NovelToon NovelToon
Jodoh Lima Langkah Dari Rumah

Jodoh Lima Langkah Dari Rumah

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Kantor / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Office Romance / Romansa
Popularitas:32.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Bagi Nadin, bekerja di perusahaan besar itu impian. Sampai dia sadar, bosnya ternyata anak tetangga sendiri! Marvin Alexander, dingin, perfeksionis, dan dulu sering jadi korban keisengannya.

Suatu hari tumpahan kopi bikin seluruh kantor geger, dan sejak itu hubungan mereka beku. Eh, belum selesai drama kantor, orang tua malah menjodohkan mereka berdua!
Nadin mau nolak, tapi gimana kalau ternyata bos jutek itu diam-diam suka sama dia?

Pernikahan rahasia, cemburu di tempat kerja, dan tetangga yang hobi ikut campur,
siapa sangka cinta bisa sechaotic ini.

Yuk, simak kisah mereka di sini!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Positif

Mobil hitam Marvin melaju pelan di jalan utama menuju rumah sakit swasta langganan keluarga Alexander. Di kursi penumpang, Nadin duduk sambil memainkan ujung tas kecilnya gelisah, wajahnya campur aduk antara malu, gugup, dan bingung.

“Aku nggak nyangka kamu bisa segaduh ini cuma karena aku mual,” gumam Nadin sambil melirik suaminya.

“Aku nggak gaduh,” bantah Marvin datar.

“Oh iya? Kamu barusan hampir nabrak troli tukang sayur pas keluar tadi.”

“Itu karena aku fokus ke kamu.”

“Alasannya klasik banget,” Nadin mendengus, tapi tak bisa menahan senyum.

Sesampainya di rumah sakit, Marvin bahkan lebih panik dari pasiennya sendiri. Dia menuntun Nadin seperti orang yang baru operasi besar, pelan, hati-hati, bahkan membuka pintu dan menarik kursi tunggu untuknya.

Perawat di resepsionis tersenyum ramah.

“Silakan isi data pasien, Ibu.”

“Ibu?” Nadin menatap Marvin, menaikkan satu alis.

“Udah, isi aja,” bisik Marvin cepat. “Siapa tahu beneran.”

Setelah menunggu hampir setengah jam, mereka dipanggil ke ruang dokter kandungan. Dokter wanita paruh baya itu tersenyum ramah sambil membaca berkas.

“Jadi, Ibu Nadin merasa mual, pusing, dan sensitif pada aroma tertentu, ya?”

“Iya, Dok,” jawab Nadin pelan. “Tapi mungkin karena kecapekan kerja kali ya.”

“Kita lihat nanti, ya.”

Marvin duduk di samping, tapi wajahnya malah seperti peserta ujian nasional yang belum belajar semalam suntuk. Dokter sempat melirik sekilas, lalu tersenyum tipis.

“Bapak kenapa tegang begitu?”

“Saya … cuma pengin tahu hasilnya cepat, Dok.”

“Santai saja, tesnya sebentar lagi.”

Beberapa menit berlalu.

Nadin menjalani pemeriksaan, sementara Marvin menunggu di luar ruangan dengan wajah nyaris pucat. Ia mondar-mandir di depan pintu seperti polisi menjaga TKP.

"Tuan, tenang aja. Istrinya cuma diperiksa, bukan operasi,” ujar perawat yang lewat.

“Saya tenang kok.”

“Kalau tenang, biasanya nggak jalan seribu langkah dalam lima menit.”

Perawat itu tertawa kecil meninggalkannya, membuat Marvin menatap kakinya sendiri yang memang sudah seperti treadmill manual. Tak lama, pintu terbuka. Nadin keluar dengan wajah datar, membawa hasil cek laboratorium. Ia menyerahkan map itu ke Marvin tanpa bicara.

“Gimana hasilnya?” tanya Marvin tegang.

“Lihat aja sendiri.”

