Dilarang Boom Like !!!
Zulaikha Al-Maira. Wanita yang sudah berstatus seorang istri itu harus terpaksa menelan pil pahit kebohongan dan pengkhianatan.
Awalnya, Zulaikha mengira kalau pernikahannya baik-baik saja, tapi semua berubah saat dia mendapati kebenaran tentang pernikahan pertama suaminya.
Zulaikha merasa hancur, dia tidak terima dan memilih untuk pergi dari sisi suaminya.
Zulaikha pergi dan memilih untuk melupakan semua hal tentang suaminya, tapi saat dia ingin memulai. Tiba-tiba, sang suami datang dan kembali mengejar cintanya.
Bagaimanakah kisah Zulaikha selanjutnya ?
Akankah Zulaikha kembali pada suaminya, atau malah membuka lembaran baru dalam hidupnya ?
Ikuti perjalanan cinta Zulaikha yang penuh dengan perjuangan dan air mata.
Follow IG Author ayu.andila 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 24. Mengikhlaskan
Zulaikha terus menundukkan kepalanya dengan tangan yang masih mencengkram erat lengan Irham, sementara lelaki itu terus menatap Zulaikha yang sedang terisak dihadapannya.
Tangan Irham sudah naik ingin merengkuh tubuh Zulaikha, tetapi dia mengurungkannya karna mengingat bahwa wanita yang saat ini ada dihadapannya adalah wanita yang tidak bisa sembarangan disentuh.
Akhirnya Irham hanya diam sembari melihat tangan Zulaikha yang sedang mencengkram lengannya dengan gemetaran.
Saat ini, Zulaikha benar-benar merasa sangat sakit dan sudah tidak mampu lagi untuk bertahan dalam membina rumah tangga bersama Defin. Dia benar-benar harus menyerah dan mengikhlaskan suaminya untuk bersama dengan wanita lain, karna memang seharusnya dia tidak pernah hadir diantara mereka.
Setelah berhasil menenangkan perasaannya, Zulaikha menghapus sisa air mata yang ada diwajah. Dia lalu mendongakkan kepalanya dan terjingkat kaget saat melihat Irham masih berdiri dihadapannya.
"I-Irham, kau-kau masih di sini?" tanya Zulaikha dengan terbata-bata, dia merasa malu karna lelaki itu melihatnya dalam keadaan seperti ini.
"tidak apa-apa Mbak, aku mengerti dengan apa yang Mbak rasakan saat ini," lirih Irham membuat Zulaikha melihat ke arahnya.
"aku tau kalau Pak Defin sudah menikah dengan Agnes, tapi aku rasa Mbak sudah tau lebih dulu daripada aku," sambung Irham lagi, dia tidak ingin kalau Zulaikha berpikir buruk tentangnya.
"yah, kau benar Irham. Tapi Mbak minta kau jangan cerita soal kedatangan Mbak ke sini ya, cukup kita berdua saja yang tau," pinta Zulaikha, dia tidak ingin kalau orang lain tau perihal masalah ini.
"iya Mbak, aku ngerti," balas Irham.
Kemudian Zulaikha pergi dari tempat itu, dia ingin menemui seseorang untuk mengurus perceraiannya dengan Defin.
Irham terus melihat ke arah Zulaikha pergi, hatinya ikut merasa sakit dengan apa yang telah terjadi pada wanita itu.
"Mbak, aku harap kau bisa hidup bahagia setelah ini, dan Izinkan aku untuk membahagiakanmu," gumam Irham, dia lalu berbalik dan kembali ke rumah Defin.
Irham memencet bel rumah itu agar penghuninya segera bangun, dia sampai memencetnya beberapa kali membuat Defin yang masih tidur di atas ranjang menggeliatkan tubuhnya.
"eeenggh, siapa sih itu!" gumam Defin sambil membangunkan tubuhnya, kepalanya terasa sangat pusing saat ini.
"honey, kau sudah bangun?"
suara seorang wanita mengagetkan Defin yang saat ini sedang berusaha untuk mengumpulkan nyawa, dia beralih melihat ke arah samping dan betapa kagetnya dia saat melihat Agnes sedang tidur di ranjang itu.
"kau! apa yang lakukan di sini?" bentak Defin, dia beranjak bangun dari ranjang dengan tatapan tajam ke arah Agnes.
"apa maksudmu honey? bukannya tadi malam kau sendiri ya membawaku ke sini?" seru Agnes, dia keluar dari selimut memperlihatkan tubuh bagian atasnya yang sudah dipenuhi dengan stempal kepemilikan.
"apa-apa yang terjadi?" gumam Defin, dia tidak mengerti kenapa dia bisa mengajak Agnes ke rumahnya.
Defin berusaha untuk mengingat kejadian tadi malam, dan ingatannya berhenti saat dia berada di Club malam.
