"umurku 26 tahun, jika ingin melakukan seks knpa memang walau hanya main main, Tak semua seks itu dengan perasaan serius" sahut Jovanka ketus. Sean cukup tercekat mendengarnya, bahkan terdiam, hanya tangannya semakin erat mencengkram pinggang Jovanka tanda bahwa emosinya mulai terpancing. "Kau telat sekali ingin memulai di umur 26 tahun" ejek Sean, . "Tidak ada yang telat jika menyenangkan" ucap Jovanka seolah membalas ejekan sean. "Jadi kau senang melakukan nya dengan ku?" tanya Sean dengan wajah yang sangat menyebalkan Skak, jovanka tidak Bisa berkata-kata lagi, " Bukan begitu jugaa" sahut jovanka gugup mengalihkan pandangannya ke arah lain. **** "Astagaaaaaaa aku juga akan menjalani kontrak pernikahan" teriak Jovanka tak terima. "Jovanka, siapa tahu saat berjalannya waktu kalian bisa saling jatuh cinta" ucap Vivian ibunya dengan lembut. "Itu lebih tak mungkin lagi,! teriak jovanka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lian14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjenguk Salsa
Jovanka mengecek penampilan nya yang sudah rapi di depan cermin, blouse biru muda dengan celana kain di tambah heels lancip tinggi 9cm. Karna tubuhnya yang lebih kecil dari kakak dan adiknya, jovanka senang menggunakan heels agar terlihat sama tinggi dengan saudara saudaranya,
tangannya meraih tas yang sudah siap tergeletak di tempat tidurnya. Waktu sudah menunjukan jam 12 siang, tepat waktu makan siang di rumahnya, apalagi sedari tadi Vivian hanya menyuruhnya untuk istirahat, Tapi jovanka malah ingin pergi menemui Ira,dia bersikap seolah Seperti tidak terjadi apa-apa
Jovanka melangkahkan kakinya menuruni tangga dengan cepat dengan suara Vivian yang sudah menyambut nya " Mau kemana ? Bukannya mama nyuruh kamu istrahat" tegasnya saat jovanka berada di tangga terakhir di lantai bawah
" Aku ada janji makan siang sama Ira ma " sahut Jovanka santai beringsut duduk di samping vivian
" Jovankaaa, istirahat dulu" ucap Vivian kesal
" Biarkan saja ma, dia tidak sakit untuk apa istirahat " sahut Morgan sambil memainkan ponselnya.
" Loh kakak gak jadi meeting di luar kota? " tanya jovanka yang melihat kakaknya masih duduk dengan santai.
" tidak" sahut Morgan singkat, mencoba bersikap biasa saja padahal beberapa jam lalu suasana rumah sangat heboh akibat adik nya itu.
" hmmm gitu! Ya susah aku pergi dulu ya" ucapnya bangkit dari duduknya langsung berlalu keluar.
***
Mobil mewah yang di kendarai jovanka berhenti di sebuah parkiran rumah sakit terbesar di kota itu, kakinya mulai melangkah turun dan berlalu ke bagian belakang mobilnya, meraih beberapa bungkusan makanan yang di letakannya di kursi penumpang belakang ,sebelumnya ia memang menyempatkan untuk mampir membeli makanan, rencananya ia memang akan makan bersama Ira di rumah sakit
makan bersama di ruangan nya saja fikirnya sambil melangkah masuk kerumah sakit menuju ruangan Ira,sampai langkahnya berhenti di depan meja resepsionis para dokter di rumah sakit itu,
" dokter Ira ada? " tanya Jovanka ramah ,
" Dokter Ira sedang meeting Dengan dokter Frans mba " sahut perawat itu ramah,
Salah ku juga tidak mengabarinya tadi bahwa ingin kesini fikir jovanka, lalu langsung teringat pasien yang di operasinya kemarin,
" aku mau mengunjungi nya saja dulu" gumam jovanka, namun sedetik kemudian ia teringat sesuatu, kalau kakaknya ada bagaimana, baru tadi pagi aku mengamuk padanya fikir jovanka , Eh tadi kan dia masuk kerja, seharusnya kan dia masih kerja,berarti harusnya tidak ada dong di ruangan adiknya sambungnya dalam hati mengangguk ngangguk lalu kembali mendekati resepsionis dan menanyakan ruangan pasien yang di operasi nya kemarin, Setelah mendapat cukup info dia kembali berjalan menuju kamar rawat pasiennya itu.
