Iriana merasakan kekecewaan kepada tunangannya yang ketahuan berselingkuh bersama sahabatnya.
membuat ayahnya jadi khawatir, sehingga membuat ayah nya berpikir untuk ia tinggal di tempat ibunya (nenek Iriana) di Perdesaan.
**
"Apa kau sudah melupakan nya?"
Seseorang yang menunggu nya untuk melupakan kan mantan tunangannya.
Mampukah ia kembali jatuh cinta saat pernah di khianati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sky00libra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab23
Rai, terbangun dari tidurnya yang lumayan lama. Melihat di sebelahnya dimana ada, Iriana yang masih belum bangun dari tidur nya.
Membuat, Rai betah menatap nya. Menarik pelan pinggang, Iriana agar lebih dekat dengan nya. Ia peluk, dengan wajahnya ia benam kan di leher, Iriana. Menghirup wangi mawar yang sekarang menjadi kesukaannya.
Sampai menit ke-enam, akhirnya. Iriana membuka mata nya pelan seraya menggeliat.
"Sayang! Nikah yu." apa ini, kenapa mendadak mengajaknya menikah. Membuat, Iriana merinding.
Dan, apa yang sedang di lakukan pria ini di dekat lehernya?
"Mas! Ihh... Geli jangan cium-cium." mencoba melepaskan, Rai. Yang mendekap nya dengan erat.
Ia tidak mau terlalu peduli tentang ucapan pria itu tadi tentang nikah.
"Kapan, mau nikah sama Mas?"
"Kapan, Mas lamar!?" jawabnya kesal, seraya memutar kedua bola matanya.
Meski ia betah di pelukan, Rai. Dengan ia menenggelamkan kepalanya di dada bidangnya.
"Siap... Nanti, mas nikah kan secepatnya oke. Setelah kita pulang dari kota, ketemu orang tua kamu. Dan orang tua mas." ujar Rai, dengan kesenangan akhirnya ia bisa mendengar jawaban, Iriana.
"Hah... Masa lamar aku seperti ini sih, mas!" mencubit pinggang, Rai. Dengan pelan.
"Adek! Mau yang romantis. Tapi, mas kurang bisa gimana ini."
Tapi, akhirnya Iriana menyetujui untuk menemui kedua orang tua mereka dulu.
Masalah nikah, Iriana sudah sering memikirnya. Ia sudah siap dengan hubungannya bersama, Rai. Jangan bilang ia gampangan lagi. Ia hanya tidak ingin berbuat yang tidak-tidak karena mereka belum menikah. Mungkin sekarang, Rai. Bisa menahan nya tapi belum tentu nanti. Apa lagi dengan seringnya mereka bertemu, seperti ini tidur berdua. Meski tidak melakukan apa-apa, hanya dengan berpelukan. bukan kah dari ini yang bisa membuat mereka berdua khilaf.
Meski dulu ia menjaga batasan dengan mantan, tapi. Rai seperti pengecualian. Yang sering membuat ia lupa batasannya. Untungnya tidak ada yang meng gerebek saja. Jadi dari pada nanti benar-benar di grebek kan mending ia, menyetujui buat menikah. Lagian ia menyukai, Rai.
"Masa mas, gak bisa romantis? Gak percaya." seraya menatap manik gelap Rai, yang menatap nya dengan teduh.
"Gak bisa, dek! Tapi nanti mas usahakan. Jika adek, mau nya yang romantis." mengangguk menunggu lamaran romantis si, Rai Nishav.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Iriana masih betah di pondok, belum ada rencana untuk pulang. Meski semua karyawan sawit sudah pulang duluan dua jam-an yang lalu.
"Dek! Pulang ayo. Nanti kesorean, di cari nenek nanti."
"Iya, mas!"
"Kalo pulang seperti ini, kan sepi. ada gak sih yang tiba-tiba maling buah?" Pertanyaan random, Iriana. Yang dari tadi kepikiran.
Membuat Rai terkekeh, "Nanti ada yang jagain, Security nya." Iriana, terpuaskan seraya mengangguk cepat.
****
Sesampainya di pelataran rumah, Iriana. Melihat ibu-ibu di pinggir jalan yang rame. seperti tengah bergosip dari cara bicara nya. Membuat ia penasaran, "Kenapa yah, mas!?" setelah ia turun dari motor dengan di bantu, Rai.
"Mau kesana hmm. Sekalian tanya-tanya sama bibi Lani toh." menunjuk arah ibu Lani.
Mengangguk, seraya berjalan di samping, Rai. Yang membawanya ke arah pinggir jalan.
"Ada apa bi Lani!?"
