NovelToon NovelToon
Cinta Setelah Perceraian

Cinta Setelah Perceraian

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:13M
Nilai: 5
Nama Author: Mizzly

Maya dan Leo menikah di usia yang masih belia. Persoalan rumah tangga terasa sulit dihadapi karena belum matangnya usia mereka. Hingga perceraian tak mampu mereka hindari. Kini mereka bertemu kembali. Mampukah benih-benih cinta mempersatukan mereka lagi ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Insecure

"Lagi-lagi bawa anak sebagai alasan. Aku jadi yakin kalau kamu memang benar selingkuh ya sama Si Angga itu?!" tuduh Leo seenaknya.

"Terus aja bawa-bawa nama Angga sesuka kamu. Aku enggak peduli. Terus aja mikir negatif, aku makin enggak peduli. Kalau kamu segitu tegasnya sama aku, aku juga bisa!" tantang aku balik.

"Aaarrrggghh!" Leo bangun dan mengambil sebuah piring lalu melemparkannya sesuka hatinya.

"Aahhhhh." aku menutupi wajahku yang ketakutan dengan kedua tanganku. Tanpa kusadari lengan kananku tergores pecahan beling yang terbang saking kencangnya piring yang Leo banting.

Aku menunduk menyembunyikan wajahku. Aku benar-benar ketakutan sekarang. Leo begitu menyeramkan. Tanpa kusadari tubuhku juga ikut bergetar ketakutan.

Aku tak tahu apa yang Leo lakukan. Aku masih menunduk tanpa mau melihat apapun. Tanganku terasa dingin. Aku menunggu apa yang akan terjadi berikutnya.

Lalu kudengar suara. Suara isak tangis. Leo menangis tersedu-sedu.

Kuberanikan diri mengangkat wajahku. Aku ingin mendekat tapi aku takut. Aku hanya bisa diam menunggu apa yang akan Leo lakukan berikutnya.

"Awww." aku baru menyadari kalau lenganku berdarah. Baru terasa perih sekarang.

Leo mengangkat wajahnya dan menyadari sesuatu. Ia langsung menghampiriku. Tak Ia perdulikan kalau kakinya juga menginjak pecahan kaca.

"Kamu... Kamu enggak apa-apa kan May? Mana lagi yang sakit. Aku... aku udah jahat ya May? Maaf May... Aku... aku..." Leo seperti orang linglung yang bingung mau berbuat apa. Ia seperti seolah tersadar akan sesuatu.

"Aku enggak apa-apa kok. Hanya perih sedikit." Aku melihat ke kaki Leo yang berdarah. "Kamu yang berdarah. Aku ambilin Betadine dulu ya."

"Jangan! Biar aku saja. Kamu diam saja disana. Aku yang ambilin. Banyak pecahan beling nanti kamu kena." Leo menggendongku dan menaruhku dengan hati-hati diatas tempat tidur.

Aku hanya memperhatikan apa yang Leo lakukan. Ia terlihat sangat khawatir. Ia mencari sesuatu di dalam laci tempat aku menyimpan Betadine dan plester.

Leo membawa Betadine dan mulai mengobati lukaku. Tidak Ia pikirkan lukanya sendiri. Ia seperti ketakutan kalau aku akan kenapa-napa.

"Sakit enggak?" tanya Leo. Wajahnya khawatir padaku.

"Aku baik-baik aja. Luka kamu lebih parah dari aku." aku menunjuk kakinya yang berdarah dan ada bekas darah di lantai.

Leo tetap mengobati lukaku sampai memakaikan plester. "Aku enggak apa-apa. Kamu duduk diam disini. Aku beresin dulu serpihan kacanya. Jangan kemana-mana!"

Aku menuruti perintah Leo. Aku hanya memperhatikan Dia menyapu berkali-kali memastikan bekas pecahan belingnya sudah tidak ada lagi.

Setelah bersih Ia mencuci kakinya lalu mengobati luka di kakinya sendiri.

"Sini. Biar aku yang obatin." kataku menawarkan diri.

"Enggak usah. Aku bisa kok." tolaknya.

Setelah mengobati lukanya Leo menaruh kembali Betadine dan plester di kotaknya semula. Ia lalu terduduk diam dengan pandangan yang kosong.

Aku mengamati Leo yang hanya diam saja tanpa suara. Kubiarkan Ia dengan pikirannya sendiri. Keheningan lalu melingkupi kami.

Aku enggak suka nih diam-diaman seperti ini. Rasanya seperti gencatan senjata antar negara. Takutnya tiba-tiba ada bom yang meledak saja.

"Maaf ya May. Aku jadi kelewat batas." ucap Leo pada akhirnya.