“Kamu jangan bercanda, Nad, aku deg-degan.”

“Makanya lihat aja.”

Marvin menarik napas panjang, membuka map perlahan. Matanya menyapu baris demi baris sampai akhirnya berhenti di satu kalimat kecil yang mengubah segalanya.

“Hasil tes positif. Ditemukan tanda-tanda kehamilan dini.”

Ia terdiam, tatapannya berpindah dari kertas itu ke wajah Nadin.

“Din … ini beneran?”

Nadin menatapnya dengan senyum malu dan mata berkaca-kaca.

“Kayaknya … iya.”

Beberapa detik kemudian Marvin menutup map, menatap istrinya lama, lalu tertawa kecil disertai helaan napas lega.

“Astaga … aku ... aku bakal jadi ayah?”

“Kelihatannya begitu.”

Marvin tiba-tiba berdiri, tak tahu harus tertawa atau menangis. Ia menatap Nadin seperti baru menyadari sesuatu yang sangat besar terjadi dalam hidupnya.

“Aku bakal jadi ayah,” ulangnya pelan, tapi kali ini suaranya bergetar.

“Aku juga bakal jadi ibu,” balas Nadin, menahan senyum di antara air mata.

Marvin langsung memeluknya dengan erat.

“Terima kasih, Din…” bisiknya di telinga Nadin. “Kamu hadiah paling gila dan paling manis yang pernah Tuhan berikan untukku.”

“Dan kamu bakal jadi suami paling heboh sedunia,” jawab Nadin, matanya berkaca tapi suaranya menggoda. Mereka tertawa di tengah ruang tunggu kecil itu, membuat beberapa orang menoleh penasaran.

Salah satu ibu hamil di pojok bahkan tersenyum dan berbisik ke suaminya, “Kayaknya Mas itu baru tahu istrinya positif, deh.”

Marvin menatap Nadin dengan mata yang tak bisa menyembunyikan bahagia.

“Ayo pulang. Aku mau kasih tahu Mama dan Papa.”

“Eh! Jangan dulu! Aku mau pastiin dulu ke dokter minggu depan! Kita ke kantor aja dulu. Nanti sore kita kasih tahu ya,”

“Keluarga besar Alexander nggak bisa disembunyikan dari kabar cucu pertama.”

“Marvin!”

“Nggak bisa, Ibu kecil. Aku udah janji bakal panik dan bahagia bersamaan.”

Nadin akhirnya tertawa sambil memukul lengannya pelan. Di tengah parkiran rumah sakit, Marvin menatap langit cerah sambil menarik napas panjang, dan berkata pelan nyaris seperti doa,

“Dua garis merah … dua alasan baru untuk hidupku.

"Kita ke kantor dulu ya, ada meeting." kata Nadin pelan, akhirnya Marvin mengangguk tak mau membuat ibu hamil stres.

Rumah keluarga Alexander sore itu ramai luar biasa. Araya tengah menata bunga di ruang tamu, sementara Tuan Alexander duduk membaca koran sambil menyeruput teh.Suasana damai itu mendadak pecah begitu pintu utama terbuka keras dan suara Marvin menggema.

“Mama! Papa! Kita dapat cucu!"

Koran langsung terlipat, teh hampir tumpah, dan Araya menjatuhkan vas bunga.

“Apa?!” seru keduanya bersamaan.

“Cucu! Kita dapat cucu! Nadin, hamil Ma!"

Marvin berlari ke tengah ruangan, wajahnya bersinar seperti lampu jalan di siang bolong. Araya mematung sejenak, lalu refleks menjerit bahagia.

“Ya ampun serius?!”

“Iya, Ma!”

“Anakku bakal jadi ibu!”

“Ma, itu Nadin yang jadi ibu bukan aku!” potong Marvin cepat.

Sementara itu, Nadin baru melangkah masuk pelan, wajahnya antara malu dan pasrah menghadapi hebohnya keluarga Alexander.

