Lafira Dares memiliki kemampuan supernatural sejak kecil. Dia tidak disukai dalam keluarga dan dituduh sebagai gadis pembawa sial. Hingga kedua kakinya menjadi lumpuh dan harus berada di kursi roda. Sayangnya, kematian sang ibu membuat dia menaruh benci dan dendam pada keluarga Dares.
Hingga akhirnya, dia menikah dengan Domian Morachel, Bos Mafia dunia bawah dan juga bos di belakang layar Mora Enterprise. Sama-sama memiliki bakat supernatural, Domian telah terpikat oleh Lafira Dares. Bagi Lafira, cinta tidak penting dan balas dendam telah mendarah daging. Sayangnya, dia harus bercampur dalam dunia mafia yang kejam, membantu Domian yang diincar oleh organisasi misterius.
Keduanya melawan organisasi misterius yang menginginkan kemampuan supernatural. Mampukah keduanya menyingkirkan semua musuh yang mengintai dalam kegelapan? Apakah Lafira Dares memiliki kemampuan tersembunyi lainnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Risa Jey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Namaku, Lacter
DI LUAR kamar, Domian menuruni anak tangga dengan langkah' lebar. Dia benar-benar marah kali ini hingga melemparkan semua buku novel ke pantai dengan kasar. Kepala Pelayan Qi datang dengan tergesa-gesa dan mengerutkan kening ketika melihat tuannya tidak bahagia.
"Tuan, apakah ada instruksi?" tanya Kepala Pelayan Qi.
"Bakar semua buku novel ini dan jangan biarkan nyonya rumah diam-diam mengambil novel yang rusak seperti ini! Aku tidak ingin ada buku-buku novel seperti ini memenuhi rumah di masa depan!" Domian sedikit berteriak, lalu melenggang meninggalkan rumah.
Kepala Pelayan Qi tertegun. Jarang sekali tuannya marah untuk urusan sepele seperti ini. Lagi pula, bukankah wajar jika para gadis membaca buku novel? Hanya saja saat Kepala Pelayan QI melihat buku-buku novel di lantai, diam-diam menghela napas. Tidak heran jika tuannya marah.
Dia mengambil semua buku novel itu dan membakarnya di halaman belakang.
Di kamar, Lafira yang masih sedikit terkejut itu masih emmeluk tubuhnya sendiri. Dia gemetar dan memperhatikan jika penampilannya di cermin benar-benar berantakan. Tanpa sadar, dia menggunakan kekuatannya untuk memecahkan cermin hingga para pelayan yang sedang bertugas tak jauh dari lantai dua pun terkejut.
Bahkan Kepala Pelayan Qi yang bau saja membakar semua buku novel di tong sampah pun mengerutkan kening, melirik keberadaan kamar tuannya. Sepertinya nyonya rumah baru saja melampiaskan kemarahannya apa barang-barang di kamar. Dia merogoh saku celana dan melakukan panggilan telepon pada Domian.
“Tuan, sepertinya nyonya rumah memecahkan sesuatu.” Dia melapor.
“Panggil seseorang untuk mengganti cermin.” Suara Domian di ujung telepon begitu tenang dan datar.
“Bagaimana tuan … tuan tahu jika nyonya rumah memecahkan cermin?” Kepala Pelayan Qi mengerutkan keningnya.
“Karena dia tak akan mampu lagi memecahkan dinding kaca mulai sekarang.” Setelah itu, Domian yang pertama mengakhiri sambungan.
Saat ini, Domian sedang berada dalam perjalanan menuju perusahaan untuk mengurus sesuatu lebih dulu. Dia menatap layar smartphone-nya dengan kening mengkerut. Lalu diam-diam mengulum senyum. Dia sudah meminta Guru Stempson untuk memasang sesuatu di dinding kaca rumahnya sehingga Lafira tidak akan mampu berulah lagi.
“Tuan, kita sampai.” Sang sopir telah parkir.
Domian segera keluar mobil dan membenarkan kemeja hitamnya yang agak berantakan.
Di dalam gedung perusahaan cabang Mora Enterprise.
Seorang pria bersetelan jas hitam duduk di kursi tunggu ruang presiden direktur. Dia memegang segelas kopi sambil menyesapnya sedikit demi sedikit. Setelah itu, matanya menyipit. Duduk dengan bertumpu satu kaki dan tatapan arogan yang kental, dia melihat seorang gadis bergaun merah muda lembut.
Gadis itu, tak lain adalah Elaine. Dia telah berpikir keras untuk bisa masuk dan menunggu di ruang tunggu kantor presiden direktur. Hanya untuk menunggu Domian datang. Tapi Elaine tidak tahu jika seseorang juga akan menunggu di sini dengan sikap yang cuek. Dia menjadi lebih gugup.
