayah kesal sampai-sampai ayah menceraikan nya"

"saya hanya menjalanin kewajiban saya sebagai suami yah"

.

.

"sudah pulang mas..?" tanya Jeandra saat melihat suaminya datang

"iya.. Gimana kabar kamu.?" tanya Azkara yang langsung duduk setelah mencium kening Jeandra

"salim dulu mas" ucap Jeandra yang meminta tangan Azkara dengan mulut mencebik. Perlakuan kecil Jeandra membuat Azkara nyaman dan senang, apalagi melihat istri kecilnya manja dan merajuk seperti ini

"emangnya jean sakit ditanya kabar kaya gitu?" sambung Jeandra bingung

"maksud mas itu kamu.." tanya Azkara sambil melihat ke pangkal paha Jeandra dan berkata "Kata orang-orang kalo pertama kali agak sakit buat wanita" lanjutnya membuat pipi Jeandra merona dengan pertanyaan vulgar suaminya

"mas... Bisa ngga disaring dulu nanya nya, jean aja dengernya malu, lagian ya kalau pun sakit ngga bikin jean lumpuh mas" jawab Jeandra asal sambil membuang muka karena malu

"maaf sayang, mas kan ngga tau"jawabnya sambil menggaruk tengkuknya

"oiya mas, jean boleh ke butik.?" tanya Jeandra. Ia sudah beberapa hari tidak mengunjungi butiknya walau ia masih menerima laporan rutin dari naomi juga ditta.

"boleh, tapi kalo mas juga ikut nemenin kamu, mas juga mau liat kamu kerja" jawab Azkara yang entah selalu ingin berdekatan dengan istri kecilnya.

"boleh dong, masa ditemenin suami ganteng ngga mau..hehe"

Jeandra dan Azkara pun bersiap ke butik karena Jeandra masih punya tugas desain baju untuk salah satu pelanggan setia nya.

.

"Eh... Mba jean tumben dateng nya siang banget" ucap ditta saat melihat Jeandra datang setelah jam makan siang

"iya, barusan ada pesan masuk minta desain baju buat minggu depan" jawab Jeandra dan berjalan masuk menuju ruangannya di ikuti oleh Azkara di belakangnya

Pemandangan itu tak lepas dari mata orang-orang yang ada di dalam butik. Melihat Jeandra saja mereka sudah merasa melihat putri, sekarang ditambah Azkara semakin lengkap saja.

"gila mba Jeandra aja cantik nya ngga ketulungan ya dengan wajah imut dan menggemaskannya, di tambah cowo dibelakangnya yang udah kaya idol korea, serasi banget mereka berdua"

"iya... Wah ngga kebayang anak mereka nanti pasti good looking banget ya"

Celetukan-celetukan memuja pun keluar dari beberapa orang yang senang dengan kedekatan Jeandra juga Azkara. Namun tetap saja ada yang julid dan tak senang dengan keberadan Jeandra juga Azkara karena penyakit iri hatinya.

Jeandra juga Azkara tak menghiraukan semua omongan-omongan yang mereka dengar. Mereka hanya akan menjalanin kehidupan mereka dengan baik tanpa harus mendengar cuitan-cuitan negatif yang membuat mereka down.