Ruang Ajaib Antagonis Kesayangan

Di kamarnya, Lilia duduk di atas kasur dengan tablet di tangannya, menatap layar dengan tatapan yang tajam dan penuh perhatian. Dia tidak berkedip, seolah-olah tidak ingin melewatkan satu detail pun dari apa yang dilihatnya. "Sudah ku duga, pasti mereka punya rencana jahat. Pantas saja tadi siang melihat kami bekerja, tatapannya licik sekali," kata Lilia.

Lilia melihat rekaman CCTV yang menunjukkan Pak Gugu, istrinya, dan Boni sedang merusak kebun yang baru ditanami bibit. Tadi siang, Lilia sudah curiga ketika melihat Pak Gugu dan istrinya memandang mereka dengan tatapan tidak suka. Sekarang, firasat Lilia benar, mereka memang merencanakan sesuatu yang jahat. Beruntung Lilia telah memasang CCTV di dekat kebun, sehingga bisa merekam perbuatan jahat mereka dengan jelas.

"Awas, kalian bertiga! Kalian belum tahu siapa yang sedang kalian hadapi," ucap Lilia dengan tatapan tajam yang menusuk jiwa, menunjukkan kemarahan dan ancaman yang nyata. Perbuatan jahat mereka telah membangkitkan naluri agen pembunuh dalam diri Lilia.

Meskipun dalam dunia ini Lilia digambarkan sebagai gadis biasa yang pemalas, namun jiwa Lilia yang sebenarnya adalah agen wanita berbahaya yang tidak suka dipermainkan atau diganggu. Dan sekarang, Pak Gugu, istrinya, dan Boni telah berani mengganggu Lilia, maka mereka akan menerima akibatnya yang berat. "Kalian tidak tahu apa yang akan menimpa kalian," tambahnya dengan nada yang dingin dan mengancam.

Di saat Lilia berpikir untuk membunuh mereka bertiga, sistem datang untuk mencegahnya. "Nona Lilia, jika anda melakukan kejahatan, anda telah melanggar kedamaian di dunia ini. Terpaksa koin emas anda kami hanguskan nantinya sebagai hukuman," kata Taro.

"Apa? Ini bukan salahku, kamu tidak lihat betapa jahatnya mereka?" protes Lilia pada Taro.

"Selalu ada cara untuk menghukum mereka tanpa harus membunuh," nasihat Sistem.

"Orang seperti mereka tidak boleh diampuni. Jika diampuni pasti mereka berulah lagi," protes Lilia lagi.

"Lakukanlah yang menurut anda benar, nona. Asalkan jangan membunuh mereka. Itu melanggar kedamaian," saran Sistem untuk terlahir kalinya. Sistem kembali menghilang.

"Dasar sistem sialan," runtuk Lilia, terpaksa Lilia tidak jadi membunuh mereka.

Tiba-tiba Lilia mendengar ada suara yang memanggilnya dari luar, suaranya terdengar mencari Lilia dengan perasaan rindu yang mendalam. Suara itu seperti suara Pandu, membuat Lilia merasa penasaran siapa yang memanggilnya. "Lilia ... Lilia ... Lilia ... Kamu di mana?" kata suara itu, terdengar semakin dekat.

Pintu kamar dibuka, dan Lilia terkejut melihat Pandu berdiri di depannya. Dia tidak menyangka bahwa Pandu akan datang malam ini, dan wajahnya langsung memancarkan rasa lega dan bahagia. Pandu langsung berjalan menghampiri Lilia dengan langkah cepat, dan tanpa banyak bicara, dia memeluk Lilia dengan erat.

"Aku merindukanmu," ucap Pandu dengan suara yang penuh emosi, menunjukkan betapa dia sangat menyayangi Lilia. Lilia merasa terkejut dengan tindakan Pandu yang begitu romantis.

"Syukurlah kamu baik-baik saja," ucap Pandu dengan suara yang penuh kelegaan. "Aku rindu... Aku takut kehilangan kamu. Kamu wanitaku yang sangat berharga," tambahnya.

Lilia merasa hatinya sedikit bergetar mendengar ucapan Pandu yang begitu frontal dan jujur. Dia tidak terbiasa dengan ekspresi cinta yang begitu terbuka dari Pandu, dan membuatnya merasa sedikit berdebar. Lilia tidak menyadari bahwa sosok yang ada di depannya bukanlah Pandu yang biasa, melainkan Titan, sahabat yang telah mencintainya sejak kecil.

"Kenapa? Apa misi kalian gagal?" tanya Lilia, mencoba memahami alasan di balik kedatangan Pandu yang mendadak. Dia ingin tahu apa yang terjadi, dan mengapa Pandu terlihat begitu emosional dan penuh perasaan. Namun, Lilia tidak tahu bahwa jawaban yang sebenarnya jauh lebih dalam dan kompleks daripada yang dia bayangkan.

