NovelToon NovelToon
Jadi Istri Pengganti Untukmu

Jadi Istri Pengganti Untukmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Pengganti / Obsesi / Tukar Pasangan
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Momy ji ji

Luna terjebak dalam pernikahan kakaknya dengan william, pria itu kerap disapa Tuan Liam. Liam adalah suami kakak perempuan Luna, bagaimana ceritanya? bagaimana nasib Luna?

silahkan dibaca....
jangan lupa like, komen dan vote

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Momy ji ji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 23.

Setelah drama di balkon, suasana di mansion terasa sedikit lebih ringan.

Luna mengganti pakaiannya dengan gaun tidur sutra yang sopan namun elegan setelah membersihkan diri, sementara Liam sudah rapih dengan kaos rumahan yang santai namun tetap terlihat mahal.

Pria itu membersihkan diri di kamar lain yang ada di mansion.

​Di meja makan panjang yang biasanya terasa dingin dan kaku, malam ini hanya ada mereka berdua. lilin-lilin kecil menyala di tengah meja makan, sengaja dibuat oleh pelayan sesuai keinginan Liam. untuk memberikan pantulan hangat di wajah Luna, Liam ingin selalu menatap sesuatu yang berbeda dari wanita itu. ataukah dia punya keinginan yang unik tersendiri.

​"Makanlah. kau tidak menyentuh salmonnya sejak tadi," Ucap Liam memecah keheningan, suaranya tidak lagi sekaku hari-hari sebelumya.

​Luna menusuk-nusuk sayurannya dengan garpu.

"Aku hanya sedang berpikir... Tuan benar-benar memindahkan ayahku ke kamar terbaik?"

​Liam menyesap anggur merahnya perlahan. "Aku tidak pernah main-main dengan ucapanku, Luna. pria tua itu ada di tangan tim dokter terbaik sekarang. dan jangan khawatir, biayanya sudah aku selesaikan untuk satu tahun ke depan."

"Ibumu juga baik-baik saja, kau bisa merawat dirimu dan tidak usah memikirkan yang lainnya."

​Luna terdiam sejenak, lalu bergumam lirih.

"Terima kasih. meskipun Tuan menyebalkan, setidaknya Tuan sudah membantuku soal ayah."

​Liam meletakkan gelasnya, menatap Luna dengan intensitas yang lebih lembut. "Aku memang menyebalkan untuk urusanmu dengan bocah D-Group itu, tapi aku bukan penjahat. aku hanya mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku sejak awal."

Luna mendongak, matanya bertemu dengan mata Liam. "Tuan bicara seolah-olah aku ini sebuah trofi kemenangan."

​"Bukan trofi," Potong Liam cepat.

"Tapi sudah tanggung jawabku. dan mungkin... ada sedikit obsesi." Tambahnya jujur.

Luna mendengus pelan, namun kali ini ada nada bercanda di dalamnya. "Obsesi yang sangat aneh. Tuan tahu? melebihi harga diriku... ternyata harga diri Tuan jauh lebih tinggi daripada gedung kantor Anda."

​"Dan harga diriku terluka setiap kali mengingat kau pernah bersama dalam waktu lama dengan pria itu," Balas Liam dengan sindiran manis. Ia memotong sepotong daging dan meletakkannya di piring Luna.

Dibandingkan dengan hari sebelumnya yang duduk jauh-jauhan, malam ini Liam meminta Luna duduk di dekatnya.

"Makan ini. kau terlalu kurus untuk ukuran istri seorang konglomerat. orang-orang akan mengira aku tidak memberimu makan."

​Luna tersenyum tipis, senyuman tulus pertama yang Ia tunjukkan malam itu.

"Mungkin karena aku terlalu banyak makan hati menghadapi sikap Tuan."

​Liam terkekeh, sebuah suara yang terdengar sangat jantan dan hangat.

"Kalau begitu, kurangi makan hatinya. dan mulailah terbiasa denganku. karena aku tidak akan pergi ke mana pun Luna."

​Suasana mulai mencair. untuk pertama kalinya, mereka makan tanpa ada perdebatan yang menyakitkan hati.

Hanya ada sindiran-sindiran kecil yang justru terasa seperti bumbu dalam interaksi mereka yang aneh namun mulai terasa nyaman.

​"Tuan Liam," panggil Luna saat mereka hampir selesai makan.

​"Hmm?"

​"Lain kali... jangan menciumku secara tiba-tiba seperti di kantor tadi." Ujar Luna berani melarang Liam.

​Liam menaikkan alisnya, sudut bibirnya terangkat membentuk seringai nakal.

"Oh? jadi kau ingin aku memberikan aba-aba terlebih dahulu? baiklah, akan aku catat dan lakukan sebelum menciummu lain kali."

​"Bukan itu maksudku!" seru Luna dengan wajah merah padam, membuat Liam tertawa lepas.

Luna yang serasa kehilangan harga dirinya, memilih meninggalkan meja makan begitu saja. dia benar-benar malu.

"Heii... jangan lari!" Larang Liam.

"Astaga.. dia benar-benar menggemaskan." Kata Liam melihat Luna.

***

Malam itu, suasana di meja makan yang hangat terbawa hingga ke dalam kamar.

Setelah urusan di meja kerjanya yang di mansion selesai, Liam menyusul Luna ke kamar mereka.

Alih-alih langsung tidur, Liam menemukan Luna sedang duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke arah tirai.

Liam mendekat, tidak lagi dengan langkah yang mengintimidasi. melainkan lebih tenang. Ia duduk di sebelah Luna, menyisakan jarak yang cukup namun tetap terasa intim.

​"Masih memikirkannya?" tanya Liam, suaranya berat dan rendah.

