Dia memiliki hidup yang sempurna. Memiliki keluarga yang sangat menyayanginya dan menjadikannya sebagai mata hati mereka. Namun karena dia mengasihani tokoh dalam novel "Kisah Cinta Sang Pangeran" yang berakhir mengenaskan yang secara kebetulan memiliki nama yang sama dengannya. Dia bangun tidur di tempat yang tidak dia kenali.
Dan yang paling penting adalah dia berpindah menjadi tokoh itu. Yang berakhir dengan kematian yang mengenaskan.
Panik?
Tentu saja tidak. Dia adalah Lu Jing Yu. Memiliki segudang kemampuan dengan otak yang encer.
Nasib Tragis yang menanti? Takut apa?
Dia adalah Lu Jing Yu yang menggunakan tidak hanya otot untuk menyelamatkan hidupnya, tetapi dia juga menggunakan Akalnya untuk lepas darinya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen_OK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Dibandingkan Denganmu, Mereka Masih Jauh Lebih Berguna
Lu Jing Yu memeriksa bubur di dalam mangkuk yang ternyata sudah dingin. Lalu dia pun memanggil Xiao Bei untuk memanaskannya. Lagipula Pei Zhang Xi sudah tertidur cukup lama. Seharusnya efek obatnya akan segera menghilang dan banguntuk sebentar lagi.
Benar saja. Setelah mangkuk bubur dibawa keluar oleh Xiao Bei, Pei Zhang Xi akhirnya membuka matanya dan terbangun. Lu Jing Yu meletakkan bukunya di atas meja dan segera menghampirinya.
"..." mulut Pei Zhang Xi sudah akan memanggil Mo Han saat ia melihat Lu Jing Yu Ada di dalam kamarnya.
"Yang Mulia." Lu Jing Yu segera menghampirinya. Namun saat ia hendak membantu Pei Zhang Xi yang akan duduk tangannya ditepis olehnya sehingga ia segera mundur.
"Kenapa kamu ada di sini?" Pei Zhang Xi menunjuk Lu Jing Yu dengan jarinya. Matanya menunjukkan bentuk ketidaksenangan.
"Tabib Fang berkata bahwa Yang Mulia sakit. Dan tidak ada yang merawat anda. Jadi Tabib Fang memintaku untuk datang merawat Yang Mulia. Lagipula.... sedikit banyak aku juga yang membuat Yang Mulia sakit kali ini. Aku... aku benar-benar minta maaf." Wajah Lu Jing Yu layu.
"Aku tidak apa-apa." Pei Zhang Xi menjawab dengan acuh.
"Kenapa Yang Mulia tidak bilang jika tidak bisa makan pedas. Aku juga sudah mengatakan bahwa aku bisa meminta seseorang untuk mengambil makanan dari dapur, tetapi Yang Mulia menolaknya. Juga tidak ada yang memaksa Yang Mulia makan pedas tadi. Kenapa Yang Mulia melakukan itu?"
"Apa maksudmu ini semua salahku? Kamu menyalahkan?" Pei Zhang Xi merasakan hati nuraninya bersalah. Bagaimana pun ia tahu betul kondisi fisiknya. Terutama perutnya yang tidak bisa mentolelir makanan pedas. Tapi ia masih memaksakan diri untuk makan demi menjaga harga dirinya di depan wanita ini. Jika ada yang harus disalahkan, itu pastilah dirinya sendiri. Tapi siapa dia? Dia adalah Pei Zhang Xi yang hebat. Dia tidak akan mengakui kesalahan seperti itu!
"Bukan. Bukan seperti itu." Lu Jing Yu menggelengkan kepalanya dengan keras. Pria sakit di depannya ini adalah penguasa di kediaman ini. Jika dia tidak senang sedikit saja, hanya dengan satu kata darinya, nyawanya yang kecil itu tidak akan ada artinya. Tapi bagi Lu Jing Yu, nyawa kecil ini sangat berharga dan harus dilindungi dengan cara apapun.