Tangannya bergerak terangkat mengetuk pintu dan masuk tanpa menunggu jawaban dari dalam, matanya melihat gadis yang di operasinya kemarin duduk melamun di ranjang pasiennya menatap kosong ke luar jendela,
" Haii" tegur Jovanka menyadarkan lamunan salsa yang langsung mengalihkan padangan kepada Jovanka dengan bingung karna Dia tidak tahu Bahwa Jovanka yang mengoperasinya.
" Aku jovanka, dokter yang mengoperasi mu kemarin" ucap nya lembut memperkenalkan diri sambil mendekat ke arah Salsa yang tersenyum manis menatap nya
" Boleh aku duduk di samping mu? " Ijin Jo lembut, kembali salsa hanya mengangguk tanda setuju tanpa bersuara apapun
" Bagiamana keadaan mu? " Tanyanya lagi yang lalu beringsut duduk di samping salsa.
" Baik " sahutnya lirih,
" Ku dengar kau pelukis, " tanya Jo kembali
" Hmm" salsa mengangguk sedih sambil melihat pergelangan tangannya.
" Tangan mu mungkin akan kaku, tapi jika terus kau latih, dia akan kembali seperti semula, kau bisa melukis lagi" ucap jovanka yang menangkap wajah sedih salsa.
" Terimaksih dokter" sahut salsa , terlihat sedikit binar harapan di matanya.
" Kau hanya sendirian!" tanya jovanka memandang kesekeliling ruangan VVIP itu.
" Iya, kakak ku pergi bekerja, ibu dan asisten rumah tangga sedang pulang, " sahut salsa, dia terlihat sudah sedikit nyaman dengan jovanka.
" Kau sudah makan siang?" Tanya jovanka basa basi melihat nampan makanan yang masih utuh, namun hanya di jawab dengan gelengan salsa yang menyatakan dia belum makan, " menunggu ibu untuk menyuapi " ujarnya sambil melirik tangan kanannya yang di perban tebal.
" Aku suapi yaa" ucap jovanka sambil berdiri Meraih nampan makanan, namun Salsa hanya diam menatap nya bingung , kenapa dia baik sekali fikirnya sampai tangan jovanka mengambang di hadapannya dengan sendok yang berisi makanan siap mendekat ke mulut salsa yang masih terkantup rapat, " ayo makan" tegurnya lagi, membuat salsa membuka mulut menerima suapan makanan dari tangan jovanka dan mengunyahnya dengan pelan,
" Berapa umur mu? " Tanya Jo santai
" 20 tahun " sahut salsa singkat,
" Kau seumur dengan adik ku" ucap Jo tersenyum , "eh tidak, lebih tua adik ku satu tahun" ucapnya tertawa mencoba mencairkan suasana, namun lagi Salsa hanya diam menatap jovanka.
" Kau sangat suka melukis?" Tanya jovanka sambil mengaduk makanan di meja makan pasien.
" Iya, aku sangat suka, aku bermimpi menjadi pelukis terkenal nanti" ucap salsa berbinar menceritakan impiannya, " Maka bertahanlah untuk terus hidup karena mimpi mu itu" ucap jovanka serius menatap Salsa yang juga menatap nya nanar, matanya mulai berkacakaca siap meluruhkan air di pipinya.
"Aku di bully" lirihnya menunduk entah dia merasa bisa percaya untuk memulai bercerita pada jovanka, "Aku melukis Dengan baik, lalu orang yang ku anggap sahabat mengklaim karyaku dan mengatakan aku plagiat, "Aku melukis nya sendiri, bukan mencuri karya orang lain dokter" isaknya menangis, "Semua orang mengejek dan menghinaku,
Media sosial ku penuh Dengan hinaan" isaknya menangis, "Foto foto ku di edit tak senonoh, Bahkan ada video aku berhubungan badan, Aku sungguh tak pernah melakukan hal seperti itu" isaknya menangis sejadi jadinya.
