Deandra Rashesa adalah gadis cantik, muda dan berbakat, yang masih duduk di kelas 11, di usianya yang masih 18 tahun, ia terpaksa harus melepas masa remajanya demi perjodohan yang tidak ia inginkan.
Rayvano Adiputra perkasa, CEO perusahaan ternama di kotanya adalah sosok yang dijodohkan dengan Shesa, berwajah ganteng, tajir melintir, dambaan banyak wanita tak lantas membuat Shesa menyukainya.
Sifat Vano yang arogan membuat Shesa sangat membencinya.
Karena Shesa masih ingin terus sekolah dan melanjutkan cita-citanya, ia menginginkan pernikahan itu dirahasikan.
Akankan Shesa sanggup melewati konflik-konflik dalam pernikahannya yang dirahasiakan?
MOHON BIJAK YA! NOVEL INI HANYA KARYA FIKSI DAN HANYA KEHALUAN AUTHOR SEMATA. JADI, KALAU TIDAK SESUAI DENGAN KEHIDUPAN NYATA, HARAP MENILAI DENGAN BIJAK ...🙏😊
HAPPY READING ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LichaLika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
telat
Vano menarik tangan Shesa cukup kuat, sehingga membuat Shesa sedikit kesakitan.
"Awww...sakit tau, kamu tuh maunya apa sih? tarik-tarik tangan orang sembarangan" seru Shesa kesal. Shesa menarik tangannya sambil turun dari ranjang, Vano mengekor kemana Shesa pergi.
"Halah...manja banget jadi cewek, gitu aja kok sakit, nih pasang sendiri" seru Vano sambil memberikan cincin itu pada Shesa.
Shesa mengambil cincin yang diberikan Vano, dia memandangi keindahan cincin yang
benar-benar bernilai estetika tinggi itu.
"Aku tidak pantas memakai cincin ini" ucap Shesa tertunduk lirih. Vano menghampiri Shesa dan menarik dagunya keatas.
"Pakailah, kamu menantu di keluarga ini, nenek pasti sangat kecewa jika kamu tidak memakainya" ungkap Vano pelan.
Vano mengambil kembali cincin itu dan memakainya di jari manis Shesa, lantas Vano dengan lembut mencium tangan Shesa yang mulus itu.
Shesa tertunduk dan memalingkan wajahnya yang tampak tersipu malu, Vano mulai meraba pundak Shesa kemudian turun ke pinggang Shesa, terasa darah mulai berdesir, deru nafas Vano yang begitu dekat, membuat mata Shesa perlahan menutup, Vano meraba bibir Shesa yang masih ranum itu, membuat Shesa semakin terbawa suasana romantis malam itu.
Sebagai laki-laki normal, tentu saja Vano juga ingin mendapatkan hak penuh terhadap isterinya, nafas Shesa semakin tidak beraturan, lengan kekar yg berotot itu semakin mendekap erat tubuhnya.
"Tidakkk...tidaakkk...Aku tidak bisa" sahut Shesa sembari melepaskan pelukan Vano.
Vano menatap serius dengan penuh harapan, dengan membalikkan badannya, Shesa mencoba mengatur nafasnya kembali.
"Kenapa....?" seru Vano penuh tanya
"Maafkan aku, aku tidak bisa melakukannya sekarang, aku belum siap, tolong jangan paksa aku" jawab Shesa sambil memejamkan matanya.
Vano hanya terdiam lemas mendengar ucapan sang istri, kemudian ia berbalik arah hendak pergi menjauh dari isterinya.
Shesa tersadar bahwa suaminya pasti tersakiti dengan ucapannya, Shesa masih ingat betul nasehat Anggi, bahwa istri wajib melayani suami dengan ikhlas, karena kedudukan suami dihadapan istrinya bagaikan seorang Raja.
"Aku mau kamu berjanji padaku satu hal" seru Shesa yg membuat langkah kaki Vano terhenti.
Vano menoleh.
"Katakan...." sahut Vano
"Kamu harus berjanji, tidak akan menyentuhku sampai aku datang menyerahkan diriku sendiri kepadamu, maukah kamu melakukan itu untukku?" seru Shesa sembari menundukkan wajahnya yang cantik.
"Baiklah...aku berjanji padamu" jawab Vano tegas, Vano sadar istrinya ini masih ingin bersekolah, hatinya belum siap menerima perjodohan ini, ia masih terfokus pada cita-cita dan mimpi-mimpinya menjadi desainer terkenal.
"Terima kasih" tukas Shesa sembari melempar senyum pada Vano.
Jujur dalam hati Vano, ia sudah tak sanggup lagi menahan lama-lama gejolak hati yang membara .
Apalagi melihat senyum Shesa yang mampu membuat orang terbuai dalam kecantikannya, tak lantas membuat Vano berpaling dari wajah Shesa yg menawan.
"Tidurlah, aku mau ganti baju dulu, lagipula besok kamu masuk sekolah, iya kan?" seru Vano mempersilakan istrinya untuk tidur terlebih dahulu.
Shesa mengangguk senang, kemudian ia membaringkan tubuhnya diatas ranjang mewah itu.
Setelah beberapa saat Vano keluar dari ruang ganti, Vano memakai piyama dengan bahan benang sutera asli yang hanya terdapat di negara Tiongkok, memberikan kesan maskulin pada Vano yang notabennya memang memiliki ketampanan asli yang hakiki. Lantas ia mengikuti Shesa untuk tidur disebelahnya.
Vano mulai mematikan lampu kamar.
Tiba-tiba....
"Jangan dimatikan lampunya" pinta Shesa agar lampu dibiarkan menyala.
"Kenapa? Kamu takut gelap?" tanya Vano menyelidik.