"Iya." jawabku singkat. Bingung mau bilang apa. Salah ngomong takutnya Leo malah marah kayak tadi lagi. Kan seram.

"Kamu pasti takut ya punya suami kayak aku?" pertanyaan apa itu tiba-tiba kayak gitu?

"Takut? Maksud kamu?" tanyaku bingung.

"Aku kalau marah nyeremin banget kan? Nakutin. Bahkan sampai lempar barang segala." kata Leo dengan nada putus asa.

"Kamu-" belum sempat aku bicara Leo sudah memotong ucapanku.

"Aku kasar dan...... mirip Papaku."

Aku mengernyitkan keningku. Apa maksud perkataan Leo?

"Apa kamu mau anak kita nanti jadi seperti aku?" tanya Leo lagi-lagi dengan nada putus asa.

"Maksud kamu apa?" tanyaku pada akhirnya.

"Aku saja mirip dengan Papaku yang kasar. Bukan tidak mungkin anak kita akan mirip denganku dan kakeknya nanti."

"Ya terus kenapa?" tanyaku bingung.

"Karena itu aku tidak menginginkan anak dalam kandungan kamu."

Deg.... Apa maksud perkataan Leo? Jadi Dia mau aku menggugurkan kandunganku seperti rencananya dulu gitu?

"Ma... Maksud kamu apa bicara seperti itu? Jangan pernah kamu berpikir aku mau ya gugurin kandungan aku!" aku mulai tersulut lagi emosinya.

"Kalau anak kamu akan seperti aku gimana?" tanyanya seperti tidak percaya diri.

"Ya pasti akan seperti kamu-lah. Kan kamu Papanya. Masa iya anak aku mirip sama tetangga sebelah?" kataku dengan kesal.

"Kamu mau anak kamu sekasar aku? Kalau marah seperti tadi? Aku tuh cuma lagi menciptakan copy pastenya Papaku."

Aku tak tahu mau berkata apa lagi. Kenapa Leo jadi seperti ini? Apa memang begini sifat asli Leo yang belum aku tahu?

Hal inilah yang akan kusesali nantinya. Seharusnya aku memeluk Leo. Seharusnya sebagai istri yang baik aku memberinya support. Bukan hanya membiarkannya hancur seorang diri.

Tapi apa yang bisa dilakukan remaja yang belum genap 21 tahun ini? Aku hanya diam tanpa tahu harus berbuat apa.

Yang aku tahu adalah anak dalam kandunganku harus aman. Aku harus melindunginya bagaimanapun caranya.

Jadi lah hari-hari berikutnya aku menjadi takut dengan Leo. Saat Leo mendekat aku langsung melindungi perutku. Leo menyadari benar ketakutanku padanya. Hal itu malah membuatnya makin terpuruk.

Leo mulai jarang di rumah. Ia seperti orang gila yang gila bekerja. Berangkat pagi dan pulang tengah malam. Aku sangat jarang berkomunikasi dengannya.

Aku tidak tahu apa pekerjaaan lembur yang Leo ambil. Apakah di restauran yang sama atau berbeda?

Namun satu yang pasti, Leo mulai memberiku uang belanja yang lebih besar dari sebelumnya. Uang yang bisa kutabung tanpa harus bekerja sebagai pengupas bawang lagi.

Aku akhirnya menghargai keputusan Leo yang melarangku bekerja. Aku pun berhenti mengupas bawang. Sehari-hari aku hanya di rumah membaca buku pelajaran dan menonton TV. Sesekali ikut main bersama Bu Sri dan Bu Jojo.

Aku juga tidak pernah ke taman tiap weekend. Aku tidak mau bertemu Angga lagi. Aku hanya sesekali ke taman kalau bosan. Itu pun saat menonton Ibu Sri dan Ibu Jojo aerobik.

Rabu pagi setelah Leo berangkat kerja aku memutuskan untuk ikut Bu Sri dan Bu Jojo ke taman. Melihat ibu-ibu aerobik itu seru. Semangatnya 45 mau nurunin berat badan biar suaminya senang.

Aku duduk di tempat yang sengaja kupilih bermandikan sinar matahari pagi. Rasanya hangat dan pasti sinar matahari pagi amat bermanfaat untuk tubuhku.

Pemandangan pagi yang menurutku seperti di surga. Hmm... surga apa ya yang pemandangannya ibu-ibu lagi joget-joget membakar lemak? Aku koreksi deh bukan di surga. Tapi pemandangan di taman yang dikuasai Ibu-Ibu RT yang doyan ngegosip sambil aerobik.

"Hi Ibu-Ibu!" sapa ramah Angga pada Ibu-Ibu yang sedang antri mengambil bubur kacang ijo. Tuh kan gimana mau kurus? Habis aerobik malah makan bubur kacang ijo.

