Azmi Khoerunnisa, terpaksa menggantikan kakak sepupunya yang kabur untuk menikah dengan bujang lapuk, Atharrazka Abdilah. Dosen ganteng yang terkenal killer diseantero kampus.
Akankah Azmi bisa bertahan dengan pernikahan yang tak diinginkannya???
Bagaimana cerita mereka selanjutnya ditengah sifat mereka yang berbanding terbalik???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saidah_noor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Azthar # Honey Moon.
Aura garang dari wajah pak dosen membuat Azmi menelan salivanya dengan kasar, kepala ditekuk, kedua tangan bertaut dan matanya melirik sesekali karena ia tengah dihukum berdiri. Layaknya anak SD yang merasa bersalah karena melakukan kesalahan fatal, ia berdiri menghadap pak guru yang melihatnya dengan sorot mata tajam.
Athar masih mencari tahu, apa hukuman yang pas untuk kesalahan istrinya yang sudah membuatnya hampir kehilangan kejantanannya. Tak mengira aksi Azmi sungguh diluar nalar dan membuatnya meringis ngilu sampai ke ubun-ubun.
"Jadi, apa hukumannya?" tanya Azmi pelan dan melirik sekilas.
"Aku mau hukumannya seumur hidup," jawab Athar.
"Apa begitu sakit? Sampai hukumannya harus pake pasal berat, seumur hidup itu melelahkan, pak," protes Azmi.
"Kau hampir membuatnya bengkok," ujar Athar bernada geram, bagaimana tidak suasana yang sempat mendukung itu dan ia sudah mempersiapkan senjatanya malah gagal karena tendangan si Azmi.
"Aku gak lihat itu bengkok, pisang bapak emang sudah bengkok," ujar Azmi sembari melirik-lirik pada bagian itu.
Melihat lirikan Azmi Athar semakin menyembunyikan pisangnya dengan kedua tangannya, ada trauma sekaligus takut terulang kembali. Tindakan istrinya benar-benar tak pernah diduga.
"Jangan lihat-lihat!" larang pak dosen, menegaskan. Ia meneguk ludahnya yang pahit, sepahit jamu temulawak melihat istrinya masih menatap pada senjata andalannya.
Azmi mencebik, "Jadi apa hukumannya?"
"Pijat aku setiap malam, seumur hidup. Hukuman itu sudah diringankan dengan alasan status kamu masih istriku sekaligus mahasiswiku. Kalau tidak, kamu sudah dikenakan pasal penganiayaan," jawab Athar dengan mudahnya.
Azmi mengerutkan keningnya, ia sudah memperkirakannya. Hukumannya aja yang aneh tapi bawa-bawa pasal dan undang-undang.
"Selalu aja gitu, gini amat nikah sama dosen fakultas hukum," gerutu Azmi dalam hati.
Athar menelungkupkan badannya diatas ranjang, kedua tangan dan kakinya ia rentangkan untuk siap mendapatkan peremajaan dari sang istri.
"Tunggu apalagi, ayo cepat!" titah Athar menggertak Azmi yang masih diam ditempat.
"Iya, iya." Azmi naik ke atas ranjang, kedua tangannya siap memijat bapak dosen jurusan hukum. Bibirnya berkomat-kamit mendo'akan suaminya yang sudah berkarat itu.
Tangan Azmi terulur memijat tangan, lalu kaki terakhir punggung si bapak. Dengan sabar tapi gak ikhlas, cuma terpaksa saja ia lakukan daripada dikasih hukuman pasal penganiayaan berlapis-lapis.
Masa bodoh, siapa juga yang mau bersuamikan Bapak Profesor Dr. Athar razka Abdillah S.H. Benarkah pangkatnya?
Azmi pun lupa apa pangkat suaminya dikampus, entah lektor atau guru besar, yang jelas ia hanya tahu itu saja. Katanya sih, pak Athar itu udah lulus diusia yang masih muda dan saking pinternya dengan cepat ia lulus dengan nilai summa cum laude pula. Yang artinya IPK-nya paling tinggi, kisaran 3.90-4.00.
Pantes saja, jika banyak para mahasiswi seniornya yang sangat-sangat ingin menjadi pacarnya. Ya, mereka pikir biar dapat nilai plus saja. Plus-nya juga pak Athar emang ganteng dan awet muda, gak kayak dosen lain sih, yang udah terlihat keriputan.
Itulah yang Azmi dengar di kampus, bukan nguping tapi sana-sini ngerumpinya soal pak Athar mulu. Apalagi saat mantannya nongol, yap bu Klara. Dosen yang pernah menghukumnya membersihkan ruang toilet putri.
Kek aktor aja, tau gak!
Kisah cintanya aja ngalahin kisah Rahul dan Anjeli.
Kini, gimana nanti? Pas ia sudah masuk kampus lagi, bakal dibully gak, ya? Sama fans-nya bapak Athar.
"Azmi, jangan lihat-lihat!" ucap Pak Athar yang terdengar halus, kayak udah ngantuk.
Azmi melirik pada muka si bapak, yang ternyata emang sudah merem.
