NovelToon NovelToon
MENGHAPUS JEJAK

MENGHAPUS JEJAK

Status: tamat
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Cinta Murni / PSK / Trauma masa lalu / Tamat
Popularitas:139.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sopaatta

S 2. Novel "Jejak Luka"

Alangka baiknya membaca Novel tersebut di atas, sebelum membaca Novel ini. Agar bisa mengikuti lanjutan kisah 'rudapaksa yang dialami oleh seorang gadis bernama Enni bertahun-tahun.

Setelah berhasil meloloskan diri dari kekejaman seorang pria bernama Barry, Enni dibantu oleh beberapa orang baik untuk menyembuhkan luka psikis dan fisiknya di sebuah rumah sakit swasta.

"Mampukah Enni menghapus jejak trauma masa lalu dan berbahagia?"

Ikuti kisahnya di Novel "Menghapus Jejak"

Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia selalu. ❤️ U. 🤗


Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24. MJ 24.

...~•Happy Reading•~...

Bagas dan team berharap, setelah melihat kesehatan mental Enni akibat kekerasan sek*sual yang dilakukan padanya, polisi akan menindak lanjuti laporan mereka dengan serius dan cepat.

^^^Sebenarnya, Bagas dan team sedang lakukan penyelidikan terhadap pria yang bernama Barry, agar mereka bisa melakukan pelaporan dan juga penuntutan terhadap orang yang sudah pasti.^^^

^^^Supaya kasus Enni bisa berjalan seiring dengan pelaporan. Tapi ketika Kirana mengatakan Enni sudah mau pulang, Bagas berpikir lagi untuk memutuskan mana yang harus dilakukan terlebih duhulu.^^^

^^^Selama bertemu dengan Enni, Bagas tidak tahu sudah sejauh mana perkembangan kesembuhan luka-lukanya. Sebab ia hanya melihat wajah, tanpa memeriksa luka di bagian tubuh yang lain. Jika dr Kirana katakan luka-lukanya sudah hampir sembuh, berarti semua luka luar Enni akan sembuh 100 %.^^^

^^^Oleh sebab itu, Bagas coba peruntungan dengan mendokumentasi juga luka psikis Enni. Sesuatu yang tidak tampak dari luar, tapi kadang lebih menyakitkan dan sulit disembuhkan.^^^

Jadi ia meminta salah satu anggota team nya membuat video untuk dokumentasi dan berjaga-jaga. Mungkin akan jadi bukti, jika ada yang meragukan luka fisik Enni. Luka psikis yang terekam bisa mendukung penuntutan mereka. Dan juga video yang dibuat team nya bisa sebagai bukti penunjang jika diperlukan menghadapi lawan yang akan digugat.

Flash off

Menjelang sore, Bagas seorang diri kembali ke rumah sakit untuk menemui Enni. Ia berencana bertemu Enni, sekalian bertemu dan berbicara dengan dr Kirana tentang apa yang terjadi dengan Enni tadi pagi.

"Haiii...." Sapa Bagas saat membuka pintu kamar ruangan Enni tanpa mengetuk. Ia agak tenang melihat Enni sedang duduk di atas ranjang sambil membaca novel.

Ketika melihat Bagas yang datang, Enni meletakan novel di sampingnya dan menatap Bagas dengan berbagai rasa di hati. Entah senang, sedih, campur aduk dan itu terlukis di mata dan wajahnya.

"Mengapa lihat saya seperti itu? Ngga kangen sama saya?" Bagas bertanya asal, agar Enni bisa melupakan apa yang terjadi tadi pagi. Tapi Enni tidak bergeming oleh ungkapan asal Bagas. Dia terus melihat Bagas dengan berbagai pertanyaan di dalam kepalanya.

^^^Dia mau cerita yang terjadi tadi pagi dan mau protes terhadap Bagas yang tidak pernah datang melihat dia, tapi ditahan lagi. Dia tidak enak hati melihat Bagas yang sudah duduk di kursi dekat ranjangnya.^^^

"Ini, saya bawa buatmu..." Bagas memberikan paper bag berisi kotak roti ke tangan Enni. Membuat wajah Enni kembali berangsur-angsur ceria lalu mengambil paper bag yang diberikan Bagas.

