NovelToon NovelToon
Peluang Pulih

Peluang Pulih

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Misteri / Romansa Fantasi / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:674
Nilai: 5
Nama Author: jvvasawa

"Hai, aku gadis matematika, begitu Sora memanggilku."

Apa perkenalan diriku sudah bagus? Kata Klara, bicara seperti itu akan menarik perhatian.

Yah, selama kalian di sini, aku akan temani waktu membaca kalian dengan menceritakan kehidupanku yang ... yang sepertinya menarik.

Tentang bagaimana duniaku yang tak biasa - yang isinya beragam macam manusia dengan berbagai kelebihan tak masuk akal.

Tentang bagaimana keadaan sekolahku yang dramatis bagai dalam seri drama remaja.


Oh, jangan salah mengira, ini bukan sekedar cerita klise percintaan murid SMA!

Siapa juga yang akan menyangka kekuatan mulia milik laki-laki yang aku temui untuk kedua kalinya, yang mana ternyata orang itu merusak kesan pertamaku saat bertemu dengannya dulu, akan berujung mengancam pendidikan dan masa depanku? Lebih dari itu, mengancam nyawa!


Pokoknya, ini jauh dari yang kalian bayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jvvasawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22 | RANAH EKSEKUSI

Harap bijaksana dalam membaca, karya ini hanya lah fiksi belaka, sebagai hiburan, dan tidak untuk ditiru. Cukup ambil pesan yang baik, lalu tinggalkan mudaratnya. Mohon maaf atas segala kekurangan, kecacatan, dan ketidaknyamanan, dan terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas segala dukungan; like, vote, comment, share, dan sebagainya, Jwasawa sangat menghargainya! 💛

Selamat menikmati, para jiwa!

Baru juga aku membuka mataku, bahkan matahari pun masih malu-malu menyapa pagi, tapi ponselku sudah berisik dengan suara pesan masuk yang bergilir. Kedua tanganku lekas membawa guling ke kepalaku, melilitnya untuk menutup rapat-rapat kedua telingaku.

Mataku saja masih sepet, tapi kenapa pengirim pesan itu sudah semangat sekali di pagi buta seperti ini?

“Kak Arin, bangun, Kak! Nanti Kakak kesiangan lagi seperti waktu itu.”

Dan sekarang tingkat kebisingan bertambah.

“Iya, iya, Kakak sudah bangun! Hush, pergi sana!” Tubuhku berguling ke samping, memunggungi sosok adikku yang setengah tubuhnya menembus dinding kamarku. Menyebalkan, dan menyeramkan.

Memang sudah bertahun-tahun aku tinggal dengan adikku, tapi tetap saja kebiasaannya itu mengagetkan, kalau hatiku sedang tidak siap.

Satu jam sebelum berangkat, aku dan adikku duduk berseberangan di kursi makan, menikmati sarapan masing-masing. Tidak, sepertinya itu lebih tepat ditujukan untuk adikku, sedangkan aku tidak terlalu menikmatinya.

Mulut ini hanya terpaksa menyantap, atau Mama tak akan membiarkanku pergi sekolah.

Dengan kepalan tangan kiri yang menopang pipiku, dan mata yang sayup-sayup terpejam, kuusahakan tangan kananku untuk tetap menyuapi sereal ke dalam mulut. Sungguh, aku masih mengantuk.

Kurasa karena semalam aku bermimpi tentang petualangan yang seru dan menegangkan, energiku jadi terkikis walau sudah tidur tepat waktu.

Terlebih, di dalam mimpiku itu ada Zofan dan teman-temannya, neneknya Zofan, dan sepertinya ada beberapa orang lagi, tapi tak terlihat jelas siapa mereka, atau memang aku saja yang sudah lupa wajah-wajah yang muncul dalam mimpiku itu.

Hal yang biasa, kan, kalau bangun tidur kita langsung lupa dengan sosok-sosok yang hadir dalam mimpi?

Tapi, aku ingat salah satu dari mereka adalah perempuan, yang sepertinya berperan sangat penting, karena dia yang paling banyak tersorot dalam mimpiku semalam.

