Rahim Bayaran

Rahim Bayaran

Kesepakatan

Violetta Madison gadis 20 tahun terpaksa menyewakan rahimnya demi membayar hutang yang ditinggalkan kedua orangtuanya. Violetta yang akrab dipanggil Violet itupun harus tinggal bersama pasangan suami istri yang membutuhkan jasanya.

"Apa? Menyewa rahim ?" ucap Violet,matanya melebar ketika seorang wanita cantik berbicara dengannya.

"Ya! Tapi... kalau tidak mau, aku bisa cari wanita lain." ucap tegas wanita itu.

Violet terdiam sejenak,ia merasa bimbang. Bagaimana mungkin dia menyewakan rahimnya pada wanita yang baru ia kenal tadi. Namun mendengar tawaran yang diberikan wanita itu membuat hatinya dilema. Di satu sisi, uang itu lebih dari cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya. Namun disisi lain,itu artinya dia harus rela kehilangan masa depannya.

"Bagaimana... apakah kau tertarik ?" tanya wanita itu lagi.

Violet tersentak,ia menatap wanita itu lekat. Hingga akhirnya Violet mengangguk setuju. Tanpa ia sadar keputusannya itu akan membawanya kepada situasi yang sangat rumit.

"Baiklah Nyonya, aku setuju tapi dengan satu syarat" ucapnya tegas penuh dengan penekanan.

"Aku ingin dinikahi secara siri" lanjutnya.

Wanita itu tersenyum tipis. Lalu mendekatkan diri pada Violet.

"Tentu. Tapi jangan melewati batasmu!" bisiknya tegas.

Setelah melalui kesepakatan bersama, akhirnya wanita itu memberikan setengah dari jumlah uang yang ia tawarkan. Dan sisanya akan dia lunasi saat Violet sudah menyerahkan bayinya kepadanya. Violet pun menyetujuinya. Ia lalu melunasi semua hutang-hutangnya dan kembali ke gubuk kecil,tempat tinggalnya.

Violet menatap dirinya pada cermin, matanya berkaca-kaca. Ia tak tahu apakah keputusannya itu benar. Namun ia sadar,itulah jalan satu-satunya agar ia terbebas dari jeratan hutang kedua orangtuanya.

Sementara Claudia pulang ke rumahnya. Ia merasa lega telah menemukan wanita yang bisa memberinya anak tanpa harus hamil dan membuat tubuhnya berubah.

"Dari mana saja kau?" tanya Adrian seketika.

Claudia tersentak, ia tak menyangka suaminya sudah pulang dari kantor. Claudia langsung menghampirinya dan bergelayut manja di pangkuan suaminya itu.

"Aneh sekali? tak biasanya kau marah seperti ini? Ada apa hem? " ucap Claudia seraya merayu nya.

Adrian tidak langsung menjawab. Matanya menatap Claudia tajam, seakan sedang menelusuri sesuatu yang tak ia pahami.

“Aku dengar.... kau keluar rumah selama dua hari untuk ‘urusan penting’. Dan sekarang kau pulang dengan wajah puas seperti itu. Jelaskan padaku, Claudia. Apa yang kau sembunyikan dariku?” tanyanya dingin.

Claudia tertawa kecil, mencoba meredakan ketegangan. Ia membelai dada Adrian dengan lembut.

“Sayang... kau ingat, bukan? Kita sudah coba bertahun-tahun dan tidak pernah berhasil punya anak. Aku hanya mengambil keputusan. Kau sendiri setuju saat kita berdiskusi soal ibu pengganti... dan aku akhirnya menemukannya.”

Adrian terdiam. Ia mengingat diskusi itu, ya. Tapi tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa Claudia akan membuat kesepakatan tanpa keterlibatannya.

“Siapa dia?” tanya Adrian kemudian, suaranya datar namun mengandung tekanan.

Claudia bangkit dari pangkuannya, berjalan ke arah bar kecil dan menuangkan segelas wine untuk dirinya.

“Namanya Violetta Madison. Gadis desa. Miskin. Lugu. Dia butuh uang, kita butuh anak. Bukankah semuanya cocok?”

Adrian memicingkan mata, menatap Claudia seakan ingin menelanjangi pikirannya.

“Kau yakin dia orang yang tepat?”

“Tentu saja. Bahkan dia meminta untuk dinikahi secara siri olehmu sebagai syarat. Bukankah itu lucu?” Claudia tersenyum menyeringai.

Adrian mendongak, menatap Claudia penuh keterkejutan.

“Apa?! Ayolah Claudia... sudah aku katakan aku tak ingin menikah lagi. Dan.."