"Huh. Kamu..." bisa pergi. Kata-Kata terakhir tertelan oleh suara Xiao Bei dari luar sehingga kedua orang di dalam menoleh.
"Permaisuri, hamba sudah menghangatkan buburnya."
"Terima kasih Xiao Bei." Lu Jing Yu segera maju untuk mendapatkan buburnya. Saat ini Pei Zhang Xi sudah bangun. Dan sepertinya dia tidak menyukai orang lain masuk ke dalam kamarnya. Jadi dia berinisiatif pergi menjemputnya.
Tak berselang lama, Lu Jing Yu sudah masuk kembali dengan semangkuk bubur di tangannya. "Tabib Fang berkata bahwa perut Yang Mulia kosong saat bangun. Jadi aku membuat bubur ini untuk Yang Mulia. Tadi Tabib Fang sudah memeriksanya." Lu Jing Yu duduk di sisi ranjang Pei Zhang Xi dan gagal melihat kilat keterkejutan di mata Pei Zhang Xi saat ranjang tempatnya berbaring bergerak bergelombang saat Lu Jing Yu duduk di atasnya.
"Ak." Lu Jing Yu mendorong sendok ke depan bibir Pei Zhang Xi yang hanya mendapatkan balasan dari pihak lain dengan diam. Mulut Pei Zhang Xi bungkam.
Lu Jing Yu mengerutkan bibirnya saat ia mengira Pei Zhang Xi mencurigainya. "Apa Yang Mulia khawatir bubur ini aku racuni? Aku bisa membuktikannya. Lihat." Bubur di sendok masuk ke dalam mulut Lu Jing Yu pada detik berikutnya.
"Lihat aku baik-baik saja kan? Yang Mulia percaya kan sekarang?"
"..." Pei Zhang Xi yang disalahpahami sejak awal tidak memiliki kesempatan untuk berbicara dan hanya diam.
Karena tidak diberi kesempatan untuk berbicara dan menjelaskan dirinya sendiri, Pei Zhang Xi mengulurkan tangannya secara langsung. Merebut mangkuk dan sendok yang ada di tangan Lu Jing Yu. Lalu menyendok bubur dan memasukkannya ke dalam mulutnya sendiri.
"..." Kini giliran Lu Jing Yu yang tidak bisa berkata-kata. Sendok itu baru saja dia pakai. Bagaimana bisa Pei Zhang Xi menggunakan sendok yang sama dengannya? Bukankah ini sama saja dengan ciuman tidak langsung?
Blush.... semburat merah menyebar di kedua pipi putih Lu Jing Yu.
"Aku bisa makan sendiri."
"Oh ah Oh. Iya. Baiklah kalau begitu." Lu Jing Yu gagap. Wajahnya yang merah tambah merah. Namun karena Pei Zhang Xi yang sejak awal tidak melihatnya dan hanya fokus pada bubur dalam mangkuknya tidak melihatnya sama sekali.
"Kalau begitu aku akan duduk. Yang Mulia bisa memanggilku jika memerlukan sesuatu." Lu Jing Yu segera berlari dan duduk di kursi. Mengambil buku dan kembali membacanya.
"Dasar aneh." Pei Zhang Xi yang melihatnya melarikan diri seperti seekor kucing yang ketahuan mencuri ikan tidak bisa tidak mencibir di dalam hati.
"Permaisuri, ini adalah ramuan yang harus diminum Yang Mulia setelah makan." Suara bibi Wu terdengar dari luar tepat setelah Pei Zhang Xi meletakkan Mangkuk buburnya yang tersisa sebagian. Dia menerima laporan bahwa Pei Zhang Xi sudah bangun dan saat ini sedang makan. Jadi dia memerintahkan pelayan untuk membuat ramuan.