Sedikit hal yang juga samar-samar kuingat, perempuan itu terus berubah wujud. Bagaimana, ya, mendeskripsikannya? Mungkin mirip seperti saat kita menggonta-ganti siaran televisi hingga menimbulkan efek glitch.

“Kakak, jangan tidur saat makan!” Itu teguran dari Mama yang memergokiku memergokiku mengunyah dengan mata terpejam. Sontak kubuka kembali kelopak mataku lebar-lebar, dan melempar senyum cengengesan pada Mama.

Buru-buru kuhabiskan sarapanku dan berpamitan pada Mama, saat Mama mengingatkan sudah jam berapa ini. Bahkan adikku sudah berangkat, diantar Papa. Kenapa dia tak memberi tahuku, sih? Adik menyebalkan!

Pantas saja matahari seperti enggan menyapa sejak permulaan hari , ternyata karena langitnya mendung.

Selagi kakiku berjalan santai di trotoar jalan, menuju sekolah, kepalaku mendongak memandangi awan-awan gelap yang mengerubungi matahari. Suasana terasa damai, dan angin begitu sejuk.

Tinn!

“Ah, sial! Bikin kaget saja!” teriakku terkejut, tiba-tiba saja ada mobil melintas cepat di sampingku dengan suara klakson yang keras.

Kenapa, sih, harus membunyikan klakson? Padahal jalanan sepi dan luas, dan aku bukannya berdiri di tengah jalan sampai pemilik mobil itu harus memberikan klaksonnya padaku! Dia itu sedang kebelet, atau apa?!

Tidak ingin memperburuk suasana hatiku yang sedang tenang karena cuaca pagi ini bagus, maka kuusap dadaku guna menenangkan perasaan dan bersabar diri, lalu bersenandung kecil melanjutkan langkahku sampai tiba di halaman sekolah.

Sudah menjadi kebiasaanku untuk menyapa satpam dan bersenda gurau singkat sebelum melenggang pergi menuju kelasku.

Selain itu, telingaku, secara tak sengaja, akan mendengar gosip baru dari murid-murid tiap kali melewati lorong, atau saat masuk ke dalam kelas.

Kuanggap saja sebagai penghibur pagi.

Kadang pembicaraan para siswi kalau sedang bergosip itu terasa lucu, kadang juga bisa dapat informasi yang tak disangka-sangka ternyata ada dan benar terjadi. Dari gosip seperti ini lah awal tersebar hubungan Cika dan Bian, lebih cepat dari Bian yang memang sudah berencana memamerkan hubungan mereka.

Tak jarang pula ada rumor tak masuk akal beredar dari mulut antar mulut mereka, yang entah darimana datangnya itu, dan darimana juga mereka mendengar dan mendapat informasi seperti itu?

Sama halnya seperti rumor percintaan Zofan yang baru kudengar dari teman-temanku beberapa waktu lalu. Bayangkan, koneksi mereka yang masih di jenjang SMA saja bisa sampai ke kampus yang bahkan belum diinjak?

Jangan lupakan soal aku dan Sora yang ternyata juga pernah masuk kabar angin.

Memang, ya, perempuan itu ibarat mata-mata, bisa dapat apa pun yang ingin mereka ketahui; dari berbagai sumber, dan dari berbagai belahan dunia.

“Berhenti!”

Seseorang menghadangku tepat di depan kelasnya, sebelum aku hampir mencapai kelasku. Padahal, aku sudah mempercepat langkahku, tapi masih kalah cepat dari refleks orang ini. Tebak saja, siapa dia?

“Kau sudah persiapkan diri? Karena kita akan melakukan misi utama kita hari ini!” Semangatnya menggebu-gebu, begitu membara saat mengatakan itu, aku sampai berkedip-kedip mendengar ucapan yang keluar dari mulut remix-nya.

“Kau … se-tak-sabaran itu?” tanyaku, hanya basa-basi, dan dia mengiyakannya dengan mantap.

“Tentu saja! Kau juga harusnya semangat! Mana tau, isinya peta harta karun!” Omong kosongnya sontak membuatku memegang kepala.

“Memang bocah.”

Terang-terangan aku meledeknya, yang kemudian disahut dengan protes dari arah belakangku yang sudah berjalan meninggalkan Zofan, ke kelasku sendiri.

