Kesedihan Rara mencapai puncak hanya dalam waktu satu hari.
Setelah orang tuanya batal menghadiri acara wisudanya, Rara malah mendapati kekasihnya berselingkuh dengan sepupunya sendiri.
Rara mendapati kenyataan yang lebih buruk saat ia pulang ke tanah air.
Sanggupkah Rara menghadapi semua cobaan ini?
Ig : Poel_Story27
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poel Story27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran Yang Terungkap
Sean keluar dari kantornya saat jam makan siang, ia memacu mobilnya menuju apaprtemen Vita, Sean sudah tidak sabar untuk memberitahu Vita kabar baik.
Sean tiba di apartemen Vita, kekasihnya itu menyambut Sean dengan senyuman terbaiknya.
"Kau merindukanku Sayang, padahal baru kemarin kita melakukannya," seru Vita diiringi senyum genitnya.
"Aku tidak bisa jauh darimu Sayang," balas Sean sembari melangkah masuk ke apartemen Vita. "Dan aku punya kabar baik untukmu!"
"Kabar baik apa?" tanya Vita.
"Rencanaku berhasil, ayah dan ibuku sudah merestetui hubungan kita, mereka akan segera datang untuk melamarmu," ujar Sean.
"Benarkah ...." Vita tersenyum sumringah, sebentara lagi ambisinya akan tercapai, ia akan menjadi seorang nyonya muda.
"Ya ... seperti yang aku rencanakan, keluargaku menolak Rara karena statusnya, ayahku langsung berinisiatif untuk melamarmu, daripada aku harus menikah dengan seorang janda," jawab Sean.
"Daripada? Maksudmu, orang tuamu memilih melamarku karena tidak ada pilihan lain." Vita memberengutkan wajahnya.
"Jangan cemberut seperti itu Sayangku!" bujuk Sean sambil mengusap wajah Vita. "Mungkin sekarang ibu tidak suka padamu, tapi percayalah! Setelah kau jadi menantunya, dan tinggal di mansion kami. Ibu pelan-pelan akan menyukaimu."
'Well ... wanita tua sialan! Kau belum tahu siapa aku, kita lihat siapa yang akan menang, saat aku sudah jadi istri anakmu, kau tidak akan bertahan lebih lama lagi tinggal di istanamu itu,' batin Vita sambil menyunggingkan bibir atasnya.
"Sebentar! Apakah benar Rara sudah menjadi seorang janda?" tanya Vita.
Sean mengidikkan bahunya. "Mana aku tahu, apa kita harus peduli dengan statusnya itu? Dia hanyalah alat untuk menjalankan rencanaku."
'Rara yang malang, hidupmu memang penuh dengan kesialan, dulu aku berhasil merebut Rian darimu. Sekarang kau lah berhasil, ya ... berhasil menyatukan aku dengan anak dari keluarga terkaya,' batin Vita tertawa jahat.
"Kau harus segera mengabari orang tuamu, karena dalam waktu dekat ini ayah dan ibuku akan datang untuk melamarmu." ujar Sean.
"Tentu ... mamaku pasti senang sekali mendengar kabar ini, ia pasti akan segera datang!" sahut Vita.
Vita menghubungi mamanya, ia meminta mamanya untuk datang ke Jakarta, karena keluarga Richard akan datang untuk melamarnya.
Vita tersenyum bahagia. "Mama bilang, ia akan berangkat hari ini juga, nanti sore sudah sampai di sini. Apa kau akan menemaniku untuk menjemput orang tuaku di bandara?"
"Tentu Sayang! Sekalian agar orang tuamu mengenalku," jawab Sean.
"Mamaku pasti sangat senang dapat memiliki menantu sepertimu," seru Vita. Diiringi tangannya yang mulai bergrilya membuka satu persatu kancing kemeja Sean.
***
Mansion Richard.
Jefry datang dengan membawa berbagai informasi yang ia dapatkan.
"Kau yakin semua ini sudah lengkap?" tanya Brian.
"Ya, Tuan! Kecuali hasil tes DNA anak itu, kita tidak bisa mempercepatnya. Aku sudah berhasil mengambil sampel darah anak itu, tapi kita tetap harus menunggu hasil lab, sekitar 24-jam kedepan. Tim dokter kita bekerja sesuai prosedur Tuan, itu tidak bisa dipercepat," jelas Jefry.
Brian membaca lembar demi lembar informasi pribadi Rara yang didapat anak buahnya.
"Jadi benar Rara adalah wanita yang bersama putraku malam itu?" tanya Lidya.
"Benar Nyonya, semua datanya ada di situ!" jawab Jefri sambil menunjuk berkas yang sedang dibaca Brian.
Lidya menggeleng kesal. "Kau bisa mendapatkan semua info ini hanya dalam beberapa jam, mengapa dulu kau tidak dapat menggali info ini sama sekali!"