“Selamat datang, calon ibu muda!” seru Araya langsung memeluk Nadin erat.

“Eh, Mama, pelan-pelan!" keluh Nadin sambil tersenyum.

Tuan Alexander mendekat, matanya berkaca-kaca namun senyumnya lebar.

“Akhirnya … aku bakal punya cucu juga.”

Lalu menatap Marvin penuh kebanggaan.

“Bagus, Nak. Cepat juga kerjamu.”

“Pa!” seru Araya memukul lengan suaminya dengan sapu tangan.

“Kenapa?”

“Jangan ngomong gitu di depan Nadin, nanti dia malu.”

“Lho, emang bukan fakta?”

Semua tertawa, kecuali Nadin yang sudah merah sampai telinga. Beberapa menit kemudian, suasana tambah ramai ketika dari pintu sebelah muncul Rani dan Damar rupanya Araya langsung menelepon tetangga sebelah itu dengan kecepatan cahaya.

“Mana anakku yang bikin heboh satu kompleks ini?” tanya Rani dengan wajah penuh semangat.

“Bu … aku belum siap dengar ceramah,” kata Nadin, setengah malu.

“Ceramah apa? Aku bahagia, Nad! Kamu hamil! Aku bakal punya cucu!”

“Belum juga sebulan, Bu…”

“Justru itu! Harus dijaga. Nanti kamu nggak boleh makan pedas, nggak boleh tidur larut, nggak boleh rebutan kamar mandi sama suamimu itu lagi!”

Marvin langsung menggaruk kepala, menatap ke lantai.

“Hehe … iya, Bu, maaf yang itu kesalahanku juga.”

“Masih mending kamu ngaku,” sahut Damar sambil nyengir. “Tapi jaga ya, Vin, kalau anakku kenapa-napa...”

“Pak, udah,” potong Rani. “Mereka udah nikah. Jangan intimidasi calon ayah anak kita.”

“Calon ayah anak kita,” ulang Marvin dengan nada geli.

“Eh, maksudnya cucu kita!” balas Rani cepat, membuat seisi ruangan tertawa keras.

Araya lalu menarik tangan Nadin duduk di sofa.

“Kamu pengin apa? Buah, susu, es krim? Apa aja, Mama siapin!”

“Mama, aku nggak ngidam, cuma mual aja.”

“Mual tuh tanda cinta bayi sama ibunya.”

“Atau tanda aku kecapekan,” gumam Nadin.

Namun Araya tak peduli. Ia langsung berteriak ke arah dapur, “Bu Sarti! Tolong bikin opor ayam buat Nadin! Yang lembut dan banyak kuahnya!”

“Ma! Aku belum pengin makan!”

“Nggak apa-apa! Perut ibu hamil harus diisi!”

Tuan Alexander hanya tertawa lepas melihat semua kekacauan manis itu. Ia menepuk pundak Marvin.

“Nak, ini baru awal. Sebentar lagi kamu bakal kehilangan tidur, kehilangan tenang, tapi … kamu bakal dapet kebahagiaan yang nggak bisa dijelasin.”

Marvin menatap ayahnya, lalu mengangguk pelan.

“Aku siap, Pa. Asal sama dia.”

Nadin melirik sekilas ke arah Marvin yang menatapnya dengan senyum hangat. Ia berusaha menahan senyum tapi gagal.

“Kamu tuh ya, masih aja bikin aku malu di depan semua orang.”

“Malu kenapa? Kamu ibu dari anakku,” bisik Marvin pelan.

“Dan kamu bapak paling ribut yang pernah ada.”

“Tapi kamu jatuh cinta sama aku, kan?”

“Nggak tahu. Mungkin efek hormon,” balas Nadin cepat, pura-pura cuek.

