Jihan Alessa. Gadis ceria yang selalu mengejar cinta lelaki bernama Abintang Sagara.
Namun, ternyata perasaannya itu justru menambah luka di hidupnya. Hubungan yang seharusnya manis justru berakhir pahit. Mereka sama-sama memiliki luka, tetapi tanpa sadar mereka juga saling melukai karena itu.
"Suka lo itu bikin capek ya."
"Gue nggak pernah minta lo suka gue."
Rumah yang seharusnya tempat paling aman untuk singgah, justru menjadi tempat yang paling bahaya bagi Jihan. Dunia seakan mempermainkan hidupnya bagai badai menerjang sebuah pohon rapuh yang berharap tetap kokoh.
"Kamu adalah kesialan yang lahir!"
Itulah yang sering Jihan dengar.
Pada akhirnya aku pergi—Jihan Alessa
__________
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Affara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa [Revisi]
...Harapan setinggi apapun tetap akan runtuh kapan saja....
...______________...
Jihan tengah berjalan lunglai di tengah lorong. Kepalanya semakin berat ketika merasa pandangan sekitar terlihat kabur. Di tambah hatinya tengah begitu hancur sekarang.
Ingatan mengenai pembicaraan Abintang dn Kiara terus berputar dalam benaknya, membuat dadanya kembali berdenyut.
"Makasih ya Abintang. Aku sayang kamu."
"Gue juga."
Jihan meremas seragamnya erat. Mencoba menghilangkan suara-suara berisik di telinganya.
Ketika langkahnya melewati sekelompok siswi yang sedang bergosip di pinggir lorong, salah satu dari mereka menyilangkan kakinya kearah jalan Jihan—dengan sengaja.
Jihan yang tak menyadari itu. Sedetik kemudian—
Bughh!
Tubuhnya terjerembab ke lantai. Lututnya membentur ubin dengan keras, menciptakan suara tulang yang bertabrakan.
Terdengar cekikikan kecil.
"Upss! Gak sengaja! Makannya kalo jalan itu yang bener. Punya mata kan?!" cibir siswi itu dengan nada meremehkan, sementara yang lain hanya tersenyum mengejek.
"Uhh kacian banget. Pasti sakit ya?!"
"Jangan gitu. Nanti dia nangis, terus ngadu ke pacarnya gimana? "Sayang, aku digangguin!" Ejeknya di buat-buat, lalu mereka tertawa keras.
Setetes air telah terjatuh—menggenang kecil di lantai.
Sebelum Jihan sempat bicara, sosok Abintang muncul dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.
"Jihan."
Sekumpulan siswi itu langsung beranjak pergi karena panik. Menumbuhkan senyum tipis Jihan. Karena mereka pergi tanpa rasa dosa sedikitpun.
Abintang mengulurkan tangannya untuk membantu Jihan berdiri, tapi wajahnya berubah kaget saat Jihan menepisnya dengan kasar. "Gue gak butuh bantuan lo!" Ketusnya, lalu berdiri.
Mata lelaki itu berubah sendu. "Jihan, mau kemana?" Tanyanya mencoba mengalihkan perhatian.
"Ke Bulan!" Balas Jihan asal.
Abintang berdecak, "Aku serius Jihan." Ia tak mengerti kenapa gadis di depannya ini bersikap aneh.
"UKS."
Kening Abintang mengerut. "Ngapain kesana?"
"SELINGKUH!!" Semprotnya merasa muak. Apakah Abintang tidak sadar kesalahan apa?!
"Jihan!"
"APAA!??" Bentak Jihan menatap Abintang tajam. Wajahnya masih memerah karena selepas menangis, bahkan netranya masih basah akan air mata. Abintang tentu kaget dibuatnya.
"Kamu kenapa Jihan?" Tangan lelaki itu terulur ingin meraih pipi Jihan. Namun perempuan itu justru melangkah mundur, seolah memberi mereka jarak.
Sudah cukup. Jihan lelah.
"SETELAH SEMUA YANG LO LAKUIN KE GUE, LO MASIH NANYA, KENAPA? Gue capek Abi. Gue capek... " Nadanya mulai melemah, seperti bisikan.
"Jujur sama gue. Apa tujuan lo nembak gue? Lo gak beneran cinta kan sama gue? Iya kan? Jawab Bin!" Abintang bungkam menatap lurus Jihan yang tengah hancur.
Ia tebak Jihan pasti sudah melihat kejadian di lab. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa, karena masih banyak resiko yang harus ia tanggung jika menjelaskan kebenarannya.
"Ternyata omongan semua orang itu bener ya. Gue emang gak pantes buat lo. Gue ini bodoh, ceroboh, murahan, egois, gak guna. Beda sama Kiara yang pinter, cantik, berprestasi pula. Setara sama lo. Kalian emang cocok."
"Sekarang gue sadar. Gue emang gak pantes bersanding sama lo."
Jihan meneguk ludahnya susah payah. Ternyata perkataan yang ia lontarkan juga melukai hatinya sendiri.
"Lo egois Jihan," Kata Abintang membuat amarah Jihan tersulut. Tapi, sebelum sempat protes, Abintang sudah membungkamnya lebih dulu.
"Dunia gue bukan buat lo doang."
Jihan menganguk. Meski perasaannya sudah tak tenang. Kepalanya mendongak, mencoba sejajar dengan Abintang. "Maaf," lirihnya.
Abintang menggelengkan kepalanya menatap Jihan tak suka. "Lo emang gak pantes buat gue Jihan. Lo itu cewek egois, bego, gak guna, nyusahin, murahan!!"
"Itukan yang pengen lo denger dari gue!?" Nadanya mulai meninggi. Tatapannya terlihat lebih dingin dari biasanya.
"Dan lo bener. Kiara itu lebih cocok sama gue ketimbang lo! Lo nggak pantes bersanding sama gue Jihan. Kiara itu cantik, pinter, gak kayak lo yang bego!"
Jihan tertegun lama.
Seperti sebuah palu yang menghantam dadanya dengan keras. Ia kesulitan bernapas. Matanya mulai berkabut.
"Lo itu kekanak-kanakan tahu gak! Dari semua cewek yang deketin gue, cuma lo yang gak tahu diri. Lo seenaknya mikirin hati lo doang! Lo kira lo penting?" Kata Abintang sama sekali tak memberi Jihan kesempatan.
"Terus kenapa l-o nembak gue?" Sahutnya sedikit terbata.
Abintang membuang wajahnya dongkol. "Anggep aja gue cuma kasihan sama lo!"
Deghh
Jadi semua itu benar, ya?
Abintang mendengus lalu berjalan pergi meninggalkan Jihan yang termenung dengan tatapan kosong. Rahang cowok itu mengeras hingga urat lehernya terlihat jelas.
______
Maaf ya prenn karena beda adegan. Kemarin aku nulisnya sambil kecapean, jadi radak ngawur dari tulisan yang seharusnya. 🙂
Thank you prenn yang udah mau baca cerita absurd ku, meski gajelas banget alurnya.
Dadahh prenn!😣👋
Lop youuuuu