"Eh, mas Rai. Ini loh tau gak kamu? anak nya ibu Ipit, yang perempuan itu." mengangguk, ia tau. Yang kata nya kembang Desa. Membuat ibu Ipit, semakin sombong dan ingin calon menantu kaya.
"Itu loh, mas Rai! Katanya, anak ibu Ipit. Si lala itu ketauan hamil, katanya sudah 5 bulan." ujar ibu tetangga (Lani).
"Oh..." Rai, tidak terlalu memikirkan nya. Palingan tinggal nikah kan!
"Tapi loh, mas! Lakian nya gak mau tanggung jawab. Katanya, bukan dia aja yang make." ibu tetangga (Yanti)
Iriana, sampai meringis mendengar gosip ibu-ibu disini.
Wajah itu tertangkap penglihatan, Rai. Membuat ia terkekeh, melihatnya.
"Mari-mari ibu-ibu, saya ke dalam dulu!" Rai, tidak mau mendengar terlalu banyak. Itu bukan urusan nya, membawa balik wanita nya untuk pulang saja.
"Mas! Ko gak nanya banyak-banyak sih."
"Buat apa, dek? Palingan juga akhirnya nikah kan."
"Sudah sampai. Sana masuk dan mandi udah kesorean, sayang." ujar nya setelah sampai di depan teras nenek Lestari.
Mengangguk, "Masuk, mas." seraya membuka handle pintu. Menoleh sebentar melihat arah pria itu yang tersenyum.
Ia pun masuk, ingin bersih-bersih dan istirahat.
"Nek! Sudah lama sampai nya?" menjatuhkan kan bokong nya dekat nenek Lestari, yang sedang menonton.
"Jam satu tadi, nenek sudah pulang. Lihat gak neng di depan sana, sedang rame?"
"Iya, itu berdiri di depan pinggir jalan rumah bibi Ayu. terus tadi di tanyai, mas Rai." nenek Lestari mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Mau mandi dulu, nek!" lanjutnya seraya bangkit dari duduknya, ia bejalan ke arah kamarnya ingin mengambil handuk.
"Iya."
****
Setelah makan malam tadi, ia sedang mengistirahatkan tubuh lelahnya. Tapi, seperti nya ia mendengar suara samar-samar di depan. ia pun bergegas ingin kedepan. Jiwa ingin tau nya terpanggil kan.
Mendekati dalam diam, mendengar nenek mengobrol bersama tetangga sebelah kiri. Yang ia dengar, besok pagi anak ibu Ipit akan di nikah kan dengan pacarnya. Yang ternyata dari Desa BatuKali.
"Banyak yang gak tau sebenarnya, padahal perutnya nya jelas terlihat besar kan?" ujar (Neneng).
"Mungkin karena di sembunyi kan."
Mungkin....
"Kalo cucu mu ini, kapan nikah nya nek Tari? kata nya sama bos sawit. Keponakan bibi Ayu situ."
Eh... kenapa cepat sekali ganti topik nya, ia hanya bisa tersenyum paksa. Sedangkan nenek Lestari hanya tertawa, seperti menikmati wajah kikuk cucu nya.
"Kapan katanya, Neng!?" lihat lah senyum lebar nenek, yang memang suka bercanda.
"Emm... Nanti ada kabar nya dari, mas Rai." biar lah ia jual nama, mas Rai. Yang penting ia terselamatkan, dari banyak nya pertanyaan lain-lain nya.
Menyesal ia keluar, kalo topiknya lari ke dia.
"Walahh... Nanti Bibi tanya, mas Rai. Ya, kan nek Tari?." ujar bibi (Neneng), di balas nenek Lestari dengan tawanya.
"Nah...! Pas banget, di depan sana ada. Mas Rai." dengan tangan nya yang melambai memanggil, Rai.
"Ish... Kenapa sih ibu ini kepo sekali. Jangan kesini, mas!" Bathin nya, dengan mengarahkan tatapan melotot nya ke arah, Rai. Yang berjalan santai kearah mereka.
"Kenapa, Ibu Neneng?" lihat lah dia malah tersenyum.
"Kapan acara nikah nya, mas Rai!?" membuat Iriana, memutar bola mata di belakang Bibi Neneng. Yang jelas tidak terlihat, tapi jelas terlihat di manik gelap, Rai. Yang selalu mengarah padanya.
Rai, sedikit terkekeh melihat tingkah wanita nya. "Lamar ketemu orang tua nya dulu, Bibi." lihatlah tatapan teduh itu, membuat Iriana salah tingkah.
"Benar sekali, mas Rai. Bagus itu." dengan obrolan mereka yang sempat kemana-mana tadi, dengan Rai.
Untungnya di akhiri dengan Rai, yang lebih dulu ingin pergi karena dia bilang ingin ke pabrik.