Ini mungkin sedikit sulit, membuat Luna melupakan pacar gelapnya. karena di usia muda seperti mereka adalah masa yang sedang mulai nakal-nakalnya, Liam mengingat ucapan Dimitri. mungkin dia harus lebih bersabar supaya Luna dapat melihat ketulusannya juga.

Luna menggeleng pelan. "Aku hanya berpikir... bagaimana bisa kita sampai di titik ini dalam beberapa hari saja. kita menikah karena perjanjian, tapi kenapa Tuan begitu keras padaku?"

Liam terdiam sejenak, menatap jemarinya sendiri sebelum beralih menatap mata Luna.

"Karena aku tidak suka kalah, Luna. tapi lebih dari itu... aku benci melihatmu menatap orang lain dengan cara yang tidak pernah kau gunakan untuk menatapku. aku memberikanmu segalanya... fasilitas, perlindungan, keamanan untukmu dan juga keluargamu. kenapa itu tidak pernah cukup?"

​Luna menunduk.

Luna sebenarnya mulai menyadari hal itu, Tuan Liam tidak sepenuhnya menekankan mereka karena hutang kesalahan ayahnya. justru pria itu membiaya mereka seperti sebuah tanggungjawab.

"Uang bukan segalanya... Tuan Liam, Dion memberiku sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan kartu kredit anda."

'Ini sudah benar, kalau Tuan Liam mau marah maka marah aku saja. lagipula aku tidak mau berbohong tentang perasaanku,'

​"Dia tidak akan bisa melindungimu dari dunia yang keras ini, Luna. justru aku melakukannya dengan caraku yang mungkin belum bisa kamu lihat sekarang," Sahut Liam.

Ia mengulurkan tangan, menyelipkan sehelai rambut Luna ke belakang telinga.

"Berikan aku kesempatan. berhenti melihatku sebagai monster yang membelimu, dan mulailah melihatku sebagai pria yang... berusaha menjagamu."

​Luna merasakan ketulusan yang jarang muncul dari balik topeng dingin Liam.

Untuk pertama kalinya, Ia tidak membalas dengan nyinyiran. Ia hanya mengangguk pelan, membiarkan keheningan malam menyelimuti mereka dengan cara yang lebih damai.

Keduanya tidur sambil berpelukan seperti biasanya, Liam menggunakan kesempatan emas itu untuk memegang bra Luna dan bermain-main disana.

Luna kembali mengumpat untuk yang satu ini. tetapi berharap besok harinya dijalani lebih lancar dan tidak ada gangguan apapun.

Luna akan mencari cara bagaimana dia menghadapi Dion dan menjelaskan tentang keputusannya untuk hubungan mereka.

***

Namun, kedamaian itu hanya berumur pendek. pagi harinya.. saat Liam mau ke kantor dan menunggu Luna yang masih di dalam sana. seorang pelayan datang membawa sebuah kotak kayu kecil yang dikirim melalui kurir ekspres.

​"Untuk Nyonya Luna, Tuan," Ucap pelayan itu sambil membungkuk.

​Liam menyipitkan mata. perasaannya tidak enak, Luna dari belakang cepat-cepat meraihnya.

"Buka di sini," perintahnya dingin.

​Saat Luna membuka kotak itu, matanya lagi-lagi membelalak. di dalamnya terdapat sebuah kalung perak sederhana dengan liontin berbentuk bulan, kalung yang pernah hilang saat Ia dan Dion pernah main-main di taman.

beserta sebuah surat kecil yang terbuka.

Liam menyambar surat itu sebelum Luna sempat membacanya. Isinya singkat namun sangat berani.

"Luna.. ini adalah simbol janji kita untuk saling mencintai. aku tidak peduli seberapa tinggi tembok mansion yang dia bangun untuk mengurungmu. aku sedang mengumpulkan bukti kecurangan bisnis Liam untuk menjatuhkannya dan menjemputmu. tunggu aku sayang."

Liam tertawa kering, suara yang terdengar sangat berbahaya. "Bocah itu benar-benar bosan hidup."

Ia merenggut kalung itu dari tangan Luna dan melemparkannya ke lantai hingga hiasannya terlepas.

"Aku sudah cukup bersabar dengan drama romantis kalian! tapi mencoba mengusik dan mengirim sampah ini ke rumahku sendiri?"

​Liam menarik tangan Luna dengan kasar namun posesif.

"Aku akan menghancurkan Dion hingga dia bahkan tidak punya nama untuk diingat!"

​"Tuan Liam, jangan! dia hanya bicara karena emosi dan cemburu!" Seru Luna panik.

​"Diam!" Bentak Liam. Ia merogoh ponselnya dan menghubungi orang kepercayaannya.

"Hancurkan saham D-Group sekarang juga. aku ingin perusahaan itu bangkrut total sebelum jam makan siang. dan pastikan kau melacak keberadaan Dion!"

Liam menoleh ke Luna dengan tatapan yang sangat tajam. "Jangan berani-berani menangis untuknya, atau aku akan membuatmu melihat penderitaannya secara langsung." Tegas Liam dengan emosinya yang tak bisa dia kontrol sendiri.

Bersambung...

1
partini
👍👍👍👍
partini
visual nya 👍👍👍👍👍👍 lanjut thor
partini
berpisah nya karena salah faham
partini
❤️❤️❤️❤️👍👍 lanjut
Agunk Setyawan
kocak🤣
partini
good story
partini
lanjut thor 👍👍👍👍
partini
wah tengil dua dua nya
partini
jahat Banggt si Liam itu mah bukan istri
Momy Ji Ji: Aslinya jahil kak/Proud/, ikuti terus yah/Smirk//Rose/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!