"Masuklah bibi Wu." Jawab Lu Jing Yu dari dalam. Xiao Bei tidak bisa. Tetapi Bibi Wu bisa. Apalagi saat ini suasana hatinya masih tidak seimbang. Jadi dia hanya bisa mengandalkan bibi Wu untuk membantunya.
Bibi Wu masuk dengan nampan berisi mangkuk obat kecil. Melihatnya Lu Jing Yu mengerutkan keningnya. "Apa tidak ada manisan?"
Pei Zhang Xi mengerutkan alisnya. "Aku sudah dewasa. Bukan anak kecil yang harus makan manisan setelah meminum obat. Dasar konyol." Pei Zhang Xi mengambil mangkuk obat dan menghabiskannya dengan sekali teguk. Mangkuk kosong ditelakkan kembali ke atas nampan. Mengambil sapu tangan dan menyeka noda obat di sekitar bibir.
Lu Jing Yu melihat bibi Wu keluar dari kamar dengan membawa Mangkuk kosong bekas obat dan Mangkuk berisi separuh bubur sebelum ia kembali memperhatikan Pei Zhang Xi dengan heran.
"Bukankah itu pahit? Kamu minum seperti itu saja?" Rupanya Lu Jing Yu masih terganggu dengan masalah ini. Ibunya di dunia asalnya adalah seorang tabib Cina. Sejak kecil dia sudah terbiasa dengan banyak ramuan Cina. Tetapi sampai saat ia dewasa pun ia masih tidak terbiasa dengan rasanya dan selalu membutuhkan manisan, madu atau paling tidak permen untuk menghilangkan rasa pahitnya.
"Apa yang salah?"
"Tidak." Lu Jing Yu menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Aku sudah baik-baik saja. Ini sudah larut malam. Ke.Kembalilah ke kamarmu sendiri."
"Tapi bagaimana dengan Yang Mulia?"
"Aku tidak apa-apa. Lagipula ada Mo Han dan yang lainnya yang bisa menjagaku. Dibandingkan denganmu, mereka masih lebih berguna."
Lu Jing Yu memelototkan matanya. Berani sekali Pei Zhang Xi mengatakan bahwa dia tidak lebih berguna dari pada sekelompok pengawal di sini. Dia sudah berada di sana selama tiga jam sampai saat ini. Apa artinya ini?
"Aku butuh ke kamar mandi. Apa kamu bisa?" Melihat Lu Jing Yu yang sepertinya tidak terima, Pei Zhang Xi segera memiliki ide untuk menggodanya.
Ekspresi Lu Jing Yu langsung jatuh. Ia segera menggertakkan giginya sebelum keluar dari kamar dengan bibir maju beberapa senti. Dia keluar kamar dengan kesal. Dalam hati, ia berjanji bahwa dia tidak akan merawat Pei Zhang Xi saat dia sakit lain kali.
Sepeninggal Lu Jing Yu, Mo Han masuk setelah dipanggil Lu Jing Yu. Ia mendapati Pei Zhang Xi yang tersenyum seperti orang bodoh di atas ranjang. Ia sedang merasa senang di hatinya karena berhasil mengerjai Lu Jing Yu. Pada saat ini dia tidak sadar telah menggali lubang untuknya sendiri yang akan ia sesali di masa depan. Tentu saja itu tidak akan lama sampai saat itu tiba.
~○○○~
♡Permaisuri Tidak Ingin Mati_24♡
*
*
*
Jangan lupa like, komentar, Vote, favorit dan share ya reader.
Tapi beneran dibikin spot jantung sama konflik yang ga ada habisnya, kayak selalu mikir habis ini lu jing yu kena masalah apa lagi yaa 🤣
Di awal cerita MC emang keliatan kayak ga punya kelebihan yang menonjol, tapi semakin menuju ending semakin kelihatan kecerdasannya
Mau extra part dong ka othor kalo ada, kurang puas endingnya huhuhu 😭