"apa aku menelpon Agnes untuk menjemputku?" Defin mulai menerka-nerka kejadian tadi malam.
"honey, aku menginginkannya lagi!" ucap Agnes dengan nada manja dan berlari memeluk tubuh kekar Defin yang tidak tertutup oleh apapun, sementara Defin yang masih mencoba untuk mengingat apa yang terjadi dibuat terkejut dengan pelukan Agnes.
"*H*oney." Agnes mencoba untuk mengecup bibir Defin tetapi lelaki itu mendorong tubuhnya hingga terlepas dari tubuh Defin.
"Agnes, lebih baik kau pergi dari sini! aku tidak mau ada orang lain yang melihatmu!" usir Defin, dia memunguti pakaiannya yang berserakan di atas lantai.
"honey, kau mengusirku?" teriak Agnes dengan tidak percaya, matanya sudah berkaca-kaca mencoba meluluhkan hati Defin.
Ting tong, ting tong. Tiba-tiba suara bel yang terus ditekan oleh seseorang mengagetkan mereka berdua, Defin segera memakai pakaiannya untuk melihat siapakah yang saat ini berkunjung ke rumahnya.
"jangan keluar selangkah pun dari kamar ini!" ucap Defin pada Agnes sebelum keluar dari kamar itu.
Defin mempercepat langkah kakinya saat mendengar panggilan dari seseorang yang sangat dia kenal.
"ada apa Irham? kenapa kau teriak-teriak di depan rumahku?" ketus Defin saat sudah membuka pintu, dia mempersilahkan sekretarisnya untuk masuk tetapi Irham tetap berdiri ditempatnya.
"saya tidak bisa menghubungi Bapak! dan sekarang juga sudah jam 10," jawab Irham sembari menunjukkan jam yang melingkar ditangannya.
"apa? jam 10?" teriak Defin, dia langsung masuk ke dalam rumah untuk segera membersihkan diri sementara Irham duduk diteras rumah itu. Dia enggan untuk masuk ke dalam karna kembali mengingat kejadian bersama Zulaikha.
"jika kau tidak bisa setia dan memberi kebahagiaan pada Mbak Zulaikha, maka biarkan aku yang melakukannya," gumam Defin, dia sudah berniat untuk mengambil hati Zulaikha.
Defin yang saat ini seperti sedang dikejar-kejar anjing berlarian ke sana ke mari untuk bersiap, sementara Agnes hanya melihat saja tanpa ada niat untuk membantu.
"sekarang kau pergi dari sini, Agnes!" usir Defin untuk yang kedua kalinya, tetapi Agnes merasa tidak peduli dan malah asik bermain ponsel di atas ranjang.
"Agnes! apa kau tidak mendengar ucapanku?" bentak Defin lagi, dia sangat geram melihat wanita itu saat ini.
"kenapa sih honey, aku masih ingin di sini!" ucap Agnes, dia masih ingin berlama-lama ditempat ini.
"kau jangan memancing amarahku, Agnes!" tekan Defin dengan wajah yang sudah memerah pertanda bahwa emosinya sudah mulai naik.
"Ck, iya-iya." Agnes beranjak keluar dari kamar dan bergegas menyambar tasnya di atas meja ruang tamu, lalu dia keluar dari rumah itu dengan mulut yang terus menggerutu.
"loh, Irham?" seru Agnes saat melihat Irham sedang duduk dikursi teras.
Irham yang sedang sibuk dengan ponselnya mendongakkan kepala, dia melihat ke arah Agnes yang berdiri tepat di sampingnya.
"hay Agnes, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Irham, dia pura-pura tidak tau kalau wanita itu tidur bersama Defin.
"tidak ada, hanya sekedar jalan-jalan. Kalau gitu, aku duluan ya," ucap Agnes sembari berjalan ke arah jalan, dia menyetop taksi untuk pergi dari tempat itu.
"padahal kau cantik Agnes, tapi sayang-"
"kau masih di sini?" ucap Defin yang merasa kaget saat melihat Irham masih ada dirumahnya, dia pikir kalau lelaki itu sudah pergi dari rumahnya.
"saya menunggu Bapak, kalau gitu kita berangkat sekarang Pak!" jawab Irham, dia lalu berjalan ke arah mobilnya berada dengan diikuti oleh Defin.
Sepanjang perjalanan, tidak ada yang bersuara di dalam mobil. Irham terlihat enggan untuk berbicara dengan Defin sementara Defin sendiri sedang sibuk memikirkan tentang hubungannya dengan Zulaikha.
"untung saja Zulaikha tidak melihat Agnes,"
•
•
•
TBC.
Terima kasih buat yang udah baca 😘
intinya goblok.
untung ridwan pria tegas!