NovelToon NovelToon
Ishen World

Ishen World

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjadi Pengusaha / Fantasi Isekai / Anime
Popularitas:65
Nilai: 5
Nama Author: A.K. Amrullah

Cerita Mengenai Para Siswa SMA Jepang yang terpanggil ke dunia lain sebagai pahlawan, namun Zetsuya dikeluarkan karena dia dianggap memiliki role yang tidak berguna. Cerita ini mengikuti dua POV, yaitu Zetsuya dan Anggota Party Pahlawan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A.K. Amrullah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sabit Kematian

Saat sore merambat menuju senja, rombongan akhirnya menghentikan perjalanan. Mereka memilih area terbuka di tepi hutan, cukup aman untuk berkemah, namun cukup dekat dengan kegelapan.

Kesibukan segera menyebar.

Beberapa pahlawan mendirikan tenda dengan wajah lelah. Yang lain memilih tetap di dalam kereta kuda, membiarkan tubuh mereka beristirahat setelah hari yang panjang.

Lisa dan Putri Sena tak bergerak dari kereta kuda mewah mereka. Tak ada alasan untuk repot, karena kenyamanan terjamin. Rey masih terbaring di kasur empuknya, tertidur lelap, tak menyadari bahwa benih kehancuran sedang tumbuh hanya beberapa langkah darinya.

Di sisi lain perkemahan, Kouji, Akari, dan Yui mendirikan tenda bersama. Lebih tepatnya, Kouji dan Akari bekerja, sementara Yui lebih sering menggoda, tertawa, dan menempel di lengan Kouji.

Tawa itu menusuk.

Takeshi mendirikan tendanya sendirian, gerakannya kasar dan terburu-buru, seolah ingin meluapkan sesuatu yang tak bisa ia ucapkan.

Sementara itu, Ryunosuke dan Kaede duduk santai di dekat api unggun, tak berniat membantu siapa pun. Mereka hanya menunggu, seperti predator yang sabar.

Tak jauh dari sana, Haruto duduk sendiri.

Tatapannya kosong, tapi di balik kehampaan itu… ada bara yang menyala.

Ia menatap Kouji.

Menatap Yui.

Dan kebencian itu mengental, berubah menjadi racun yang merayap pelan di nadinya.

Kaede meliriknya. Senyum tipis terukir di bibirnya.

“Kesempatan kita semakin dekat,” bisiknya pada Ryunosuke.

Malam turun sepenuhnya.

Api unggun tinggal bara merah, angin malam berdesir pelan, membawa aroma tanah dan daun basah. Sesi jaga malam kedua dimulai, dan sebagian besar rombongan sudah terlelap.

Hanya tiga yang terjaga.

Ryunosuke.

Kaede.

Dan Haruto.

Haruto duduk agak menjauh, sabitnya tergeletak di samping, jemarinya gemetar halus. Matanya menatap api, tapi pikirannya jauh, terkunci pada satu nama.

Kouji.

Kaede bangkit, langkahnya ringan nyaris tak bersuara. Ia mendekat seperti bayangan.

“Haruto,” katanya lembut. “Kau kelihatan… hancur.”

Haruto menghela napas panjang. “Aku baik-baik saja.”

Kebohongan yang rapuh.

Ryunosuke terkekeh pelan dari belakang. “Jangan bohong. Dari jauh pun kelihatan.”

Ia menatap Haruto tajam.

“Kau membenci Kouji, kan?”

Tak ada jawaban.

Diam Haruto adalah pengakuan.

Kaede berjongkok di hadapannya, menyamakan tinggi mata mereka. Tatapannya hangat, terlalu hangat.

“Kami bisa membantumu,” katanya perlahan. “Kami bisa memberimu kekuatan.”

Haruto mengangkat wajahnya. “Kekuatan…?”

Ryunosuke mengangkat tongkat Nightfall. Aura gelap berdenyut pelan, membuat udara terasa berat.

“Aku dulu lemah,” katanya datar. “Sekarang? Aku tak perlu tunduk pada siapa pun.”

Kaede tersenyum. “Dan kau bisa menjadi seperti itu. Atau bahkan… melampaui dia.”

Haruto menggenggam sabitnya. Tangannya berkeringat.

Di benaknya, wajah Yui muncul, tertawa… bukan untuknya.

“Kalau aku punya kekuatan…” bisiknya.

“Aku bisa mengambil kembali apa yang seharusnya jadi milikku.”

Kaede mendekat, bibirnya hampir menyentuh telinga Haruto.

“Ikutlah dengan kami,” bisiknya.

“Bersama kami… dendammu akan terbalas.”

Napas Haruto tercekat.

Logika berteriak, tapi kebencian berteriak lebih keras.

“Aku… benar-benar bisa mendapatkan kekuatan itu?”

Suaranya bergetar, dipenuhi hasrat yang tak lagi ia sembunyikan.

Ryunosuke menyeringai. “Aku bukti hidupnya.”

Kaede mengangguk pelan. “Kau hanya perlu satu hal…”

“Bersumpah setia.”

Haruto menunduk.

Di hadapannya, dua jalan terbentang.

Dan ia memilih kegelapan.

“…Baik,” katanya lirih.

“Aku akan bergabung.”

Senyum Kaede melebar.

“Bagus. Maka… ucapkan sumpahmu.”

Haruto menutup mata.

“Demi Anarkia.”

Dari balik pepohonan, seorang pria melangkah keluar dari bayangan. Jubah hitamnya menyatu dengan malam.

“Aku sudah menunggu,” katanya serak.

Kaede menoleh. “Kau tahu tugasmu.”

“Sebagai saksi,” jawabnya. “Dan pembimbing.”

Ia menyerahkan belati berukir simbol aneh.

“Darahmu,” katanya. “Dan ikatan itu akan terbentuk.”

Tanpa ragu, Haruto menggigit jarinya.

Setetes darah jatuh ke bilah belati.

Gelap berputar. Udara bergetar.

Sesuatu… terbangun.

“Selamat datang,” ujar Kaede lembut namun kejam.

“Kau bukan lagi Reaper biasa.”

Pria berjubah mengeluarkan sabit besar, bilah hitamnya seakan menyerap cahaya bulan.

“Death Whisper.”

Saat Haruto menggenggamnya,

Kegelapan meledak.

Energi menyelimuti tubuhnya, tulangnya bergetar, napasnya tercekat.

“Luar biasa…” bisiknya.

“Aku… kuat.”

Kaede menyentuh dagunya. “Dan dengan kekuatan ini… kau bisa membuat Yui melihatmu.”

Haruto mengepalkan sabit.

“Kouji… kau akan menyesal.”

Ryunosuke tertawa kecil. “Kultus Kehancuran semakin lengkap.”

Namun Kaede mengangkat jari.

“Jangan gegabah.”

Ia mendekat, suaranya lembut tapi dingin.

“Waktu yang tepat akan datang. Tunjukkan kekuatanmu. Buat Yui terpukau.”

Ryunosuke menambahkan, “Kalau tetap gagal, ”

“Kita punya cara lain,” sambung Kaede.

Haruto menatap bulan.

“Kalau dia tetap memilih Kouji…”

“Bunuh saja,” kata Kaede, tersenyum puas.

Malam itu, Haruto bukan lagi korban.

Ia adalah awal dari kehancuran.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!