"Hallo Dek Angga. Enggak kerja?" sapa Ibu-ibu kompak.

Aku tersenyum menahan tawa melihat kecentilan emak-emak jaman now. Lupa kali mereka sama suami kalau lihat berondong cakep sedikit.

"Libur, Bu. Enakkan sepedahan liatin ibu-ibu yang aerobiknya lincah-lincah bener kayak bola bekel." puji Angga setengah meledek.

"Ah bisa aja Si Kasep. Ayo makan bubur dulu. Mau?" tanya Bu Sri menawarkan.

"Makasih, Bu. Saya duduk aja liatin ibu-ibu makan udah kenyang he..he..he..." Angga pun berjalan menghampiriku dan duduk di sampingku.

"Hi May!" sapa Angga.

"Hi!" jawabku.

"Udah lama enggak kelihatan. Sehat?" tanya Angga berbasa-basi.

"Sehat kok." jawabku singkat.

"Terus kenapa enggak pernah ke taman? Aku nungguin kamu terus loh! Katanya hari minggu mau makan pizza. Aku udah nunggu dari jam 2 siang eh kamu enggak datang." kata Angga dengan nada kecewa.

"Maaf ya. Aku enggak bisa pergi." kataku penuh dengan penyesalan.

"Diomelin ya sama suami kamu?" selidik Angga.

Aku mengangguk. Anggukanku sudah merupakan jawaban tanpa kata.

"Galak ya suami kamu. Pantesan aja kamu takut." komentar Angga.

Aku hanya tersenyum. Bingung mau bilang apa. Apa yang Angga katakan benar adanya. Leo memang galak waktu itu.

"Berarti kata-kata kamu yang bilang kalau kamu sudah punya suami itu benar ya bukan bohong? Sampai sebelum kejadian siang itu aku masih berharap loh kalau kamu cuma bohong agar aku enggak gangguin kamu terus. Tapi melihat suami kamu sampai semarah itu aku jadi yakin kalau kamu jujur." kata Angga.

"Aku memang udah bilang sejujurnya. Kamu aja yang enggak percayaan." jawabku.

"Dan sekarang kamu beneran lagi hamil?" tanya Angga lagi memastikan.

Aku mengangguk lagi. "Iya. Sekarang udah mulai kelihatan nih perutnya." Aku menunjukkan perutku yang mulai membuncit.

Angga tersenyum. "Malang ya nasib aku. Sekalinya naksir orang eh ternyata bini orang. Lagi hamil pula. Mungkin aura kamu saat hamil kuat banget ya May sampai aku aja bisa tertarik."

"Bisa aja kamu. Sebelum aku hamil dan menikah juga banyak kali yang suka sama aku. Jadi aura aku tuh udah kuat dari sebelumnya. Bukan saat hamil aja kali." kataku penuh percaya diri.

Lagi-lagi Angga tersenyum mendengar perkataanku. Humor receh yang tak kusangka bisa semudah itu membuatnya tersenyum.

"Andai aku lebih dulu ya mengenal kamu. Pasti kamu enggak akan aku lepasin lagi." katanya berkhayal.

"Kayaknya enggak mungkin deh. Kampus aku dulu kan jauh dari sini. Dan rumahku di kampung juga jauh dari sini. Mana mungkin kamu kenal sama aku?" kataku berusaha mematahkan khayalannya.

"Oke lah kalau enggak mungkin ketemu sebelumnya. Tapi bukan berarti nantinya enggak ada kesempatan kedua kan? Takdir manusia enggak ada yang tahu." kata Angga optimis.

Aku gantian yang tersenyum mendengar perkataannya. Aku jadi ge-er mengetahui kenyataan kalau pesonaku belum pudar.

"Gimana kalau aku traktir makan pizzanya sekarang aja? Ya hitung-hitung sebagai tanda perpisahan. Untuk menghibur hati aku yang luka. Gimana? Mau kan?" ajak Angga.

"Aku? Berdua kamu aja? Wah enggak deh. Bisa ngamuk suami aku kalau tahu aku pergi sama kamu." tolakku dengan yakin.

"Ya enggak berdua aja May. Ajak sahabat kamu Bu Jojo dan Bu Sri lah. Mana berani aku ngajak kamu sendirian? Aku juga tahu dirilah."

Aku mempertimbangkan ajakan Angga. Aku rasa menyenangkan hatinya untuk terakhir kalinya tidak ada salahnya kan?

"Gimana?" tanyanya lagi memastikan.

"Hmm... Gimana ya? Coba tanya Ibu-Ibu dulu deh. Mau apa enggak?" aku berharap Ibu-Ibu akan menolak ajakan Angga jadi aku punya alasan untuk menolaknya.