Awalnya Elaine ingin menyapa. Tapi khawatir pihak lain memiliki posisi penting di perusahaan ini, ia tidak ingin menyinggung orang. Tapi dia akui jika pria muda di depannya sangat tampan. Ada kemungkinan besar masih berusia dua puluh lima tahunan. Ia sengaja duduk agak jauh darinya agar parfum yang dia pakai hari ini tidak membuat pria itu mabuk.
Menurut ibunya, parfum yang dia pakai saat ini pernah digunakan untuk mendapatkan hati dan keinginan Tuan Lexan serta ayah kandungnya.
Tapi Elaine tidak tahu jika pria yang duduk tak jauh darinya itu bisa mencium aroma parfumnya dengan jelas hingga mencibir diam-diam. Ini satu wanita lagi yang ingin merayu Domian di kantornya. Pria yang memegang cangkir kopi itu segera mengeluarkan smartphone-nya dan mulai mengirim pesan pada Domian.
Lacter: Kakak, sejak kapan kamu meminta seorang gadis untuk datang? [mengirim foto]
Balasan dari Domian datang, membuat pria bernama Lacter itu mengerutkan keningnya lagi.
Lacter: Berhati-hatilah, dia memakai parfum musim semi yang bisa merangsang tubuhmu. Hei, ingatlah dengan kakak iparku di rumah.
^^^Domian: Kamu bisa mengambilnya. ^^^
Lacter: Kakak, apakah kamu yakin tidak akan ada masalah besar?
^^^Domian: Kamu berkata itu parfum musim semi. Kamu tahu apa yang harus dilakukan. Panggil seseorang untuk mengurusnya.^^^
“...” Lacter merasa jika kakak tirinya ini agak kejam.
Setelah mengirim beberapa pesan. Lacter memperhatikan Elaine dengan sudut pandang yang buruk. Dia tidak suka dengan gadis yang berpura-pura lembut di depannya. Apalagi memasang ekspresi sehalus mungkin. Setelah menghabiskan secangkir kopi, dia mengambil pembicaraan lebih dulu.
“Apakah kamu memiliki hubungan dengan presiden?” tanyanya.
Elaine cukup terkejut karena pria yang terlihat dingin itu akhirnya bicara padanya. Mungkin karena dia terlihat cantik? Dia harus memastikan identitas pria itu di perusahaan ini. Karena itu, Elaine segera menunjukkan senyum tulus, tapi tidak sampai ke bawah matanya.
“Adik perempuanku adalah tunangannya.” Dia berkata dengan sedikit kurang suka secara diam-diam. Tapi meski begitu, dia tidak bisa menjelekkan Lafira yang begitu dia benci.
“Ternyata seperti itu. Jadi, untuk apa kamu datang ke sini alih-alih menemui saudara perempuanmu?” Lacter sengaja bertanya lagi.
“Ayah memintaku untuk memberikan dokumen pada Tuan Morachel.” Sampai di sini, dia agak malu dan wajahnya memerah. Dia membawa dokumen kerja sama dari ayahnya.
Nyonya Myon membutuhkan usaha yang cukup keras agar membiarkan Elaine datang ke perusahaan untuk menyerahkan dokumen. Setidaknya sambil meminta maaf. Tapi ini hanyalah alasan agar Nyonya Myon memberikan kesempatan bagi putrinya untuk merayu Domian.
Lacter tersenyum seedikit lebih dalam dan menatap map yang ada di meja. “Kalau begitu. Kamu datang ke ruangan yang salah. Presiden jarang masuk kantor jika tidak ada keperluan. Ada kemungkinan dia pergi ke ruangan lain untuk mengurus beberapa pekerjaan yang tersisa.” Ia menyipitkan matanya lagi, menunjukkan ekspresi yang cukup baik. “Aku adalah orangnya, namaku Lacter.”
Ada kejutan di mata Elaine yang sedikit kaku, lalu tersenyum pada Lacter lagi dengan sedikit membungkukkan badannya.
“Kalau begitu Tuan Lacter, bisakah aku tahu di mana Tuan Morachel saat ini?” tanyanya.
tapi ttng perselingkuhan Domi & Arandel masih terasa janggal aja. kayak... serius Fira memaafkannya begitu aja? Domian jg ngapain gtu tunduk sm Arandel, padahal masih ada banyak jalan lain. bodoh juga sih.
(resiko baca pake hati & perasaan. kadang hati itu nolak logika, sebanyak apapun logika itu.)
terimakasih Kak Risa yg telah menyajikan cerita ini, semangat berkarya yaaa, Kak!