NovelToon NovelToon
DIBUANG SUAMI, DINIKAHI CEO

DIBUANG SUAMI, DINIKAHI CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romantis / Cinta setelah menikah / Crazy Rich/Konglomerat / Balas Dendam
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

​Amira terperangkap dalam pernikahan yang menyakitkan dengan Nakula, suami kasar yang merusak fisik dan mentalnya. Puncaknya, di pesta perusahaan, Nakula mempermalukannya dengan berselingkuh terang-terangan dengan sahabatnya, Isabel, lalu menceraikannya dalam keadaan mabuk. Hancur, Amira melarikan diri dan secara tak terduga bertemu Bastian—CEO perusahaan dan atasan Nakula yang terkena obat perangsang .
Pertemuan di tengah keputusasaan itu membawa Amira ke dalam hubungan yang mengubah hidupnya.
Sebastian mengatakan kalau ia mandul dan tidak bisa membuat Amira hamil.
Tetapi tiga bulan kemudian, ia mendapati dirinya hamil anak Bastian, sebuah takdir baru yang jauh dari penderitaannya yang lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

Hujan lebat mengguyur Jakarta dan Diko baru saja pulang dari perusahaan Sebastian.

Malam itu langit Jakarta tampak kelam, lampu jalan memantul di genangan air, menimbulkan pantulan kuning keemasan di aspal basah.

Diko baru saja keluar dari gedung Vanderkus Corp, perusahaan milik Sebastian yang kini sebagian besar tanggung jawabnya berada di pundaknya.

Ia menghela napas panjang sambil memutar kenop radio untuk mengusir sepi.

Saat sedang mengemudikan mobilnya, ia menghidupkan radio dan mendengar penyiar radio yang menyiarkan tentang wanita yang hilang.

“Selamat malam, pendengar setia Radio Nusantaranger! Berita terbaru datang dari pihak kepolisian. Seorang wanita bernama Amira Lestari, dilaporkan hilang oleh kedua orang tuanya sejak beberapa minggu lalu. Terakhir kali terlihat di kawasan Menteng, Jakarta Pusat…”

Diko langsung memutar volume radio lebih keras dan ia mendengar apa yang dikatakan oleh penyiar radio.

Suara penyiar yang tenang terdengar kontras dengan degup jantungnya yang tiba-tiba meningkat.

CITT!!

Diko langsung mengerem mendadak laju mobilnya.

"Amira lestari? Bukankah itu nama Nyonya Vanderkus?"

Ia mengambil ponselnya dan menekan nomor Sebastian.

Sebastian yang baru saja selesai makan malam di rumah sakit langsung mengangkat ponselnya.

"Diko? Ada apa?”

“Tuan, saya baru saja mendengar berita dari radio. Polisi mengumumkan pencarian untuk seorang wanita hilang bernama Amira Lestari. Bukankah itu nama Nyonya.”

Sebastian terdiam sejenak saat mendengar perkataan dari Diko.

Ia langsung memandang wajah istrinya yang sudah tertidur pulas.

"Diko, tolong rahasiakan dulu masalah ini. Jangan sampai media, keluarga Nakula tahu kalau Amira masih hidup."

"Tapi, Tuan..."

Sebastian menghela nafas panjang dan meminta Diko untuk melakukan apa yang ia katakan.

"Dik, satu lagi. Jemput mereka dan bawa ke Villa Winterhil. Jangan katakan kepada mereka tentang mereka. Katakan saja kalau kamu teman Amira." ucap Sebastian.

Diko langsung menelan salivanya saat mendengar perkataan dari Sebastian.

"Baik, Tuan. Sekarang saya akan berangkat ke ruman orang tua Nyonya Amira.”

Setelah itu Diko menutup ponselnya dan memutar kemudinya untuk menuju ke rumah kedua orang tua Amira.

Hujan yang masih deras membuat Diko tidak pantang menyerah.

Perjalanan yang membutuhkan waktu tiga jam akhirnya Diko sudah sampai di rumah kedua orang tua Amira.

Diko melihat rumah yang sangat sederhana dengan tembok yang sudah mengelupas.

Tok.... tok.... tok....

Pak Herman yang akan tidur, mendengar suara ketukan pintu rumahnya.

Ia pun segera bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke arah pintu.

Ceklek!

Pak Herman melihat Diko yang sedang berdiri dihadapan sambil membawa payung.

"Apakah ini benar rumah orang tua Amira?" tanya Diko.

Pak Herman menganggukkan kepalanya dan meminta Diko untuk masuk.

"Iya, Nak. Saya ayah Amira. Pak Herman." jawab Pak Herman.

Disaat yang bersamaan tiba-tiba Ibu Endah membuka pintu kamarnya.

"Pak, ada siapa?" tanya Bu Endah.

Pak Herman menghampiri dan menuntun istrinya ke ruang tamu.

"Bu, ini ada teman Amira" jawab Pak Herman.

Diko segera menundukkan kepalanya dengan sopan.

Air hujan masih menetes dari ujung jasnya, membasahi lantai semen rumah sederhana itu.

“Permisi, Bu. Perkenalkan, saya Diko. Saya teman kerja Amira,” ucap Diko hati-hati, memilih kata-kata agar tidak menimbulkan curiga.

Ibu Endah yang mendengarnya langsung memeluk Diko.

"Dimana Amira? Apakah Amira baik-baik saja?" tanya Ibu Endah.

Diko menatap wajah Ibu Endah yang penuh harap, matanya sembab karena terlalu sering menangis.

Hatinya terasa berat, tapi ia harus menjalankan perintah Sebastian dengan hati-hati.

