NovelToon NovelToon
Istri Kedua Untuk Tuan Duda

Istri Kedua Untuk Tuan Duda

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Nikah Kontrak / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cerita Tina

Willie, seorang pengusaha muda yang sukses, hidupnya hancur seketika ketika sang istri, Vira meninggal secara tragis setelah berusaha membuka kasus pemerkosaan yang melibatkan anak didiknya sendiri.

Kematian Vira bukan kecelakaan biasa. Willie bersumpah akan menuntut balas kepada mereka yang telah merenggut keadilan dan istrinya.

Namun di balik amarah dan tekadnya, ada sosok kecil yang menahannya untuk tidak tenggelam sepenuhnya, putri semata wayangnya, Alia.

Alia berubah menjadi anak yang pendiam dan lemah sejak kepergian ibunya. Tidak ada satu pun yang mampu menenangkannya. Hanya seorang guru TK bernama Tisha, wanita lembut yang tanpa sengaja berhasil mengembalikan tawa Alia.

Merasa berhutang sekaligus membutuhkan kestabilan bagi putrinya, Willie mengambil keputusan untuk melakukan pernikahan kontrak dengan Tisha.

Willie harus memilih tetap melanjutkan dendamnya atau mengobati kehilangan dengan cinta yang tumbuh perlahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cerita Tina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bersenang-senang

Keesokannya, Tisha berpamitan pada kedua mertuanya sebelum berangkat ke kampus.

“Saya harus kekampus, ada jadwal bertemu dosen pembimbing dulu, Bu." ucapnya sopan.

Anton tersenyum santai. “Tenang saja, ada kami yang menjaga Alia di rumah.”

Aina mendekat, lalu berbisik. “Nak, kalau kamu ingin berkumpul dengan teman-temanmu juga tidak apa-apa. Menikah bukan berarti kehidupan pribadimu terhenti.”

Mata Tisha berbinar. Ada hangat yang menyusup di dadanya.

“Iya, Bu. Terima kasih pengertiannya. Titip Alia ya." ucapnya.

Aina mengangguk. Tisha menyalami keduanya, lalu ia melangkah pergi dengan hati yang terasa lebih ringan.

Urusan kampus selesai lebih cepat dari perkiraannya. Tisha masih duduk berbincang dengan teman-temannya di koridor.

“Eh, kita ke mall yuk,” celetuk salah satu dari mereka. “Udah lama kita tidak jalan bareng.”

“Ayo, Sha. Kamu bisa, kan?” sahut yang lain antusias.

Tisha tersenyum lebar. “Yup. Kali ini aku ikut.”

“Asiiik,” sorak mereka hampir bersamaan.

Mereka pun menuju pusat perbelanjaan terbesar di kota itu. Suasana ramai, lampu-lampu terang, dan tawa teman-temannya membuat Tisha merasa hidup lagi.

Saat melewati sebuah butik pakaian pria, langkahnya melambat. Matanya tertuju pada sebuah kemeja yang terpasang rapi di manekin. Tangannya terulur tanpa sadar, menyentuh kainnya sekilas.

Dalam benaknya, refleks terlintas bayangan Kalau Willie yang mengenakannya, pasti sangat cocok.

Ujung bibirnya melengkung membentuk sebuah senyum tipis. Namun ia kembali sadar.

“Ah, untuk apa aku memikirkannya, Pria itu tak pantas mendapatkan perhatianku.” gumamnya pada dirinya sendiri.

“Sha, kita makan dulu yuk,” panggil temannya.

Tisha tersentak. Ia pun mengikut. Tapi sebelum melangkah jauh, matanya sempat melirik ke kemeja itu sekali lagi.

Mereka memilih makan di restoran Jepang yang baru dibuka. Setelah makan, Tisha mengeluarkan kartunya.

“Kali ini aku yang traktir,” katanya enteng.

Teman-temannya langsung bersorak.

“Wah, enak ya punya teman istri pengusaha,” goda salah satu dari mereka.

Tisha menatapnya sinis setengah bercanda. “Kalian lupa aku juga bekerja paruh waktu?”

"Baiklah Bu Guru." ucap mereka serentak menirukan anak TK. Tisha hanya tertawa melihat tingkah temannya.

Setelah itu, mereka berkeliling mall. Tisha dan teman-temannya itu masuk ke photobooth, toko kosmetik, hingga akhirnya berhenti di bagian pakaian anak.

Di sanalah Tisha mendadak seperti lupa waktu. Ada beberapa gaun, sepatu mungil dengan warna-warna cerah semuanya terasa menggemaskan. Ia tersenyum membayangkan jika Alia memakainya, berlari-lari kecil dengan senyum polosnya.

Tanpa banyak ragu, Tisha mengambil beberapa potong baju. Bahkan ia menemukan baju dan sepatu couple untuk dirinya dan Alia.

