NovelToon NovelToon
Tertawan Diantara 2 Takdir

Tertawan Diantara 2 Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Poligami
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Lama menghilang bak tertelan bumi, rupanya Jesica, janda dari Bastian itu, kini dipersunting oleh pengusaha matang bernama Rasyid Faturahman.

Sama-sama bertemu dalam keadaan terpuruk di Madinah, Jesica mau menerima tunangan dari Rasyid. Hingga, tak ingin menunggu lama. Hanya berselisih 1 minggu, Rasyid mengitbah Jesica dipelataran Masjidil Haram.

Namun, siapa sangka jika Jesica hanya dijadikan Rasyid sebagai yang kedua.

Rasyid berhasil merobohkan dinding kepercayaan Jesica, dengan pemalsuan jatidiri yang sesungguhnya.

"Aku terpaksa menikahi Jesica, supaya dia dapat memberikan kita putra, Andini!" tekan Rasyid Faturahman.

"Aku tidak rela kamu madu, Mas!" Andini Maysaroh.

*

*

Lagi-lagi, Jesica kembali ketanah Surabaya. Tanah yang tak pernah ingin ia injak semenjak kejadian masa lalunya. Namun, takdir kembali membawanya kesana.

Pergi dalam keadaan berbadan dua, takdir malah mempertemukanya dengan seorang putra Kiyai. Pria yang pernah mengaguminya waktu lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

"Rasyid ...." Panggil kembali Bu Fatiya.

Terpaksa Rasyid menghentikan langkahnya. Ia menoleh, kala istri kedua Ayahnya memanggilnya lagi.

"Nak ... Bagaimana, apa Jesica belum ditemukan?" tanya kembali Bu Fatiya. Wajahnya berubah sendu, ikut merasakan sakit yang putranya rasakan.

"Masih belum ditemukan titik terangnya. Tapi saya akan terus mencari, sampai istri saya ketemu. Karena istri saya sedang mengandung," Rasyid tertunduk, suaranya sedikit bergetar.

Bu Fatiya tersentak. Ia membekap pelan mulutnya. 'Ya Allah ... Jadi, menantuku pergi dalam keadaan berbadan dua?! Ini semua gara-gara tuntutan gila si Hilma!'

Bu Fatiya sudah mengangkat tangannya, berniat untuk mengusap lengan Rasyid. Namun, Bu Fatiya urungkan, hingga tangannya luruh kembali.

"Ibu turut prihatin ya, Nak! Ibu juga pasti akan mencari Jesica hingga ketemu. Kamu yang sabar. Mungkin saja ini ujian rumah tanggamu. Berdoalah, minta petunjuk sama Allah!" Bu Fatiya hanya mampu memberi dukungan melalui ucapanya.

Sorot mata sendu itu tampak sekali menahan rindu, namun harus ia tahan, demi semuanya terlihat baik-baik saja.

"Terimakasih! Kalau begitu saya permisi dulu!" Rasyid berjalan melenggang menuju pintu keluar.

Bu Fatiya menatap iba kearah kepergian putranya. Ia saat ini tahu betul bagaimana perasaan putranya.

Tuan Gio sudah keluar. Ia menghampiri istrinya, sambil menepuk bahu Bu Fatiya. "Rasyid sudah pergi?"

"Baru saja, Mas! Rupanya menantu kita hamil, Mas. Kita sebentar lagi akan memiliki cucu. Tapi ... Jesica sekarang ada dimana?" Bu Fatiya menangis, merasa ikut kehilangan calon cucunya.

"Sudah ... Nanti kita cari sama-sama sampai ketemu." Tuan Gio juga tak kalah sakit hati.

"Mas ... Aku berjanji, jika Jesica kembali ... Maka aku tidak akan rela, cucuku disentuh oleh Hilma! Gara-gara dia putra kita menderita, Mas!" Bu Fatiya semakin terisak dalam dekapan suaminya.

*

*

Waktu bergulir begitu cepat, dan tanpa dirasa, kepergian Jesica dari rumah sudah menginjak bulan ke 2. Jika dihitung, mungkin usia kehamilannya sudah menginjak 4 bulan.

Di pesantren, kini Jesica yang ditemani sahabatnya-Ester, mereka tengah merayakan acara 4 bulanan kandungan Jesica.

Sudah 1 bulan lalu, Jesica mengabari sahabatnya itu. Orang tua Jesica pada saat itu sempat khawatir, mengenai keadaan sang putri, sebab gawai Jesica ternonaktifkan 1 minggu lamanya.