Kira-kira, apa, ya, yang tertulis di kertas-kertas itu?

Sore ini aku dan Zofan sudah membuat janji untuk bertemu di salah satu kafe terdekat, sepulang sekolah. Kami menentukan waktu itu sejak dini hari, sesaat setelah manusia berisik itu menghujani ponselku dengan pesan-pesannya tadi pagi.

Aku juga sudah memaksanya untuk membiarkanku membawa Klara dan Cika, pastinya dengan ancaman yang membuatnya terpaksa setuju. Apa dia mengalah begitu saja? Cih, jangan harap. Dia justru memberi syarat, mereka tidak boleh duduk di dekat kami.

Dia bahkan sok memberi solusi, yang sebenarnya tak terlalu berguna, yaitu dengan membawa Bian dan Nero juga bersama kami. Katanya, supaya nanti Klara dan Cika bisa bergabung di satu meja dengan Bian dan Nero.

Solusi yang tidak diperlukan, kan? Konyol sekali menurutku.

Klara dan Cika, kan, bisa saja duduk berdua di meja lain tanpa perlu ditemani Bian dan Nero. Yah, walau kita tahu, kalau ada Cika, pasti ada Bian.

Bilang saja, kau berharap Bian dan Nero akan mengawasi Klara dan Cika supaya tak menguping pembicaraan kita, wahai Tuan Zofan si paling misterius.

Tak apa, lah. Bagus juga ada Nero, supaya Klara tidak jadi obat nyamuk di antara Cika dan Bian.

Aku bukan bermaksud menjodohkan Klara dan Nero, ya! Sama sekali tidak ada pikiran seperti itu di kepalaku. Amit-amit, aku saja tak sudi menambah beban pikiran sebagai seorang teman dari orang yang lagi-lagi menjalin kasih dengan bintang sekolah.

Aku hanya kasihan pada Klara yang nantinya harus jadi saksi kemesraan Bian dan Cika. Bagaimana kalau Klara kejang-kejang karena alergi percintaan orang lain, sementara dirinya saja tidak pernah menggandeng laki-laki?

“Natarin, pesan apa?” Pertanyaan Zofan membuyarkan lamunanku, membuatku otomatis melihat buku menu, “hm, aku minum Es Teh saja.”

“Sudah duduk di sini, hanya minum Es Teh? Memang di rumahmu tak bisa buat Es Teh sendiri?”

Benar-benar, ya, mulut manusia satu ini. Minta dijejal buku menu, kurasa. Andaikan ada Sora di sini, mungkin Sora sudah membantuku membungkam mulut berisik Zofan.

Aku tak mengerti kenapa tiba-tiba Zofan memintaku untuk tak memberi tahu Sora soal pertemuan kami kali ini. Bukannya dari awal dia sudah melibatkan Sora? Bahkan terakhir kali Zofan meneleponku dari rumah neneknya, dia bersama Sora, kan? Dia juga menggunakan ponsel Sora.

Tanganku mengepal, kupicingkan mataku sampai segaris. “Mulutmu itu tidak bisa kau rem barang sebentar saja, ya?! Aku sedang menghemat, dan di sini yang paling murah itu Es Teh. Lagipula, kita hanya sebentar di sini.”

“Sebentar? Haha, percaya diri sekali. Memangnya kau yakin, ini akan memakan waktu hanya sebentar, Nona Natarin? Kau bahkan belum lihat isi dari gulungan kertas yang kubawa dalam tasku ini, kan?”

Wah, wah, dia meremehkanku?

...

Bersambung

1
Avocado Juice🥑🥑
Luar biasa kisahnya
Jwasawa | jvvasawa: Huhu terima kasih banyaak sudah luangin waktu membaca Peluang Pulih! 🥺💛
total 1 replies
Aishi OwO
Mantap, gak bisa berhenti baca
Jwasawa | jvvasawa: Waaaa terima kasih banyak! Semoga betah terus bacanyaa. /Whimper//Heart/
total 1 replies
Tsuyuri
Thor, tolong update secepatnya ya! Gak sabar nunggu!
Jwasawa | jvvasawa: Aaaa terima kasih banyak dukungannya! 🥺 akan aku usahakan! ♡♡
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!