"Trima kasih, Pak..." Ucap Enni pelan, lalu memeluk papar bag. Dia membuka sedikit bagian atas paper bag dan mencium wangi roti yang sangat disukainya.

"Enniii..." Panggil Bagas.

"Ya, Pak..." Jawab Enni cepat, lalu mengalihkan perhatiannya dari kotak roti yang sedang dilihatnya.

"Coba jawab. Kau kangen saya atau roti itu?" Tanya Bagas asal, sebelum bicara serius dengan Enni. Pertanyaan Bagas membuat Enni kelagapan. Dia segera mengambil roti dari dalam kotak, lalu sobek dan memasukan potekan roti ke mulutnya.

"Kau ngga usah jawab. Itu yang dalam mulutmu sudah menjawab pertanyaanku." Ucapan asal Bagas membuat Enni keselek roti yang akan ditelan. Matanya langsung berair dan wajahnya jadi memerah.

Bagas segera berdiri menuang air mineral ke gelas, lalu berikan kepada Enni yang langsung ambil dan minum untuk melegakan tenggorokannya.

Bagas jadi ikut menepuk punggung Enni untuk mengurangi rasa sesaknya. "Makanya, kalau ditanya, jawab. Jangan makan, begini hasilnya." Bagas berkata sambil terus menepuk pelan punggung Enni.

Enni langsung menghabiskan minuman yang diberikan agar lebih lega. "Saya keselek bukan karena makan, Pak. Tapi karna ucapan bapak tadi. Apa ngga bisa tunggu saya telan dulu rotinya? Sayang, dikeluarin lagi." Enni membela diri dan kurangi rasa grogi, sebab dia tahu ucapan Bagas yang bikin dia kaget.

Bagas jadi tersenyum dalam hati mendengar protes Enni. "Masih mau makan lagi?" Tanya Bagas sambil letakan gelas kosong di atas lemari kecil.

"Ngga lagi, Pak. Nanti ngga bisa nikmati rasanya." Enni berkata sambil mengambil tissu untuk menghapus matanya yang berair karena keselek.

"Nanti saya bantu dorong dengan ini..." Bagas kembali menepuk punggung Enni, sebagai isyarat apa yang akan dilakukan mengurangi rasa sesaknya.

^^^Tindakan Bagas membuat Enni menengada dan melihatnya dengan mata yang masih berair. Dia baru menyadari tangan Bagas di punggungnya begitu hangat dan dia tidak merasa terganggu dengan sentuhan Bagas di punggungnya.^^^

"Ada apa lagi? Kenapa melihat saya seperti itu? Hhmmm..." Tanya Bagas sambil menggerakan wajahnya ke arah Enni yang sedang melihatnya dengan tertegun.

^^^Sontak, Enni menggelekan kepalanya lalu menunduk dan kembali mengambil tissu untuk membersihkan mata dan wajahnya untuk mengalihkan perhatiannya dari sikap Bagas.^^^

Melihat itu, Bagas berhenti menepuk punggung Enni, lalu duduk kembali di kursi dekat ranjang Enni. Ia mulai konsentrasi pada maksudnya datang menemui Enni.

"Anda sudah mau pulang, kan?" Tanya Bagas yang sudah kembali pada mode serius, sebagai pengacara.

"Iya, Pak..." Enni berkata pelan tapi langsung menunduk.

"Apa apa lagi... Anda tidak senang mau pulang?" Bagas bertanya sebab melihat perubahan di wajah Enni.

^^^Sebenarnya, Enni agak khawatir mengingat kejadian tadi pagi. Dia berpikir, mungkin responnya atas kejadian itu, akan membuat dia tidak bisa pulang seperti yang dikatakan dr Kirana. Dia dianggap belum sehat, jadi akan tetap dirawat di rumah sakit.^^^

"Senang, Pak..." Jawab Enni pelan.

"Ucapanmu tidak sama dengan raut wajahmu. Ada apa?" Tanya Bagas memancing. Sebab sejak ia datang, Enni tidak membicarakan tentang kedatangan polisi dan anggota team nya tadi pagi.

"Tidak apa-apa, Pak..." Enni berkata tapi tidak melihat ke arah Bagas. Dia merapikan selimut yang menutupi bagian bawa tubuhnya.

