Kayla terkenal sebagai ratu gelud di sekolah-cewek tempramen, berani, dan udah langganan ruang BK. Axel? Ketua geng motor paling tengil sejagat raya, sok cool, tapi bolak-balik bikin ortunya dipanggil guru.
Masalahnya, Kayla dan Axel nggak pernah akur. Tiap ketemu, selalu ribut.
Sampai suatu hari... orang tua mereka-yang ternyata sahabatan-bikin keputusan gila: mereka harus menikah.
Kayla: "APA??! Gue mending tawuran sama satu sekolahan daripada nikah sama dia!!"
Axel: "Sama. Gue lebih milih mogok motor di tengah jalan daripada hidup seatap sama lo."
Tapi, pernikahan tetap berjalan.
Dan dari situlah, dimulainya perang baru-perang rumah tangga antara pengantin paling brutal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim elly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 23
Keesokan harinya, Kayla berangkat kuliah dengan Anya dan Laras. Mereka menumpang mobil Anya, wajah masing-masing dipenuhi rasa gugup.
“Duh, deg-degan ngga sih?” ucap Laras sambil mengatur napas, terlihat jelas tangannya sedikit gemetar.
Kayla malah ngakak santai. “Tenang, Ras. Paling di-ospek doang, itu juga biasa aja.”
“Tapi gue takut ada senior galak,” Laras memonyongkan bibirnya, jelas-jelas cemas.
“Ya berdoa aja jangan,” jawab Anya singkat sambil nyetir.
“Iya sih,” Laras mengangguk pelan, tapi wajahnya tetap pucat.
Tak lama, mereka pun tiba di kampus. Suasana sudah ramai, mahasiswa baru berkerumun dengan wajah penuh penasaran.
Kayla, Anya, dan Laras berdiri menunggu giliran dipanggil sesuai jurusan.
“Kay, suami lo liatin tuh,” bisik Anya sambil menepuk bahu Kayla, matanya melirik ke arah Axel yang berdiri agak jauh.
“Biarin aja, punya mata kan,” jawab Kayla cuek, bahkan tak mau menoleh sedikit pun.
Tiba-tiba, seorang senior mendekat. Wajahnya ramah, senyumnya lebar.
“Kayla ya?” ucapnya penuh percaya diri.
Kayla mengerjap, lalu tersenyum. “Kak Reno?”
“Iya. Kamu masuk hukum juga?” Reno membalas senyumnya hangat.
“Iya, Kak,” balas Kayla dengan senyum manis.
“Oke, kalau gitu sampai ketemu nanti ya.” Reno menepuk bahu Kayla ringan, membuat Kayla terkekeh kecil.
Dari kejauhan, Axel menatap tajam. Niko, temannya, langsung menyikutnya. “Liatin apa lo?” tanyanya penasaran.
“Ngga… itu, liat senior cantik,” Axel berbohong, matanya cepat mengalihkan pandangan.
“Mana?” Niko memicingkan mata.
“Tuh,” Axel menunjuk asal.
Niko malah ngakak. “Cantikan istri lo, sumpah.”
Axel menghela napas, akhirnya mengangguk pelan. “Iya juga sih…”
Suasana ospek makin riuh. Kayla yang kebetulan sering digoda Reno justru jadi bahan sorakan mahasiswa lain.
Tepuk tangan, siulan, hingga tawa memenuhi ruangan. Wajah Kayla memerah, malu bukan main.
“Ada apa sih di kampus hukum rame banget?” David celingukan penasaran.
Tak lama, ponselnya berbunyi—chat grup Axel meledak.
“Istri lo digodain senior, anjir!” Putra mengirimkan video ke grup, membuat semua teman Axel ribut.
“Oh, pantesan heboh,” David tertawa geli.
Axel hanya terdiam, pura-pura kalem. Dalam hatinya, api cemburu jelas membara.
Sore harinya, usai ospek, Kayla melangkah keluar bersama Anya dan Laras. Mereka nyaris bertabrakan dengan Axel.
“Lo mau makan dulu, Kay?” tanya Anya.
“Iya, kita cari kafe aja,” jawab Kayla, sengaja tak menggubris Axel yang berdiri di dekat situ.
David yang melihat langsung heran. “Kalian serumah kan?”
“Ngga. Dia ngekos bareng geng-nya,” jawab Axel santai.
“Lah? Kok bisa?” David mengernyit.
“Kita ngga akur bro. Dari dulu lo tau kan,” Axel menambahkan dengan nada datar.
David hanya mengangguk, meski wajahnya masih bingung.
