Satu malam naas mengubah hidup Kinara Zhao Ying, dokter muda sekaligus pewaris keluarga taipan Hongkong. Rahasia kehamilan memaksanya meninggalkan Jakarta dan membesarkan anaknya seorang diri.
Enam tahun kemudian, takdir mempertemukannya kembali dengan Arvino Prasetya, CEO muda terkaya yang ternyata adalah pria dari malam itu. Rahasia lama terkuak, cinta diuji, dan pengkhianatan sahabat mengancam segalanya.
Akankah, Arvino mengetahui jika Kinara adalah wanita yang dia cari selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. makan siang
Siang itu, udara kota terasa hangat, langit biru terbentang luas di atas atap kaca restoran modern tempat Kinara dan Ethan berhenti untuk makan siang. Ethan terlihat ceria, berjalan sambil memegang tangan ibunya.
“Mommy, aku mau spaghetti yang kemarin, ya,” katanya polos.
Kinara tersenyum lembut. “Baiklah, tapi jangan terlalu pedas, Mommy nggak mau nanti kamu sakit perut lagi.”
Mereka duduk di dekat jendela besar yang menghadap ke taman kota. Kinara baru saja membuka buku menu ketika suara berat dan tenang menyapanya dari arah belakang.
“Dokter Zhao?”
Kinara menoleh, sedikit terkejut. Seorang pria berpenampilan rapi dengan jas abu dan senyum ramah berdiri di sana. Matanya tajam, tapi ekspresinya hangat, Andrian Pratama.
“Oh, Tuan Andrian,” sahut Kinara, menutup menu. “Kita bertemu lagi rupanya.”
Andrian tertawa kecil sambil melirik Ethan yang duduk di kursi seberang. Tatapannya sempat terhenti lama di wajah bocah itu, seolah sedang meneliti setiap garis dan ekspresi. Ethan balas menatap, lalu memalingkan wajah, sedikit gelisah.
“Putramu?” tanya Andrian, dengan nada lembut namun penuh perhatian.
Kinara mengangguk singkat. “Ya, namanya Ethan.”
Andrian tersenyum, tapi pandangan matanya sulit ditebak antara kagum dan penasaran yang terlalu dalam.
“Anak yang cerdas. Matanya … mengingatkan aku pada seseorang.”
Kalimat itu membuat Kinara sedikit kaku. Ia mencoba tetap tersenyum meski hatinya mendadak berdebar.
“Begitu, ya?” ucapnya, berusaha terdengar santai.
Andrian menatap kursi kosong di samping Kinara.
“Kau sendiri?” tanyanya lagi. “Kalau tidak keberatan, bagaimana kalau kita makan bersama? Aku juga kebetulan belum makan siang.”
Kinara terdiam sejenak. Nalurinya berkata agar menolak, tapi sisi lain dirinya ingin tahu lebih banyak tentang pria itu pria yang enam tahun lalu mengaku punya kalung kembar dengan milik Ethan. Sesuatu dari diri Andrian terasa tidak sepenuhnya jujur.
“Baiklah,” jawab Kinara akhirnya. “Silakan duduk, Tuan Andrian.”
Andrian tersenyum puas dan menarik kursi. Pelayan datang membawa menu, dan suasana menjadi lebih tenang. Ethan menyantap makanannya sambil sesekali melirik Andrian, sementara pria itu memulai percakapan ringan.
“Jadi, kau bekerja di rumah sakit Prasetya, ya? Aku sempat membaca namamu di salah satu publikasi medis,” katanya, menyesap jus lemonnya pelan.
Kinara menatapnya hati-hati. “Benar, aku sudah beberapa hari di sana. Kau juga pernah bekerja di bidang medis?”
Andrian menggeleng, bibirnya melengkung samar.
“Tidak, tapi aku tahu banyak tentang dunia itu … karena seseorang yang dulu sangat aku kenal.” Ia menatap Kinara dalam, membuat perempuan itu merasakan sesuatu yang asing, seolah pria ini tahu sesuatu yang tak seharusnya ia tahu.
Kinara berusaha mengalihkan perhatian. “Menarik, tapi aku tidak menyangka kita akan bertemu lagi di sini.”
“Dunia memang sempit, Dokter Kinara,” jawab Andrian datar namun bermakna.
“Mungkin … memang sudah waktunya kita bertemu lagi.”
Ethan menatap keduanya bergantian, lalu menggenggam tangan ibunya di bawah meja, seolah merasa tidak nyaman. Kinara menatap anaknya, tersenyum kecil, namun matanya kembali pada Andrian pandangan yang kini penuh kecurigaan dan kewaspadaan.
Di balik senyum ramah pria itu, Kinara bisa merasakan sesuatu yang tidak beres. Dia tidak tahu apa yang disembunyikan Andrian, tapi perasaannya berkata, pria ini bukan orang asing yang kebetulan.
Ia datang dengan tujuan, ketika pelayan datang mencatat pesanan, Andrian dengan santai berkata, “Tolong pastikan tidak ada kandungan kacang almond dalam makanannya. Aku alergi berat terhadap itu.”
Ucapan itu membuat Kinara spontan menatap pria di depannya, napasnya tertahan sesaat. Alergi almond sama seperti Ethan.
Setelah pelayan pergi, Kinara mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang. “Sudah lama?” tanyanya hati-hati.
Andrian tersenyum tipis. “Sejak kecil, aku hampir mati karenanya sekali.”
Kinara menelan ludah. “Golongan darahmu … apa?”
“O+,” jawab Andrian tanpa ragu.
“Kenapa?”
Hati Kinara bergetar golongan darah yang sama seperti Ethan. Selama ini, ia kesulitan mencari donor yang cocok, dan hanya golongan itu yang bisa menolong anaknya.
Andrian mencondongkan tubuh sedikit. “Ngomong-ngomong, di mana ayah anakmu?”
Kinara terdiam, pandangannya jatuh pada Ethan yang sedang sibuk dengan jusnya.
“Aku tidak tahu,” jawabnya lirih. “Sejak Ethan lahir, aku sendiri yang membesarkannya.”
Hening sejenak, lalu senyum Andrian melengkung lebar, matanya berkilat aneh. “Kalau begitu … bagaimana kalau aku jadi ayahnya?” katanya lembut, tapi tajam. “Mungkin ini waktu yang tepat untuk kita membangun keluarga, Dokter Zhao.”
Kinara menatapnya kaget tak mampu menjawab. Tangannya yang memegang gelas sedikit gemetar.
udah salah belaga playing victim lagi
Zaki.... segera urus semua berkas pernikahan Arvino dan Kinara .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
dan Arvino harus pantau terus Kinara dan Ethan di manapun mereka berada . karena Savira dan Andrian selalu mengikuti mereka dan mencari celah untuk menghasut Kinara .
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
up LG Thor 😍