Claudia menenggak wine nya lalu berkata tenang,

“Tenang saja. Pernikahan itu hanya formalitas. Kita akan buat kontrak. Setelah bayi lahir, dia akan pergi, dan semuanya kembali seperti semula.”

***

Tiga hari kemudian, Violet datang dengan koper kecilnya, dijemput oleh supir pribadi keluarga Claudia. Rumah itu seperti istana di matanya, dan Violet merasa semakin kecil di dalamnya. Claudia menyambutnya dengan senyum dingin, memperkenalkannya pada beberapa staf rumah tangga yang akan membantunya selama masa kehamilan.

Dan untuk pertama kalinya, Violet bertemu langsung dengan Adrian. Adrian mengenakan kemeja putih dan celana panjang hitam. Sikapnya dingin, namun mata itu—mata tajam yang memandang Violet dari ujung kepala hingga kaki—membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

“Jadi, kau gadis itu?” tanyanya pelan.

“Ya, Tuan.” Violet mengangguk pelan.

Claudia tertawa, menggandeng tangan suaminya.

“Dia memang polos, bukan? Cocok untuk tugas ini.”

Adrian tidak menjawab. Ia hanya mengangguk tipis, tapi ada sesuatu di wajah Violet yang entah kenapa mengganggu pikirannya. Gadis itu... tampak seperti seseorang yang selalu ada di dalam mimpinya, tapi tetap memilih berdiri.

Malam harinya, Violet menatap langit-langit kamar tamu mewah yang kini jadi tempat tinggalnya. Di sebelah ranjangnya tergeletak dokumen pernikahan siri yang baru saja ia tanda tangani bersama Adrian. Proses itu cepat, sederhana, tanpa saksi selain seorang penghulu bayaran yang Claudia datangkan diam-diam. Tidak ada pesta, tidak ada doa-doa. Hanya kata sah dan tanda tangan.

“Sekarang kau adalah istri sah Adrian, setidaknya di atas kertas,” ucap Claudia sebelum meninggalkannya sendiri di kamar itu.

Violet menatap kontrak itu,jantungnya berdesir. Jelas sangat jelas. Violet sadar jika dirinya akan menyerahkan seluruh hidupnya pada pria yang sudah beristri walau hanya sementara. Tak lama kemudian pintu kamarnya terbuka. Mata Violet terbelalak ketika melihat siapa di balik pintu itu.

Tatapan tajam dan aura dingin langsung menyeruak di kamar itu.

"Malam ini, kita lewatkan saja. Aku tak bisa tidur denganmu." ucap Adrian tegas.

Adrian terpaksa tidur di kamar itu karena Claudia yang memintanya. Violet menunduk dalam diam, dadanya terasa sesak. Ia tak tahu harus merasa lega atau kecewa dengan ucapan Adrian. Lelaki itu... terlalu dingin. Bahkan tak memberi sedikit pun ruang bagi Violet untuk sekadar bernapas tenang.

"Baik, Tuan," gumamnya pelan, nyaris tak terdengar.

Adrian melangkah masuk, lalu duduk di kursi baca di sudut kamar, jauh dari ranjang. Ia membuka buku yang dibawanya, seolah kehadiran Violet sama sekali tak berarti. Padahal, dalam diamnya, pikirannya kacau.

Keesokan harinya, Claudia berdandan dengan anggun dan menyambut Violet di ruang sarapan. Meja penuh makanan mahal, namun suasananya sangat kaku.

"Bagaimana tidurmu semalam?" tanya Claudia dengan senyum penuh sindiran.

"Baik, Nyonya," jawab Violet pelan.

"Mulai hari ini, kamu harus mengikuti program medis yang sudah kami siapkan. Setiap pagi, kamu akan disuntik hormon. Agar kau cepat hamil. Semua sudah diatur. Dan ingat, Violet... jangan pernah berani mengacaukan apa pun."Claudia menatapnya tajam.

"Saya mengerti." Violet mengangguk.

Adrian masuk beberapa saat kemudian. Ia menatap Violet sekilas lalu duduk di samping Claudia. Suasana meja semakin dingin ketika ia melihat perlakuan Adrian pada Claudia yang begitu berbeda dengan sikapnya tadi malam. Violet merasa canggung melihat kemesraan mereka di meja makan.

Namun,entah mengapa melihat mereka hatinya terasa panas.Hingga membuatnya menunduk cepat.

Terpopuler

Comments

amatiran

amatiran

mampir Thor

2025-06-27

1

Soraya

Soraya

mampir thor

2025-06-27

1

Al Fatih

Al Fatih

aq mampir Kaka....

2025-06-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!