Pandu menggeleng, menunjukkan bahwa misi tidak gagal. "Aku berusaha menyelesaikan misi secepat mungkin untuk bertemu denganmu, aku merindukanmu," kata Pandu lagi, dengan suara yang penuh emosi dan kerinduan. Lilia tersenyum mendengar Pandu berkata rindu padanya, bahkan beberapa kali mengulang kata-kata itu.

"Ternyata, Kak Pandu benar-benar mencintaiku dengan tulus," batin Lilia, merasa terharu dengan perasaan Pandu yang begitu kuat terhadapnya. Namun, perasaan itu juga membuatnya merasa tidak enak, karena sebelumnya dia berniat memanfaatkan Pandu hanya untuk memenuhi kebutuhan biologisnya saja.

Lilia melepas pelukan Pandu, lalu memperhatikan penampilan Pandu yang berantakan. Baju tentara Pandu penuh dengan bercak darah, membuat Lilia khawatir tentang keselamatan Pandu. "Apa yang terjadi pada kamu? Kenapa bajumu penuh darah?" tanya Lilia, dengan nada yang penuh kekhawatiran dan perhatian.

"Apa kamu langsung pulang setelah menyelesaikan misimu? Bahkan tidak membersihkan diri," kata Lilia.

Semakin teliti Lilia melihat, dia terkejut melihat baju tentara Pandu yang berlumuran darah tampaknya telah ditembus peluru di bagian dadanya. Sebagai seorang yang berpengalaman di dunia gelap, Lilia tahu betul, pasti dalam menjalankan misi berbahaya, Pandu dan pasukannya telah di hujani peluru dari segala arah. Tapi, yang membuatnya semakin penasaran adalah Pandu yang terlihat baik-baik saja, tanpa tanda-tanda kesakitan yang nyata.

"Iya, aku langsung pulang mencarimu, aku khawatir padamu," jawab Pandu.

"Aku di sini baik-baik saja. Tidak usah khawatir. Aku bukan anak kecil, aku bisa menjaga diriku sendiri," jawab Lilia dengan percaya diri.

"Kalau kamu bisa menjaga diri, tidak mungkin kamu berada di dunia novel sekarang?" batin Pandu.

Pandu tidak sengaja melihat tablet yang menampilkan rekaman CCTV di kebun, membuat Lilia sadar akan keberadaan tablet itu. Dia tidak sempat menyembunyikan tablet itu dari Pandu, dan sekarang dia kebingungan tentang bagaimana menjelaskan hal ini kepada Pandu.

Di tahun 1983, tablet belum ditemukan, dan Pandu langsung tahu bahwa tablet yang ada pasti didapatkan Lilia dari ruang ajaib sistem. Pandu berpikir cepat, "Sebaiknya aku rahasiakan dulu identitasku. Aku harus fokus membantu Lilia menjalankan misinya agar dia cepat kembali ke dunia kami," batin Pandu.

Pandu memutuskan untuk tidak mengungkapkan identitas aslinya kepada Lilia, dan memilih untuk fokus membantu Lilia menyelesaikan misinya. Dengan demikian, Pandu berharap Lilia dapat kembali ke dunia mereka dengan cepat dan aman. "Apa itu?" tanya Pandu pura-pura tidak tau, sambil menunjuk tablet di tangan Lilia, dengan nada yang santai dan penasaran.

"I-itu ..." Lilia gagap.

"Rekaman apa ini?" Pandu tidak mau membuat Lilia kesulitan memberi penjelasan padanya, jadi Pandu langsung mengalihkan pembicaraan. Dia langsung mengambil tablet dari tangan Lilia, melihat rekaman CCTV di layar.

"Pak Gugu, istrinya dan Boni merusak kebun yang baru kami tanam tadi siang. Padahal hasil kebun itu nantinya untuk warga, agar kehidupan warga lebih baik," jawab Lilia dengan jujur.

Pandu langsung berdiri, wajahnya menunjukkan kemarahan. "Kurang ajar mereka bertiga. Beraninya merusak kebun yang diusahakan istriku untuk mensejahterakan warga desa. Sayang, kamu tenang saja, mereka bertiga akan ku urus," kata Pandu dengan nada yang tegas.

Lilia langsung bertanya, "Kamu mau kemana?"

Pandu menjawab dengan singkat, "Membereskan mereka."

Lilia tidak mau ketinggalan, "Aku ikut," pinta Lilia. Pandu mengangguk, menunjukkan bahwa dia setuju dengan permintaan Lilia. Bersama-sama, mereka berdua pergi menangkap basah Pak Gugu, istrinya, dan Boni yang tengah merusakan kebun.