NovelToon NovelToon
Ketika Aku Menemukanmu

Ketika Aku Menemukanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Wardani

Ini adalah kisah tentang seorang ibu yang terabaikan oleh anak - anak nya di usia senja hingga dia memutuskan untuk mengakhiri hidup nya.
" Jika anak - anak ku saja tidak menginginkan aku, untuk apa aku hidup ya Allah." Isak Fatma di dalam sujud nya.
Hingga kebahagiaan itu dia dapat kan dari seorang gadis yang menerima nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Wardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Iba Atau Cinta

*****

Kanaya merapikan hijab nya sambil menunggu di lobby yang mewah. Dia melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan sepuluh menit melewati waktu yang dijanjikan, tetapi pemilik hotel, belum juga muncul.

" Mbak..." Panggil Kanaya pada resepsionis yang lewat.

" Iya, mbak. Ada yang bisa saya bantu?" Tanya resepsionis.

" Pak Deddy nya masih lama ya, mbak? Masalah nya sudah lewat dari jam yang kita sepakati." Tanya Kanaya.

" Sebentar ya, mbak. Biar saya hubungi pak Deddy nya lagi."

Resepsionis itu pun kembali ke meja kerja nya. Mengambil gagang telepon dan menghubungi pemilik hotel.

Tak berselang beberapa menit, si resepsionis kembali menghampiri Kanaya dengan sopan.

" Maaf, mbak. Barusan pak Deddy bilang dia tidak bisa menemui mbak karena dia harus menghadiri meeting yang penting. Tapi pak Deddy sudah menyuruh anak beliau untuk melakukan meeting dengan Mbak." Ucap resepsionis.

" Oh begitu... Baik lah mbak. Kapan kira - kira anak nya pak Deddy akan datang ya?"

" Beliau sudah berada di hotel sekarang. Saya di minta mengantarkan mbak ke ruangan nya. Mari mbak."

" Iya, mbak."

Ariana bangkit dan mengikuti langkah resepsionis menuju ruangan Zeyden.

Ruangan itu dipenuhi dengan suara gemericik air dari sebuah fountain di sudut, menambah kesan tenang namun dalam hati Kanaya mulai terasa gelisah.

Sebab saat dia bangkit dari duduk nya tadi, tiba - tiba saja dada Kanaya terasa sakit. Bahkan kepala Kanaya juga ikut berdenyut nyeri. Kanaya berusaha menguatkan diri nya. Agar meeting ini segera selesai.

Kaki Kanaya mulai mengetuk-ngetuk lantai marmer secara ritmis. Ia menghela napas panjang, berusaha untuk tetap tenang.

" Ini Mbak ruangan nya. Silahkan masuk."

" Terima kasih." Ucap Kanaya.

" Sama - sama." Jawab resepsionis.

Resepsionis itu pun pergi dan meninggalkan Kanaya sendiri berdiri di depan ruangan Zeyden.

Kanaya merasakan jantung nyaulai berdebar. Dia berusaha mengatur nafas nya dengan baik.

Tok

Tok

Tok

" Masuk." Titah Zeyden.

Kanaya pun menarik hendle pintu dan masuk ke dalam ruangan. Tapi Zeyden masih duduk membelakangi meja sehingga Kanaya tidak dapat melihat wajah Zeyden.

" Selamat siang, pak. Saya dari Spacio Design." Ucap Kanaya.

" Silahkan duduk." Ucap Zeyden membalikkan kursi nya.

Kanaya menatap tajam ke arah Zeyden yang ada di depannya. Sorot matanya terbakar, perasaan jengkel menggelegak di dalam dada setiap kali melihat wajah lelaki itu.

" Kamu?" Kamu mengaitkan alis nya.

" Selamat siang Naya. Tidak menyangka akan meeting dengan kamu siang ini." Sapa Zeyden tersenyum lebar.

" Saya nggak mau meeting dengan laki - laki mesum kayak mas ini." Ucap Kanaya akan meninggalkan ruangan.

" Silahkan kan pergi. Begitu kamu keluar melewati pintu itu, maka tidak akan pernah ada lagi kontrak antara hotel kami dengan Spacio Design. Termasuk dengan cabang kami juga." Ancam Zeyden dengan tegas.

Kanaya memejamkan mata nya. Menstabilkan emosi nya yang siap meledak menghadapi Zeyden.

Kanaya tahu kesepakatan ini penting untuk perusahaan mereka. Mendapatkan proyek besar seperti pergantian furniture hotel bintang lima ini bisa menjadi batu loncatan yang signifikan. Apa lagi hotel Zeyden sudah memiliki cabang di setiap kota.

Kanaya berbalik dan mengatur wajah nya agar tersenyum pada Zeyden.

" Baik lah. Mari kita mulai meeting nya." Ucap Kanaya.

Kanaya mendekati meja dan duduk di depan Zeyden.

" Mungkin mau minum? Atau makan?" Tawar Zeyden.

" Terima kasih, pak. Kita mulai meeting saja." Tolak Kanaya memaksakan senyum nya pada Zeyden.

" Come on. Saya nggak bisa meeting tanpa kopi dan cemilan. Jadi kamu juga harus menemani saya minum."

Zeyden hanya berusaha mengakrabkan diri dengan Kanaya. Melakukan sesuatu agar Kanaya bertahan lebih lama di ruangan nya.

" Tapi saya nggak haus pak. Lebih baik sekarang..."