Tapi aku salah strategi. Ternyata tuh Duo Julid malah kegirangan diajak Angga. Mereka mengiyakan ajakan Angga tanpa memikirkan pendapatku. Hadeh emak-emak ye, enggak boleh dengar gratisan langsung cepet.

Dan disinilah kami sekarang. Aku duduk di kursi belakang bersama Ibu Jojo, dan Ibu Sri duduk di depan bersebelahan dengan Angga yang tersenyum senang.

Ibu Sri sedang memainkan interior mobil mewah Angga dengan noraknya. Musik di audionya diputar sesukanya dan berakhir dengan lagu Didi Kempot kesukaannya.

Jadilah sepanjang jalan kami mendengarkan lagu Didi Kempot. Angga terlihat tertawa bahagia melihat ulah Duo Julid yang norak namun lucu.

"Angga, nanti saya mau Pizza yang pinggirannya keju yang kalau ditarik mulur itu loh. Yang kayak iklan di TV. Boleh kan?" tanya Ibu Sri.

"Boleh. Mau berapa banyak?" tantang Angga.

"Ah saya mah enggak usah banyak-banyak yanh penting bisa dibungkus bawa pulang buat sekeluarga saya." jawab Bu Sri dengan polosnya.

Angga tertawa mendengar jawaban Ibu Sri. "Siap Bu."

"Itu mah bukan enggak banyak Bu tapi buanyak banget." komenku. Kan aku yang malu jadinya sama Angga. Aku yang diajak tapi orang yang kuajak malah malu-maluin. Ampun deh Ibu-Ibu satu ini.

"Biarin aja sih May. Angga ini yang bayar. Iya kan Ga?" tanya Bu Sri meminta dukungan.

"Iya, Bu. Pesan aja sebanyak yang Ibu suka. No problemo." jawab Angga yang malah mendukung Ibu Sri sepenuhnya.

"Kalau saya boleh bawa pulang juga kan Angga?" tanya Bu Jojo malu-malu namun ujung-ujungnya malah malu-maluin.

"Tentu. Bu Jojo juga boleh pesan sesukanya kok. Maya juga kalau mau juga boleh. Free. Saya bebasin kalian."

"Yey!!! Hidup Angga!" sorak Ibu Jojo dan Ibu Sri kompak.

Suara didalam mobil pun meriah dengan suara Duo Julid tersebut yang membahas apa saja menu yang akan mereka pesan dan bawa pulang. Aku ikut tersenyum dengan kegembiraan mereka.

Akhirnya kami sampai di Mall. Angga memarkirkan mobilnya dan mengajak kami masuk ke dalam Mall. Aku kangen banget sudah lama tidak ke Mall. Aku seperti mendapatkan kembali aura positif yang seakan hilang dalam hidupku yang kere tersebut.

Kami pun langsung menuju salah satu restoran pizza yang terkenal tersebut. Seperti mimpi yang Bu Sri idamkan dari TV.

Kami pun duduk di meja yang sudah disediakan. Ibu Sri dan Ibu Jojo langsung memesan menu yang mereka suka bahkan menu untuk dibawa pulang juga.

Jika aku punya kesempatan kedua, mungkin aku akan memilih untuk tidak pergi hari itu. Jika aku bisa melihat masa depan maka aku akan lebih memilih di rumah saja.

1
Hendri Yani
Luar biasa
Ning Fifi
Top 👍
Erna Wati
luar biasa
Erna Wati
setuju banget thor
Wilda Mawadiyah
Luar biasa
Sukabaca
baguus sekali alur ceritanya
Ade Srimulyani
Luar biasa
Ade Srimulyani
Lumayan
indira kusuma wardani
Luar biasa
✨️ɛ.
Maya-Leo pasangan gesrek, kalo kata Kak Rian.. 🙂‍↕️
Retna chim
Luar biasa
Borahe 🍉🧡
riweh banget ya tuhan. hahahah
Jessica
Luar biasa
ani surani
suka pake bgt. author yg satu ini gk kaleng2 rombeng. cerita selalu bagus. selalu natural. tdk hanya ttg CEO yg kaya raya sj yg duceritaiin. ttg kehidupan org2 menengah krbawah juga. & selalu memberi inspirasi ttg kewirausahaan 👍😍❤🔥
ani surani
seru bgt ceritanya. mizzly is the best 👍😍❤🔥
ani surani
kayaknya baby nya cewek nih 😁
ani surani
momong 2 2 nya, cunak = cucu & anak 😂😂
ani surani
👍👍😍
ani surani
mama Lena & papa Dibyo nti dpt cunak = cucu & anak 😂😂
ani surani
nah kan ...😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!