"Iya...Aku phobia gelap, maaf jika tidurmu terganggu" seru Shesa
Dengan terpaksa Vano harus tidur dengan lampu masih menyala bak stadion sepakbola.
"Baiklah, sekarang tidurlah" seru Vano sedikit kesal, Shesa mulai berbaring dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
Vano tidak bisa memejamkan matanya, dia melihat Shesa yang sudah tidur membelakanginya, akhirnya Vano berdiri dan menuju sofa yang ada di sudut kamarnya.
Vano mulai merebahkan tubuhnya di atas sofa empuk berwarna merah itu, kemudian ia mematikan lampu yang ada di atas nakas.
*
*
*
Pagi hari...
Perlahan sinar mentari mulai masuk kedalam ruangan, dan mengenai mata Shesa yg masih terpejam.
Shesa menggeliat dan mencoba melihat jam,
betapa terkejutnya ia ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah 7 pagi.
"Oo...ya ampun, aku akan telat kalau jam segini" Shesa bergegas ke kamar mandi.
Setelah beberapa menit, Shesa keluar dari kamar mandi dan dia mencari dimana keberadaan suaminya, Shesa tak mendapati Vano ada di dalam kamar.
"Kemana perginya? pagi-pagi udah ilang ajah....huffftt aku berangkat aja sekarang" Seru Shesa sambil melihat jam tangannya.
Shesa bergegas pergi tanpa sarapan pagi dulu, nenek melihat Shesa yg nampak terburu-buru.
"Selamat pagi nek, Shesa berangkat dulu" kata Shesa sambil mencium tangan nenek
"Eh...kamu nggak sarapan dulu" sahut Nenek
"Emmm....nggak perlu nek, Shesa buru-buru" sahut Shesa lalu bergegas menuju luar rumah.
Sementara diluar sudah ada Mario yang menunggu kedatangan Nona mudanya.
"Mari nona silakan masuk, saya yang akan mengantar nona muda ke sekolah" seru Mario
Shesa menoleh sekitar tak didapatinya batang hidung sang suami.
"Suamiku kemana?" tanya Shesa menyelidik.
"Tuan muda sedang mengantar Tn. Hendrawan ke bandara, hari ini Tuan Hendra bertolak ke London" jelas Mario
Shesa terdiam, kemudian ia segera masuk ke dalam mobil yang sudah dipersiapkan untuknya.
*
*
*
Setelah beberapa menit Shesa sudah sampai di sekolah.
Shesa langsung berlari saat pintu gerbang mulai ditutup.
"Tunggu....jangan ditutup dulu" Shesa langsung menyerobot security yg mulai menutup gerbang sekolah.
Shesa pun berhasil masuk dan ia segera berlari ke dalam kelas. Dari kejauhan nampak Romi sedang memperhatikan Shesa, beberapa hari ini ajakan Romi selalu di tolak Shesa, Romi menjadi penasaran apa yg sedang terjadi sebenarnya pada gadis pujaan hatinya itu.
"Shesa...rahasia apa yg kau sembunyikan dariku" seru Romi penasaran.
*
*
*
Sesampainya di kelas.
Siska sudah berada di dalam kelas, Siska termasuk guru dengan julukan guru killer atau guru berdarah dingin.
Shesa memberanikan dirinya mengetuk pintu.
"tok...tok...tok..."
Seluruh siswa dalam kelas menoleh semua ke arah Shesa, tak terkecuali bu Siska.
"Permisi bu...maaf saya terlambat" seru Shesa gugup.
Siska
datang dan berkata "Kamu lihat ini jam berapa?" kata Bu Siska sambil menunjuk jam.
"Jam tujuh lebih sepuluh menit" jawab Shesa menunduk
"Saya paling tidak suka, jika ada siswa yg telat disaat jam pelajaran saya, kamu keluar sekarang!" kata bu Siska memerintahkan Shesa untuk keluar kelas.
"Tapi bu!" kata Shesa gugup
"Keluar! Kamu tidak usah mengikuti pelajaran saya" sahut bu Siska ketus.
Akhirnya Shesa pergi keluar kelas.
"Huufffffttt..sial banget hari ini" gumam Shesa sambil duduk di bangku luar sekolah.
Monic, Nabila dan Mita membicarakan Shesa.
"Kasihan banget Shesa, biasanya dia nggak pernah terlambat" bisik Mita
"Tau sendiri bu Siska orangnya nggak bisa mentolerir" seru Nabila.
"He em dasar killer ...pantes saja sampai sekarang belum nikah, judes gitu sih" umpat Monic.
Tiba-tiba bu Siska menunjuk Monic, Mita dan Nabila, bu Siska mendapati mereka berbicara sendiri.
"Kalian bertiga! Monic, Mita, Nabila, cepat keluar dari kelas saya!" perintah Bu Siska pada ketiganya sambil menunjuk pintu keluar.
"Yah...mampus deh guys kita disuruh keluar kelas" bisik Mita
Akhirnya mereka bertiga pergi meninggalkan kelas.
"Uhhh dasar perawan tua...awas aja...huuu" umpat Mita kesal.
Monic melihat Shesa duduk di sudut koridor kelas.
"Eh...itu Shesa, kita ke sana yuk" akak Monic
Siska adalah guru bahasa inggris yang terkenal sangat disiplin, semua siswa menakutinya, bu Siska merupakan guru yang selalu berpenampilan modis, cantik dan seksi, siapa sangka bu Siska adalah guru yang menaruh hati pada Vano.
*
*
*
BERSAMBUNG
🔥🔥🔥🔥
...WAAHHH....SEMAKIN SERU CERITANYA.......
...DUKUNG TERUS YA....SUPAYA AUTHOR LEBIH RAJIN LAGI UPDATE NYA...
...I LOVE YOU ALL 😘😘😘...