"Sepertinya ada yang sudah janji tidak akan menyembunyikan sesuatu dari kami." Bagas berkata santai sambil mengeluarkan isi tasnya.

Enni langsung melihat Bagas dengan serius, sebab dia tidak bisa menutupi yang terjadi. Dia berpikir, Bagas akan tahu dari dr Kirana, jika suster kasih tau kejadian itu pada dr Kirana.

"Kalau saya cerita, apa saya tetap bisa dijinkan pulang?" Enni berkata pelan tapi melihat Bagas dengan serius.

"Kalau yang berhubungan dengan kesehatan, saya tidak bisa janji. Tapi kalau berhubungan dengan hukum, saya janji." Bagas berkata sambil melihat Enni yang sedang berpikir serius.

"Sudaaa... Stop berpikirnya... Percuma berpikir itu sekarang. Mengenai kesehatan, kan? Kita tunggu dr Kiran saja." Bagas mengibaskan tangannya ke arah Enni yang sedang berpikir dan menimbang untuk bicara atau tidak.

"Mari kita fokus pada kasusmu..." Bagas tidak mau teruskan, sebab ia mengerti mengapa Enni berat untuk bercerita padanya. Enni khawatir tidak bisa diijinkan pulang, kalau kesehatan mentalnya dinyatakan belum pulih, akibat kejadian tadi pagi.

"Tolong berikan sedikit ruang buat saya letakan ini..." Bagas berkata sambil menunjukan setumpuk lembaran kertas di tangannya yang dikeluarkan dari dalam tas.

Ucapan Bagas membuat Enni menarik mundur duduknya ke bagian kepala ranjang, lalu melipat kedua kakinya. Dia terus melihat semua yang dilakukan Bagas dengan hati bertanya-tanya tentang apa yang ada di tangan Bagas.

...~▪︎▪︎▪︎~...

...~●○¤○●~...

1
Sheety Saqdiyah
terimakasih banyak² buat author, yg telah menyajikan cerita yg bukan hanya sekedar menghibur saja, tp jg memberikan pesan² kehidupan yg luar biasa.. /Good//Good//Good//Good//Good/
🍁💃Katrin📙📖📚❣️: Waaaah . 🤭👍🏻❤️ Makasih dukungannya Kak. smg sehat & bahagia sllu. 🙏😍🤗
total 1 replies
Betty
bagus jg menguras air mata & emosi.
🍁💃Katrin📙📖📚❣️: wuaaaah 🤭👍🏻❤️
Makasih dukungannya Kak ..🙏😍🤗
total 1 replies
sukensri hardiati
/Pray//Ok//Good//Heart//Rose//Gift/
sukensri hardiati
alhamdulillah.....makasiiih...../Heart/
sukensri hardiati
/Sob//Sob//Heart/
sukensri hardiati
baru nemu ini setelah selesai baca kualitas mantan...
🍁💃Katrin📙📖📚❣️: Oh iya Kak. makasih dujungannya.🙏❤️😍🤗

itu novel lanjut dari "Jejak Luka" 🙏
total 1 replies
Agus Tina
Baguus sekali ceritanya ....serasa benar2 ikut dlm persidangan Enni
Gendhis
saking lama nya di sekap oleh berry, untuk di jadikan budak pemuas nafsu,
Gendhis
yuhhhhh🙈🙈🙈🙈 berfungsi lagi gak tuh joni nyaa 🤣🤣🤣
☠ႦαRAkudA
lanjuuut
☠ႦαRAkudA
berdoa lah, Krn usaha tanpa doa bagai sayur tanpa garam
☠ႦαRAkudA
semoga hari pembalasan buat si durjana segera tiba
☠ႦαRAkudA
cerdas sekali kau dokter..
☠ႦαRAkudA
bener2sadis yg nyiksa ya...sereem
☠ႦαRAkudA
kabur yg jauuuuh en, yang gak mungkin ditemukan oleh orang2 tak berhati itu
Bambut That
woiiiii.... keren thor... makasih banyak banyak ya thor... kisah nya buat ku meleleh
Bambut That
bisa meleleh dibuatnya
Bambut That
Emily jadian sama Bram saja
Bambut That
cinta
Bambut That
mungkin Prita harus tewas
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!