Tapi setelah mengabari semuanya, baru kini Ester sempat menemui sahabatnya, setelah kesibukan di negaranya sendiri.

Ester duduk disamping Jesica sambil mengusap lengan sahabatnya itu. Dadanya terasa sesak, saat Kiyai Ismail kini mengutarakan kalimat nasehatnya, membuat suasana Ndalem seketika menjadi sendu.

Disana, Jesica juga menyantuni beberapa anak yatim.

Dan kini tibalah dipenghujung acara, tepatnya pukul 11.00

Jesica yang masih mengenakan abaya putih, serta jilbab senada yang membalut wajah cantiknya, kini duduk disofa sambil mengusap lembut perut buncitnya.

Disana, Ester duduk disebelah sang sahabat. Umi Khadijah duduk disebrangnya, mematap iba pada perut buncit Jesica.

"Nak, jika lelah, istirahat saja!" kata Umi Khadijah menatap iba.

Jesica menegakan tubuhnya. "Iya, Umi ... Jesica ke kamar dulu ya!" Ia bangkit dibantu oleh Ester.

"Mari, Umi!" Ester tertunduk segan, lalu mengajak Jesica menuju kamarnya.

Dan kini, mereka berdua duduk ditepi ranjang bersama. Ester menyerongkan duduknya, "Aku nggak bisa bayangkan, sehancur apa hati Tante Vera dan Dedy," tangisan Ester seketika pecah.

Ester aslinya keponakan Tuan Dams, anak dari adik bungsunya. Namun, karena Ayah Ester sudah lama meninggal, jadi ia tumbuh bersama Jesica sejak kecil. Sesuka hatinya Ester memanggil.

Jesica mengerjabkan mata beberapa kali. Ia juga tahu, oleh sebab itu ia tidak ingin melihat orang tuanya terkula untuk kesekian kalinya.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang, Est?! Dua kali aku menyerahkan ketulusan. Dan dua kali pula mereka semua menipuku! Aku sudah lelah, hanya untuk melangkah lebih jauh lagi. Tapi ... Sekarang aku akan memiliki anak! Dia tidak boleh melihat Ibunya lemah. Setelah anak ini lahir ... Aku akan kembali pada versi terbaiku! Aku tidak pernah rela, jika Mas Rasyid akan mengambil anaku." Jesica menghela nafas dalam, begitu lelah fisik serta mentalnya.

Melihat lirihan sahabatnya itu, Ester juga ikut terisak. Ia juga sama, mualaf baru. Semenjak Jesica dulu pulang ke Negaranya ... Entah mengapa ia tampak tertarik dengan sebuah syair merdu yang terkemas rapi dalam satu buku-ialah Al-qur'an, yang selalu Jesica lantunkan setiap ia berada dirumah. Hingga, Ester bersunggu-sungguh untuk mengikuti agama yang sama degan saudaranya.

"Kita pulang saja! Disini bukan rumahmu, Jesica! Kamu akan terlihat berharga, ketika kamu berada ditempat yang tepat." Ester terisak, hingga suaranya nyaris tercekat di tenggorokan.

"Aku juga pasti akan pulang, Ester! Akan kukemasi semua luka-lukaku. Aku ingin tumbuh sehat bersama anaku, tanpa adanya tuntutan dari siapapun! Tapi ... Bagaimana tanggapan keluarga besar Papah?! Terutama Oma?!" Jesica ingat betul, disaat bagaimana dulu ia menentang perjodohan yang dilakukan sang Kakek untuk dirinya.

Dan lagi ketambah keadaanya yang seperti saat ini. Apa tidak membuat pihak keluarga besar tampak mencemoohnya. Menggunjing, mengatai dirinya wanita tidak benar.

Hidup Jesica jadi serba salah, semenjak ia berpindah Agama.

Tok!! Tok!!

Ester dengan cepat mengusap sisa air matanya. Ia bangkit, membiarkan dirinya saja yang membuka pintu kamar itu.

Umi Khadijah masuk mengulas senyum tipis. "Umi mau berangkat dulu, Nak! Nak Ester ... Umi titip Nak Jesica! Mungkin nanti pulangnya agak maleman."

"Baik, Umi!" jawab Ester.

"Umi, hati-hati ya!" timpal Jesica.

Setelah acara 4 bulanan Jesica, Umi Khadijah juga akan menghadiri sebuah acara yang di gelar seorang pengusaha sukses. Entah acara apa, yang jelas Umi Khadijah akan mengisi tausiyah nanti.