"Iya," jawab Azmi pelan sembari menutup mulutnya yang menguap karena mengantuk. Seharian ini sungguh melelahkan, esoknya mereka juga harus liburan. Oh no! bukan liburan melainkan honey moon, jadi kudu tidur lebih cepat.
🍀🍀🍀
Pantai Melasti Bali ...
Inilah tempat yang menjadi honey moon pak dosen dan mahasiswinya, untuk kunjungan pertama mereka sebagai pasutri. Meski untuk pertama kalinya, Azmi datang berkunjung ke pulau dewata, ia cukup senang melihat pantai dengan pasir putih yang indah itu.
Jangan kalian pikir mereka hanya bermesraan saja, karena ini bulan madu. Faktanya sepasang suami istri itu terlihat seperti teman saja, tak ada yang namanya suap-suapin, tak ada pula peluk-pelukan, karena tiap kali Athar ingin melakukan itu si Azmi selalu ngeles.
Foto yang mereka ambil pun tak ada yang nempel kaya perangko, sedari tadi hanya pak Athar saja yang jadi juru kamera. Makanya kini pak dosen tersebut hanya melihat istrinya yang tengah main pasir ditepi pantai, mirip banget kek anak SD yang sedang diawasi bapaknya.
"Mas, ayo! Kita main pasir, mumpung lagi liburan," teriak Azmi disana, menatap Athar yang tak ada semangat hidupnya.
Athar menghela nafas berat, seberat beban pikulnya ngurus istri bak ngurus anak kecil.
"Ya, kamu benar. Ini liburan bukan honey moon," keluh Athar, menerima kenyataan takdir.
Ia akhirnya menghampiri istrinya yang panas-panasan disore hari, langit jingga di pantai itu begitu indah dengan angin berhembus menyentuh kulit. Ia membantu Azmi membentuk pasir menjadi sebuah istana yang megah, bak kerajaan didunia dongeng.
Athar tersenyum, ingat sesuatu teka-teki yang terdengar gombal.
"Mi, kamu tahu rumah apa yang paling indah?" tanya Athar memulai siasatnya.
"Rumah megah kayak istana, seperti ini kan," jawab Azmi dengan ujung jari menunjuk pada istana yang mereka bangun.
"Salah, jawabannya rumah tangga aku dan kamu," ujar Athar tersenyum.
"Oh ...." Azmi memanyunkan bibirnya.
Apa! Hanya itu jawabannya, Athar kira mungkin Azmi bakal salah tingkah seperti kebanyakan wanita. Tapi ini realitanya cuma oh doang. Gak salah?
Athar yang duduk pun tidur terkapar akhirnya, sepertinya gadis satu ini memang gak ada pekanya sama sekali. Ia membiarkan ombak kecil menerpa kakinya, membasahinya yang sudah haus akan kehangatan. Tiap kali ia harus menahan diri untuk tidak menyentuh istrinya yang masih memberinya puasa.
"Kapan aku nga-cornya, sih?" Athar bermonolog ia memejamkan matanya.
"Mas, jangan tidur!" Azmi menggoyangkan pipi suaminya.
"Aku ngantuk, biarin aku sejenak," ucap Athar.
Azmi pun memilih ikut merebahkan tubuhnya disamping Athar, dengan tangan lelaki itu sebagai bantalnya sambil menatap langit yang kian teduh. Sedangkan Athar memasrahkan lengannya untuk dijadikan penyangga kepala istrinya, tumben amat sih, sikap Azmi begini.
"Mas, apa kita bakal punya banyak anak, nanti?" tanya Azmi tiba-tiba.
Athar membuka matanya, tumben ini cewek bertanya soal anak. Apa ia sudah siap dihajar Athar malam ini? Senyum Athar terlukis.
"Emang kenapa?" tanya Athar.
"Semalam aku mimpi kita punya anak empat, yang bontot nya kembar cewek. Yang kedua dan pertama anak kita cowok, saat itu kita lagi berfoto ...." papar Azmi bercerita.
Athar memiringkan badannya dan menatap istrinya yang masih berceloteh, tangan sebelahnya bergerak memeluk perut mahasiswinya. Bibirnya tersenyum melihat istrinya yang tak sadar akan posisi mereka yang dekat.
Ah, Athar tak peduli pengunjung lain melihat pada mereka. Yang penting ia punya kesempatan untuk bermesraan seperti ini, tak cuma jadi penonton kan. Ini honey moon bukan liburan.
"Emang kamu udah siap untuk jadi ibu?" tanya Athar setelah cerita si Azmi selesai tentang mimpinya semalam.
"Azmi masih takut, sih," itu jawaban yang keluar dari bibir Azmi.
"Apa yang kamu takutkan?" Athar mengernyitkan sebelah alisnya.
"Kata temen aku yang sudah menikah, pecah telor itu sakit. Ia sampai dibawa ke rumah sakit karena pendarahan hebat," kata Azmi.
Athar tersenyum geli, "Itumah cowoknya gak sabaran, makanya jadi brutal."