"Tapi tak ada yang percaya pada ku", sambungnya terisak sambil meraih ponsel nya membuka pemberitahuan sosial medianya dan menyerahkannya pada Jovanka yang menerima dan langsung membacanya dengan seksama
"Padahal anak guru agama, tapi mencuri. "
"Maling "
"Hama, "
"Salsa\=Hama "
" Berapa bayaran mu, aku ingin tidur dengan mu"
" Kau lihai sekali bermain"
Video dan foto fotonya yang tak senonoh berhamburan di kolom komentar, Jovanka mengalihkan pandangannya menatap salsa yang menunduk terisak, "Kakak mu tahu?" tanya Jovanka lembut, namun Salsa kembali menggeleng pelan, "Jika kak Sean tahu dia akan kecewa pada ku" isaknya, "Kak Sean yang membiayai semua keperluan ku, kak Sean yang memenuhi semua keinginan ku, kak sean bilang aku hanya perlu jadi anak baik. Jika dia tahu foto-foto itu dan kabar aku mencuri karya orang lain dia akan kecewa padaku,ibu dan kak Sean akan kecewa padaku" isaknya.
"Kau tidak melakukannya kan?" tanya Jovanka lembut.
" Tidak dokter, aku bersumpah aku tidak melakukan nya, aku tidak mencuri. Apa lagi video itu, aku bahkan belum pernah pacaran" isaknya.
"Hmmm" gumam Jovanka berfikir sejenak, "Jika aku membantumu, apa kau mengijinkannya" tanya nya lagi
"Jangan beritahu keluarga ku dokter, tolong jangan ,aku percaya pada mu, karnanya aku bercerita " ucap salsa panik
"Hmmm, aku akan selesaikan sendiri" ucap Jovanka mengusap wajah salsa dan Menghapus air matanya, "Kau hanya perlu kuat, ini tidak mudah, tapi sekarang terimakasih kau sudah mau cerita dan membiarkan ku membantumu, Selama kau dirumah sakit, bisakah jangan buka sosial mediamu" tanya Jovanka lembut
Salsa mengangguk setuju membuat Jovanka tersenyum melihatnya "Kau pintar" ucap nya mengusap kepala salsa.
"Akan ku selesaikan secepatnya,Hapus airmata mu" ucapnya lembut, " salsa memang semua tidak mudah, tapi kau hanya perlu kuat, jika kau merasa hidup mu berat, dan tak punya tempat untuk bercerita, dan jika aku tidak ada untuk mendengar mu bercerita, kau bisa datang ke psikolog, bercerita pada mereka, mereka tidak akan menghakimi mu, jangan sembarangan meminum obat penenang, kemarin, kau beli obat penenang di pasaran kan? Tanya Jovanka lembut.
" Iya dokter" lirih salsa, " hmmm, setelah hari ini, jika kau ingin cerita, kau bisa cerita padaku, direktur rumah sakit, dokter Frans dan adiknya dokter Humaira adalah teman ku, kau bisa pinta dia menghubungi ku, aku akan datang dan mendengarkan mu, tapi jika aku tidak ada, pergi lah ke psikolog, tapi jangan menyimpan nya sendiri dan melakukan hal yang menyakiti dirimu lagi" pintanya lembut, sambil menyuapkan suapan terakhir ke mulutnya. Sampai Terdengar bunyi handle pintu di buka membuat Jovanka dan salsa menoleh ke arah pintu,
Seorang lelaki berpostur tubuh tinggi muncul dari balik pintu, Sean. dia nampak terkejut melihat perempuan yang duduk di samping adiknya itu, jovanka,bukankah pagi tadi dia baru mengamuk sampai pingsan ,sekarang dia sudah disini pikir Sean heran,
apa dia bisa membelah diri satu dirumah satu disini sambungnya, Pun jovanka yang tak kalah terkejut melihat lelaki yang masih berdiri di ambang pintu menatap ke arahnya,
oh Tuhan, kenapa aku harus bertemu dengan nya lagi ucap jovanka pelan langsung berdiri dan merapikan pakaiannya lalu menaruh nampan bekas makan salsa di meja, " Baiklah, kakak mu sudah datang, " ucap jovanka mengambil tas dan kantong makanan yang dibawanya bersiap untuk pergi.