Kanaya tiba-tiba terdiam, tangannya bergetar saat menahan dada yang terasa seperti ditusuk-tusuk.

" Naya, kamu kenapa?" Tanya Zeyden memperhatikan wajah Kanaya.

" Saya nggak papa, pak. Bisa kita mulai meeting nya? Tolong jangan mempersulit saya." Jawab Kanaya.

" Tapi kamu... pucat." Ujar Zeyden.

" Saya nggak papa, pak. Mungkin saya hanya grogi saja." Jawab Kanaya berbohong.

" Apa ada yang sakit? Kamu seperti sedang menahan kan rasa sakit."

" Pak..."

Napasnya tersengal-sengal, seolah-olah udara di sekitarnya tiba-tiba habis. Dia menatap Zeyden dengan mata yang berkaca-kaca, mencoba mengatakan sesuatu tetapi hanya bisa mengeluarkan suara yang tidak jelas.

" Kata kan pada saya, kamu kenapa?" Tanya Zeyden lagi mendekat.

" Jangan menyentuh saya." Cegah Kanaya menjauh dari Zeyden.

" Mungkin meeting nya kita reschedule saja, pak. Saya harus pergi." Pinta Kanaya yang langsung bangkit dari duduk nya.

" Hei... Naya... Mau kemana kamu?" Panggil Zeyden.

Tapi Kanaya tidak menghiraukan nya, dia terus berjalan meninggalkan ruangan nya Zeyden. Tanpa dia sadari jika Zeyden mengikuti langkah nya yang sangat cepat.

Kanaya terjatuh lemah di sudut bangunan yang sepi. Dengan tangan gemetar dia mengeluarkan air mineral dari dalam tas dan langsung menelan beberapa pilihan yang menjadi penolong nya.

Air mata nya mulai menetes saat rasa sakit itu perlahan mulai mereda. Zeyden yang melihat nya pun sontak menghentikan langkah nya. Membiarkan Kanaya menemukan ketenangan nya sendiri.

*

*

*

" Halo, Nay. Kamu dimana? Apa masih meeting?" Tanya Aris di sambungan telepon mereka.

" Saya di jalan nih mas menuju kantor." Jawab Kanaya.

" Bagaimana meeting nya? Berjalan dengan baik?"

" Meeting nya di reschedule, mas. Besok akan di lanjut kan. Tadi pas Deddy nya berhalangan hadir."

" Oh begitu. Baik lah. Saya tunggu kamu di kantor ya."

" Iya, mas."

" Ya Allah kenapa tadi begitu sakit? Padahal sudah beberapa hari ini aku tidak pernah merasakan sakit yang seperti tadi. Apa karena tadi aku terlalu emosi dengan laki - laki itu? Ya Allah... Kuat kan aku ya Allah." Bathin Kanaya.

*

*

*

Saat sedang menikmati makan malam, Zeyden mengatakan pada papa nya kalau meeting nya dengan Spacio Design batal tadi siang dan akan di reschedule.

" Reschedule? Kenapa?" Tanya Deddy heran.

" Tadi perwakilan mereka tiba - tiba saja sakit. Makanya kita nggak bisa meeting." Jawab Zeyden.

" Bagaimana sih ini? Mereka sudah membuang waktu kita saja. Bagaimana mungkin kita akan melakukan meeting lagi? Masih ada banyak meeting lain yang menunggu. Harus nya mereka tidak mengirim perwakilan yang sakit. Apa perempuan tadi tidak mengatakan apa pun pada kamu, Zey?"

Zeyden terdiam. Dia tidak mendengar pertanyaan Deddy karena pikiran nya sekarang sedang berada di tempat lain. Dia masih mengingat bagaimana Kanaya mengkonsumsi obat di sudut hotel tadi.

" Zey... Zey..." Panggil Deddy karena Zeyden tidak menjawab.

Deddy menatap Shafa yang juga bingung melihat putra mereka yang malah melamun.

" Zeyden." Panggil Shafa dengan nada suara yang tinggi.

Zeyden sadar dan langsung panik memandangi mama dan papa nya.

" Kenapa kamu diam? Bukan nya jawab pertanyaan papa." Kata Shafa.

" Memang nya papa tanya apa tadi?" Zeyden balik bertanya.

" Perempuan yang datang untuk meeting tadi siang, apa dia tidak mengatakan apa pun pada kamu? Papa tidak ada waktu lagi untuk meeting ulang dengan perusahaan mereka. Kamu batalkan saja. Kita cari perusahaan lain untuk mengatur furniture hotel."

" Jangan, pa. Biar Zey yang meeting dengan mereka." Tolak Zeyden.

" Zey sudah kenyang. Duluan ya ma, pa." Pamit Zeyden bangkit dan meninggalkan meja makan.

" Perempuan gila mana lagi yang membuat dia melamun seperti tadi?" Ucap Deddy terkekeh.

" Mama rasa kali ini bukan soal perempuan. Mungkin papa terlalu banyak memberikan dia pekerjaan di kantor. Sampai terbawa gitu ke rumah." Sahut Shafa menatap tajam ke arah suami nya.

" Asal mama tahu ya, dia tidak pernah mengerjakan apa pun di kantor. Semua di bantu oleh assisten nya. Jadi dia seperti itu bukan karena pekerjaan kantor. Jangan mengintimidasi papa seperti itu dong, ma."

" Itu kan menurut papa. Nanti mama akan bicara dengan Zeyden." Jawab Shafa.

1
partini
jadian ma aris tah
partini
baca sinopsisnya penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!