"Maafkan saya Nyonya! Saya mendapatkannya dengan cukup mudah, karena saya tahu apa yang sedang saya cari, sedangkan waktu itu kita sama sekali tidak memiliki petunjuk. Kita tidak tahu nama gadis itu, dan yang lebih buruk lagi, tuan muda tidak bisa memberitahu ciri-ciri wajahnya," jelas Jefry.
Jefry menghela napas terlebih dulu sebelum melanjutkan ucapannya. "Waktu itu berbagai upaya telah kami lakukan, termasuk meminta rekaman cctv lalu lintas yang mengarah ke club itu, sayangnya tidak ada petunjuk yang mengarah ke nona Rara."
"Sudahlah, jangan dipermasalahkan lagi!" Brian mengusap lembut kepala istrinya. "Seperti yang aku katakan waktu itu. Kita tidak bisa menemukan sesuatu, jika kita sendiri tidak tahu apa sedang kita cari. Jika saja waktu itu Sean tahu siapa namanya, atau mungkin mengingat ciri-ciri wajahnya, semuanya pasti akan mudah."
Lidya mengangguk paham, ia tidak lagi membantah perkataan suaminya.
"Apa setelah bermalam bersama putraku, Rara pernah dekat dengan pria lain?" tanya Lidya.
"Tidak sama sekali Nyonya! Kecuali akhir-akhir ini, ada seorang pria yang ingin mendekati nona Rara," jawab Jefry.
"Jadi, apa bisa dipastikan Rio adalah cucu kita?" Lidya mengalihkan pandangan pada Brian.
Brian menganggukkan kepala. "99% iya! Melihat semua informasi yang didapatkan Jef, hasil tes DNA besok hanyalah formalitas belaka."
Lidya tersenyum mengetahui kebenarannya, kini omangan kosongnya dengan Maira dulu akan menjadi kenyataan, mereka akan menjadi besan.
"Sean pasti senang mendengar kabar ini, kita harus segera melamar Rara untuk Sean!" seru Lidya pada suaminya.
"Maaf Tuan, Nyonya! Tapi Anda harus melihat rekaman yang ada di laptop itu terlebih dulu," sela Jefry.
Brian dan Lidya mengkerutkan dahi saat melihat video rekaman tersebut. Video itu menampilkan rekaman CCTV di ruang tamu apartemen Vita, yang berhasil diretas anak buahnya.
"Jelaskan apa yang kau ketahui jeff!" desak Brian.
"Seperti yang Tuan lihat di video itu! Nona Rara dan tuan muda tidak memiliki hubungan apa-apa! Tuan muda menjebak nona Rara untuk menjalankan rencananya. Hubungan mereka adalah akal-akal tuan muda untuk meloloskan hubungannya dengan nona Vita," jelas Jefry.
"Keterlaluan! Anak itu sampai mengelabuhi kita demi gadis sialan itu, pikirannya sudah benar-benar tertutup," Brian mengepalkan kedua tangannya.
Lidya sedih membayangkan kenyataan, bahwa anak kesayangannya itu tega membohongi kedua orang tuanya, hanya demi Vita. Gadis yang dalam mimpi pun tidak pernah Lidya harapkan untuk menjadi menantunya.
Untung saja Lidya berinisiatif pergi ke apartemen Rara tadi pagi, di mulai dari sana lah, kebenaran demi kebenaran mulai terbongkar.
"Kita beritahukan semua ia pada Sean, agar dia mengerti dan semuanya selesai," seru Lidya pada suaminya.
Brian menggelengkan kepalanya, ia tidak setuju dengan usul Lidya. Karena Brian sudah mendikte apa yang akan dilakukan Sean di masa yang akan datang, jika mereka memberitahu kebenarannya.
"Tidak ... kita tidak bisa memberitahukan kenyataan ini pada Sean. Kita tahu betul watak anak kita itu, dan kini dia sedang dibutakan oleh gadis sialan itu. Akan beresiko besar pada keselamatan calon menantu, begitu pun dengan cucu kita, jika kita memberitahu yang sebenarnya. Kita harus berkaca pada kenyataan sekarang. Anak kita itu bisa membuat sandiwara baru. Dia bisa berpura-pura menerima Rara, dan Resikonya adalah kita tidak bisa melindungi Rara, karena yang kita lihat Sean bersikap baik padanya," papar Brian panjang Lebar.
"Tapi aku tidak ingin terjadi sesuatu dengan calon menantu dan cucu kita," lirih Lidya.
"Itu tidak akan terjadi, Permaisuriku! Maka dari itu kita harus berpura-pura tidak mengetahui recana Sean. Dengan begitu akan lebih mudah untuk melindungi Rara dan cucu kita," ujar Brian.
"Lalu apa selanjutnya yang akan kita lakukan?"
"Kita ikuti alur sandiwara anak nakal itu," sahut Brian diiringi seringai di wajahnya.
Bersambung.
Jangan lupa tinggalkan like vote dan komen ya!
Terima kasih.