Kayla akhirnya duduk di kafe bersama Anya dan Laras. Mereka mulai makan dengan riang.
“Bjir, tanggal muda mah masih royal. Kayak dulu,” Laras bercanda sambil mengunyah.
“Hahaha, nanti tengah bulan bengek lo,” Kayla tertawa sambil menyeruput minumannya.
“Iya, udah biasa. Orang cuma dikasih jajan sebulan sekali sama ortu,” tambah Anya.
“Lo dikasih berapa sama si Axel?” Laras langsung nyeletuk.
“Dia transfer lima juta kemarin,” jawab Kayla santai sambil mengunyah.
“Lumayan juga tuh,” sahut Anya, mengangkat alisnya.
“Biasa, bokap gue dulu juga kasih dua juta waktu SMA. Beda tipis lah,” Kayla menyeringai.
“Tapi eh… senior tadi kayaknya suka sama lo ya?” tanya Anya sambil mencondongkan tubuh.
“Oh, Kak Reno? Yah gitu deh. Dulu sempet deket, cuma gue kan ratu gelud. Ngga tau deh, mungkin dia ilfeel,” jawab Kayla sambil ngakak geli.
“Lah iya, lo dari kelas satu berantem mulu,” Laras ikut tertawa.
“Inget ngga, baju lo disembunyiin siapa dulu? Gue lupa namanya,” Anya mengernyit mencoba mengingat.
“Si Bagas,” jawab Kayla cepat.
“Nah iya! Sampe ditendang mental, anjir!” Anya langsung ngakak terbahak-bahak.
“Eh, ada lagi. Waktu kakak kelas tegur baju lo kependekan malah ngajak sparing,” Laras nyaris kehabisan napas menahan tawa.
“Udah-udah! Ih malu anjir,” Kayla menutup wajahnya sambil terkekeh geli.
Tiba-tiba, ponsel Kayla berdering. Wajahnya langsung panik saat mendengar suara ibunya.
“Kay, mama ada di depan apartemen kamu.”
“Mampus,” gumam Kayla cepat-cepat menelpon Axel.
“Ya,” suara Axel datar.
“Dimana lo?” tanya Kayla panik.
“Mobil,” jawab Axel singkat.
“Ya gue tau lo di mobil! Posisi lo dimana?” Kayla hampir teriak.
“Dekat kampus. Kenapa sih?” Axel heran.
“Ibu gue di depan apartemen!” Kayla makin panik.
“Shit. Lo dimana? Gue jemput!” Axel akhirnya ikut panik.
“Cafe,” jawab Kayla buru-buru keluar.
“Lah si bego makanan ditinggal,” gumam Anya heran.
“Kok dia ngga mau tinggal di apartemen ya?” Laras memandang Kayla yang berlari pergi.
“Dia takut anjir. Si Axel galak gitu,” jawab Anya.
“Dia lebih galak tau, ngga lo? Si Axel kalah sama Kayla,” Laras ngakak.
“Iya juga,” Anya mengangguk setuju.
Kayla langsung masuk ke mobil Axel dengan wajah panik.
“Kok ngedadak sih?” Axel mengernyit, bingung.
“Ngga tau juga gue,” Kayla sibuk membalas chat ibunya, wajahnya cemas.
Sesampainya di apartemen, Kayla langsung disambut Bu Wida.
“Mama kok ngedadak ke sini?” Kayla mencoba menenangkan diri.
“Nungguin ayah kamu. Kirain kamu udah pulang,” jawab Bu Wida tenang.
“Udah sih, lagi makan di luar tadi,” Kayla duduk di sofa, berusaha terlihat biasa saja.
“Ooh gitu. Mamah ganggu dong,” Bu Wida tersenyum.
“Ngga-ngga kok, Bu,” Axel buru-buru menimpali, mencoba sopan.
“Gimana kuliah pertama?” tanya Bu Wida sambil mengelus rambut Kayla.
“Cape, Mah,” Kayla langsung tiduran manja di pangkuan ibunya.
“Kalo mau tidur di kamar aja,” saran Bu Wida.
“Ngga ah, mau di sini aja sama mamah,” Kayla menjawab manja.
“Dih,” Axel hanya bisa mendelik, kesal tapi tak berani bicara banyak.
Kayla yang kelelahan akhirnya tertidur di pangkuan ibunya. Axel pun mengobrol santai dengan Bu Wida. Beberapa jam kemudian, ayah Kayla datang, dan setelah berbincang sebentar, mereka pamit pulang.