Saat keluar dari toko itu, tangannya penuh dengan kantong belanja.

“Wah, belanjanya banyak banget,” komentar temannya.

Tisha hanya tersenyum tipis. Dalam hatinya ia berkata, "Tekanan hidupku belakangan sudah banyak, apa salahnya aku bersenang-senang sedikit dengan uangnya."

Sudah hampir empat jam Tisha berada di luar rumah. Akhirnya ia pulang. Setibanya dirumah, wajahnya refleks menunduk.

“Bu, maaf. tadi aku sempat keliling dulu,” ucapnya pelan.

" Iya nak, tak apa-apa." jawab Aina.

Setelah itu Tisha sengaja memanggil Alia tepat di depan kedua mertuanya lalu menyerahkan beberapa kantong belanjaan.

Satu sisi ada maksud tersembunyi, ia ingin menunjukkan bahwa Willie benar-benar bertanggung jawab untuknya. Dan tentu saja itu membuat mertuanya merasa lega.

Menjelang sore, Aina dan Anton bersiap pamit.

“Padahal tidak apa-apa kalau Ibu dan Bapak tinggal disini lebih lama,” ujar Tisha tulus.

“Kalau kelamaan, kami justru takut merepotkanmu, Nak.” ucap Aina

Anton ikut menyela, “Kalau suatu hari kau ingin mampir ke rumah, hubungi Ibu saja. Kami akan kirimkan sopir. Walau Willie tak pernah mengajakmu, bukan berarti rumah itu bukan rumahmu. Kami selalu menerimamu dengan senang hati.”

Tisha mengangguk. Dalam hati ia merasa bersyukur, orangtua dari suami kontraknya itu sangat baik. Ia malah heran mengapa mereka dan Willie bisa berseteru, tidak mungkin mereka tidak setuju dengan pernikahan Willie dan Vira.

Aina kemudian memeluknya erat. “Jaga dirimu baik-baik. Kami tahu Willie keras. Kalau ada apa-apa, beri tahu kami.”

“Iya, bu.” jawab Tisha.

Di halaman, Alia melambaikan tangan riang.

“Dadah, kakek nenek! Datang lagi ya!”

Begitu mobil mereka pergi, Alia sudah tak sabar ingin mencoba baju baru. Apalagi saat tahu, ia dan Tisha punya pakaian dengan model yang sama.

Mereka pun memakainya, itu terlihat lucu, serasi, dan terlalu hangat untuk diabaikan. Karena gemas, Tisha membuka kamera dan mengambil gambar mereka. Alia bahkan tahu cara berpose yang manis.

Tanpa pikir panjang, Tisha langsung mengunggah foto itu ke media sosialnya.

Di tempat yang berbeda, notifikasi menyala di ponsel Willie. Semua unggahan Tisha memang selalu masuk ke pemberitahuannya.

Senyum muncul di wajah Willie saat melihat foto itu. Disana, anak dan istrinya tampak bahagia dan kompak tanpa dirinya.

“Sepertinya kau sangat bersenang-senang ya, Tisha,” gumamnya.

Senyum itu berubah miris. Ia sadar, hidup Tisha berjalan baik meski tanpanya.

***

Malam tiba, Alia sudah tertidur lelap setelah dongeng terakhir. Tisha menutup buku, mengecup kening anak itu, lalu berjalan menuju kamarnya sendiri.

Ia merebahkan dirinya di ranjang. Matanya sontak menatap ke sebuah goodie bag belanjaan yang tergeletak di atas meja rias.

Ia duduk, lalu membuka kotak itu perlahan.

Isinya adalah kemeja pria terlipat rapi, yang siang tadi sempat disentuhnya tanpa sadar. Ia seperti terhipnotis untuk membeli kemeja itu.

“Aku sebenarnya tidak ingin membelinya, tapi aku juga tak mau menyesal.” lirihnya.

Ia melipat kembali kemeja itu dan menyimpannya ke sudut lemari, tempat yang jarang ia buka, seperti perasaan yang sengaja ia sembunyikan.

Matanya kemudian jatuh pada foto pernikahannya bersama Willie.

“Aku membelinya karena bagus,” katanya pada bayangan di foto.

“Bukan karena aku ingin memberikannya padamu.”

Lalu, ia mengambil spidol berwarna merah dan hitam. Lalu ia mencoret wajah Willie. ia menambahkan dua tanduk merah di kepalanya, dan ekor panjang dengan ujung seperti anak panah di sisi tubuhnya, seolah Willie terlihat seperti iblis yang memakai pakaian pengantin.

“Nah, kau memang lebih cocok seperti ini.” gerutunya kesal.

1
Iqlima Al Jazira
next thor.. 👍
kopi untuk mu
Iqlima Al Jazira: sama-sama
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!