“Ibu, Amira sekarang sedang dalam perawatan. Dia… sempat sakit dan butuh waktu untuk pulih sepenuhnya,” ucap Diko perlahan, menimbang setiap kata.

“Alhamdulillah, anak saya masih hidup, Pak Herman! Amira masih hidup!”

Pak Herman menggenggam tangan istrinya erat-erat.

“Alhamdulillah, akhirnya doa kita dijawab.”

Diko meminta kepada mereka untuk merahasiakannya keberadaan Amira dari polisi maupun Keluarga Nakula.

"Untuk saat ini, Ibu dan Bapak belum bisa bertemu dengannya secara langsung. Dokter yang merawat Amira menyarankan agar tidak banyak orang menemuinya dulu, supaya pemulihannya tidak terganggu.”

Pak Herman mengangguk pelan, menerima penjelasan itu dengan berat hati.

"Sekarang ayo lekas berkemas untuk menuju ke villa. Disana kalian berdua akan aman." ucap Diko.

Pak Herman sedikit ragu dengan apa yang dikatakan oleh Diko.

"Kamu bukan penculik, kan?" tanya Pak Herman.

Diko sedikit mengernyitkan keningnya dan langsung tertawa kecil.

"Pak, saya bukan penculik. Ini identitas saya." jawab Diko sambil memberikan identitas Diko.

Pak Herman membacanya dan ia percaya kepada Diko.

"Ayo, Bu. Kita siapa-siapa sekarang." ucap Pak Herman.

Bu Endah masuk ke kamarnya dan bergegas memasukkan pakaiannya kedalam koper.

Begitu juga dengan Pak.Herman yang juga memasukkan pakaiannya ke dalam tas ranselnya.

Setelah selesai semua mereka berdua keluar dari kamar.

Diko mengajak mereka berdua masuk kedalam mobil.

Segera Diko melajukan mobilnya menuju ke Villa Winterhil.

Sementara itu di rumah Nakula dimana mereka berdua baru saja melakukan hubungan i**m.

"Sayang, lebih baik pernikahan kita dimajukan saja. Aku nggak mau menunggu lama lagi." rengek Isabel sambil memeluk tubuh Nakula.

Nakula membelai rambut Isabel yang sedang mengajaknya bicara.

"Kita akan menikah setelah surat perceraianku keluar dari pengadilan." jawab Nakula.

Isabel mengerucutkan bibirnya, matanya menatap Nakula penuh harap.

“Tapi Nak, aku nggak sabar lagi. Aku ingin kita sah secepatnya. Aku nggak mau menunggu terlalu lama.”

Nakula menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya.

Ia tahu betapa keras kepala Isabel, tapi urusan hukum dan prosedur perceraian tetap harus ditempuh.

“Isabel, sabar dulu. Kalau kita buru-buru, semua bisa berantakan. Aku nggak mau menikah dengan hati yang setengah-setengah karena masalah dokumen.”

Isabel meremas lengan Nakula dengan lembut, wajahnya memelas.

“Tapi Na, aku cinta kamu. Aku nggak peduli soal dokumen atau persyaratan itu. Aku cuma ingin kita resmi jadi suami-istri sekarang juga.”

Nakula menghela napas, lalu menepuk tangan Isabel dengan lembut.

“Aku juga cinta kamu, tapi perceraian ini harus selesai dulu. Aku janji, begitu surat itu keluar, kita langsung menikah. Tidak ada yang menunda lagi.”

Isabel melirik ke arah Nakula yang seakan-akan tidak mau menikah dengan Isabel.

Nakula menatap Isabel dengan tatapan tegas tapi lembut.

“Isabel, dengarkan aku. Ini bukan soal aku mencintaimu atau tidak. Aku ingin semuanya sempurna, bukan setengah-setengah. Kita harus menyelesaikan urusan resmi dulu, supaya setelah menikah, kita benar-benar bisa fokus membangun rumah tangga tanpa masalah.”

Isabel menundukkan kepalanya, bibirnya bergetar menahan emosi.

“Tapi Na, rasanya aku nggak sabar menunggu lagi. Aku ingin kamu menjadi suamiku, sekarang.”

Nakula menarik napas panjang, mencoba menahan kesabaran dan amarahnya yang sedikit memuncak.

“Aku juga ingin, Isabel. Tapi jika kita terburu-buru dengan pernikahan ini. Perceraianku dengan Amira itu bisa batal atau menimbulkan masalah hukum. Percayalah padaku, begitu surat perceraian selesai, aku akan langsung menikahimu. Tidak ada lagi penundaan.”

Isabel menganggukkan kepalanya dan kembali memeluk tubuh Nakula.

1
AlikaSyahrani
lanjottt
AlikaSyahrani
drmoga wajahmu lebi cantik dari sebelumnya
AlikaSyahrani
semoga operasi waja amira berhasil🤲🤲🤲👍👍👍
AlikaSyahrani
semoga cepat sembu amira dan diberikan momongan ygluculucu😀😀😀
AlikaSyahrani
jangan lupa thor dobel bab
my name is pho: sudah kak
selamat membaca
total 1 replies
AlikaSyahrani
semoga pernikaan yang kedua ini kamu bahagia almira sampai ke jannah🤲🤲🤲🤲🤲
AlikaSyahrani
jangan lama lama thor
my name is pho: iya kak, terima kasih
total 1 replies
AlikaSyahrani
benar kata mama bastian dia mau gendong cucu
AlikaSyahrani
jangan lebay kamu bastian
AlikaSyahrani
semoga amira gak sampek hamil ya
karna bastian mandul
AlikaSyahrani
kalau bisa kamu kabur aja dari rumah suamimu
AlikaSyahrani
amira kàmu harus kuat dan sabar
AlikaSyahrani
kasian sakali aminya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!