***

Setelah selesai dhuhur, dan melaksanakan sholat berjamaah, kini keluarga Tuan Gio dan Juga Bu Fatiya, mereka juga tidak lupa mengadakan acara 4 bulanan sang menantu, meski Jesica tidak ada di antara mereka.

Sebagai pihak orang tua, Bu Fatiya harus melakukan tanggung jawabnya, meskipun ... Entah nanti Jesica akan kembali, atau tidak.

Disana, Rasyid duduk termenung disebelah Oma Selin. Sementara Tuan Gio dan Bu Fatiya, mereka sibuk didepan menyantuni anak yatim. Tidak banyak yang mereka undang, hanya keluarga inti, beserta para anak yatim saja.

Sebuah mobil bewarna putih telah memasuki halaman luas kediaman Tuan Gio. Disana, seorang wanita cantik yang mengenakan abaya putih, senada dengan jilbabnya, tampak turun dari mobil, bersama satu santriwatinya.

"Assalamualaikum, Umi Khadijah ... Selamat datang dikediaman kami," Bu Fatiya menyambut tamu undangannya dengan sikap ramah serta hangat.

Dan ternyata, kini Umi Khadijah sedang menghadiri acara 4 bulanan kehamilan Jesica, yang digelar dirumah Bu Fatiya. Karena keberadaan Jesica masih disembunyikan, jadi ... Pihak Tuan rumah hanya melakukan doa bersama.

"Walaikumsalam, Bu Fatiya. Saya merasa terhormat dalam mengisi acara doa bersama ini," jawab Umi sembari mengulas senyum hangat.

Didalam, Rasyid kini juga bangkit ditemani anak dari Bu Fatiya-Bella. Meskipun tidak begitu akrab, namun Bella yang memiliki sikap lembut, terus saja mendekati sang kakak, yang ia tahu, jika saat ini kakaknya sedang dilema.

"Mas ... Kita kedepan yuk! Ustadz Faqih sudah datang. Ada baiknya, kamu menyambut kedatanganya." Bella kini sudah bangkit, dan menatap sang Kakak dengan wajah serius.

Rasyid yang sejak tadi diam, bahkan untuk tersenyum saja terasa berat, kini hanya mampu mengangguk lemah, lalu bangkit dari tempatnya.

"Ulfa, dimana mantu cucuku?! Sudah setahun aku tidak melihatnya," Oma Selin mengedarkan mata, menatap sekeliling mencari sosok Jesica.

Padahal kepergian Jesica baru 4 bulan, namun ... Entahlah, terserah Oma Selin.

"Sabar, Oma! Sebentar lagi Nona juga akan pulang!" jawab Bik Ulfa yang kini masih sibuk mengupaskan jeruk buat Majikannya.

Bella-ia kini sudah masuk lagi, setelah tadi menyambut Umi Khadijah. Ia saat ini duduk bersama sang Oma dan Ibunya, menatap kearah depan, mendengarkan tausiyah yang dibawakan Umi Khadijah.

"Bu, aku kasihan lihat Mas Rasyid! Sejak kepergian istrinya, dia sekarang jarang sekali tersenyum. Berbicara aja nggak pernah," bisik Bella kepada Ibunya, sambil melirik sekilas kearah tempat sang kakak.

'Bella ... Andai kamu tahu nak, jika Rasyid itu kakak kandungmu. Kamu dan kakakmu sama-sama Ibu yang mengandung!' kalimat itu hanya mampu tercekat dalam batin Bu Fatiya saja. "Ibu juga ikut prihatin, Bella! Itulah sebabnya ... Meski Rasyid hanya kakak tirimu, tapi dengan adanya doa bersama ini ... Semoga saja ada kebaikan selanjutnya pada rumah tangga kakakmu!"

Bu Fatiya tersenyum getir menatap kearah Rasyid.

1
evi carolin
hadeh keliatannya berat sebelah ni rasyid trlalu mengutamakan keluarga kasian kamu jesica walau gemana pun kamu pst banyak mengalah dan dikalahkan
Septi.sari: iya kak kasian 🤧🤧🤧
total 1 replies
Khoirun Nisa
lanjut ka
Septi.sari: syukron bintangnya kak🙏❤❤❤❤
total 1 replies
Nisa_Flour01
aku mampir nihh, jangan lupa di back ya Thor
Nisa_Flour01
aku bingung gimana jelasinnya. intinya semangat Thor. update lagi yaww

jangan lupa mampir dan react balik yaaa. thank you
Septi.sari: syukron kak nisa.🙏🙏🙏❤❤❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!