Semua orang tertawa lagi. Di tengah riuh bahagia itu, Araya dan Rani saling bertukar pandang, senyum kecil muncul di bibir mereka. Keduanya seakan sadar, meski dulu sempat canggung karena masa lalu suami masing-masing, kini mereka diikat oleh sesuatu yang lebih indah, cinta dua anak muda yang tumbuh lima langkah dari rumah, dan satu kehidupan baru yang sebentar lagi hadir di dunia.

1
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
stress
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
emaknya malah ngajarin yg ge waras
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
setinggi apa itu
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
damar ato dimas?
Esther Lestari
Marvin kenapa kamu dengan mudahnya menerima minuman...kan bisa kamu menolak dengan tegas.
sum mia
aku bacanya geregetan banget , bego banget Marvin mau aja di kasih minum wine , jelas-jelas minuman memabukkan yang pasti akan buat dia oleng . semoga saja Nadin bisa mengatasi foto Marvin dan Anita yang mungkin akan tersebar di media .
rasanya pengen tak getok aja tuh kepalanya Anita biar gegar otak sekalian . jadi orang kok murahan banget mau merebut suami orang .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia: ikut geregetan kan....
total 4 replies
Rokhyati Mamih
kok aku jadi jengkel ke anita murahan pisan ngga punya urat malu deh 🤭🤭
Lusi Hariyani
marvin km jg ceroboh bngt untung nadin wanita kuat
Teh Euis Tea
anita gagal lg ya mau ngerjain marvin, emang enak, udahlah anita jgn kejar trs marvin
Wulan Sari
lha sebel dmn2 cerita ada pelakor.....
sampai bacanya gemes tolong pelakor di hempaskan biyar kapok dan kena karmanya....
heeee lanjut Thor semangat 💪
Hary Nengsih
lanjut
Ucio
Anita stress Masih monitor,,capkede🤭🤭
sum mia
lampir satu ini kok masih ngotot aja , masih gak sadar juga . Anita.... Anita.... laki-laki didunia bukan hanya Marvin , kenapa kamu harus merendahkan diri sendiri hanya karena seorang laki-laki .
tapi ingat aja Anita.... kamu gak akan menang melawan wanita bar-bar seperti Nadin Alexander .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia: orang sirik kayak gitu mana bisa mikir positif , yang ada hanya ingin merebutnya saja .
total 2 replies
sum mia
betul kata Marvin....kamu gak perlu seperti mereka , cukup jadi diri kamu sendiri itu sudah sangat membanggakan .
dan ternyata drama ibu hamil masih berlanjut terus . bukan Nadin yang hamil yang bikin heboh , tapi Marvin suaminya malah sekarang ditambah mertuanya .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
eh .... masih ngeyel juga .... masih belum menyerah . kapan kamu sadar Anita.... lagi-lagi kamu gak akan bisa melawan Nadin Alexander . wanita yang kau anggap dari golongan rendah tapi nyatanya dia yang tampil tenang , elegan dan berkelas .
tapi pantes aja sih kelakuan Anita kayak gitu , orang ajaran dan didikan ibunya juga gak bener .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
dan akhirnya....si Anita wanita yang sok berkelas dan elegan mundur walaupun mungkin masih menyisakan rasa iri dengki dihatinya . iri karena tidak bisa menggeser Nadin disisi Marvin .
apalagi sekarang Nadin lagi hamil makin sayang dan cinta mereka makin tumbuh lebih besar .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Ddek Aish
nggak nyerah juga si calon pelakor malah didukung maknya
Teh Euis Tea
ky lomba aj km anita blm menang, emang mau ngapain km jgn bikin hara2 deh km anita
Arin
Memang kalau dirimu menang, dapat apa Anita? Marvin?
sum mia
weleh...weleh.... Nadin yang hamil tapi keluarga yang heboh . bak ketiban durian runtuh... mereka amat sangat bahagia .
selamat ya Nadin dan Marvin , semoga kehamilannya berjalan lancar hingga lahiran nanti .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!