NovelToon NovelToon
Theresia & Bhaskar

Theresia & Bhaskar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Keluarga / Romansa
Popularitas:588
Nilai: 5
Nama Author: Elok Dwi Anjani

Menyukai Theresia yang sering tidak dianggap dalam keluarga gadis itu, sementara Bhaskar sendiri belum melupakan masa lalunya. Pikiran Bhaskar selalu terbayang-bayang gadis di masa lalunya. Kemudian kini ia mendekati Theresia. Alasannya cukup sederhana, karena gadis itu mirip dengan cinta pertamanya di masa lalu.

"Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Aku yang bodoh telah menyamakan dia dengan masa laluku yang jelas-jelas bukan masa depanku."
_Bhaskara Jasver_

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elok Dwi Anjani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Diusir

Pada saat malam, Theresia membawa peralatan serta bahan untuk melukis ke taman belakang dan meminta pelatihan ke Erga. Walaupun tidak ada kanvas, setidaknya ia bisa berlatih dengan buku gambarnya.

"Lo minta tolong ke gua?" Theresia mengangguk dengan wajah yang mengharapkan kerendahan hati Erga.

"Tolong, yaa? Plisss..."

"Tapi gua nggak terlalu bener-bener bisa, jadi gua kasih tahu sebisa gua aja."

Theresia langsung mengangguk senang dan mempersiapkannya.

Mulai sekarang, Theresia akan meminta bantuan Erga untuk membimbingnya di rumah sebagai pelatihan tambahan setelah sekolah. Walaupun sedikit tidak enak jika waktu Erga untuk belajar berkurang karenanya, tetapi laki-laki itu baik untuk membagi waktunya kepada Theresia.

Erga juga sangat serius mengajari Theresia yang mengangguk-anggukkan kepalanya sembari menatap tangan laki-laki itu. Ia sangat senang Erga bisa membantunya dan menjelaskan tentang kekurangan serta apa yang harus ia lakukan pada lukisannya.

Setelah selesai, keduanya kembali ke kamar masing-masing untuk bersiap belajar kembali. Sulit memang jika ada perlombaan yang pelatihannya belum matang di saat ada ujian sekolah bersamaan. Tetapi Theresia yakin bisa melakukannya.

Ia akui jika lelah, tetapi Theresia bisa menanganinya. Waktu tidurnya berkurang karena digunakan untuk belajar, bahkan saat pagi pun ia tetap belajar di sekolah dengan serius.

Tidak tertinggal, Bhaskar pun belajar dengan keras karena ingin memenangkan permainannya dengan Theresia. Laki-laki itu sangat menekuni belajarnya dengan sungguh-sungguh. Ia juga tahu jika Theresia harus mempersiapkan diri untuk perlombaan setelah ujian. Maka waktu belajar gadis itu akan terbagi juga.

Tidak seperti dirinya yang bisa belajar tanpa ada perihal lainnya.

Keduanya juga jarang berbicara karena kesibukan Theresia yang terus-menerus untuk berlatih saat setelah ujian dan di rumah juga. Sebuah keberuntungan Erga bisa membantu Theresia di setiap pulang sekolah.

Kemajuan lukisan Theresia di ruang ekskul melukis pun semakin bertambah sebab bimbingan Bu Rifa yang semakin tegas dan Theresia yang memang sangat berusaha untuk terus menjadi maju. Hal yang sangat dirugikan gadis itu adalah ketika kelelahan dan tiba-tiba tertidur yang justru membuang waktu berharganya.

Setiap hari berlatih di ruang ekskul melukis dengan serius, setiap hari berlatih di taman belakang dengan Erga yang sungguh-sungguh membantu Theresia. Itu membuat Theresia lebih semangat lagi menuju perlombaan yang akan datang di beberapa hari kedepannya.

Perjuangan Theresia juga tidak hanya seperti itu. Karena gadis itu saat di akhir-akhir ujian justru demam dengan tubuh yang kelelahan. Tetapi Theresia hanya perlu menempelkan plester kompres demam dengan tetap gigih dalam berlatih dan berusaha.

Erga yang merasa Theresia tidak fokus karena menyangga dagunya dan langsung menarik hidung gadis itu. "Fokus, Re. Tinggal beberapa hari lagi lho."

"Iya-iya."

Keluarga Linsi tidak lagi mengusik Theresia sejak Erga berhasil menyelesaikan permasalah postingan gadis itu. Meskipun Linsi sering melihat Theresia dan Erga berlatih setiap pulang sekolah, namun gadis itu acuh tak acuh karena memang tidak memperdulikan keduanya.

Mereka sering beli makanan di luar tanpa membelikan Theresia dan juga Erga. Tetapi Erga sering mampir ke tempat makan juga untuk membeli makanan saat pulang sekolah dengan Theresia. Keduanya makan bersama sebelum memulai latihan di setiap harinya sebab tidak ada waktu untuk memasak di rumah.

...••••...

"Kemajuan lukisan kamu bener-bener bagus banget, Re. Kamu emang suka menggambar dan melukis sejak dulu ya?" tanya Bu Rifa yang sangat senang.

"Terima kasih, Bu. Semoga di perlombaan nanti juga lebih bagus lagi, saya menggambar sejak kecil, tapi kalau melukis sejak SMP dulu," balas Theresia yang tersenyum lega setelah pelatihannya selesai.

"Kamu besok tidak perlu bawa apa-apa, sudah Bu Rifa siapkan peralatan, bahan-bahan, sama beberapa kebutuhan kamu. Jadi siapkan diri kamu aja buat lombanya besok, dan terima kasih sudah berusaha ya, Re? Kamu emang keren bangettt."

"Siap, Bu! Saya juga berterimakasih karena sudah membimbing saya dalam pelatihan ini."

Setelah pelatihan hari ini, Theresia kembali pulang dengan Erga dan Bhaskar yang menunggunya di parkiran.

"Ga! Lukisan gua meningkat banget hari, kata Bu Rifa juga bagus banget." Theresia meloncat senang pada Erga yang terkejut karena ulahnya dari belakang.

"Beneran?" Gadis itu mengangguk dengan semangat. "Selamat, yaaa."

"Berangkatnya besok?" tanya Bhaskar yang duduk di sepedanya.

"Iya, doain gua lancar dan pulang sebagai juara."

"Pasti, gua anterin juga mau nggak? Lo juga kalau mau ikut nggak apa-apa. Soalnya lo kasih ganti rugi seragam gua kemarin. Selagi gua baik." Bhaskar melirik Erga yang tiba-tiba menepuk bahunya.

"Tumben lo nggak nyebelin?" tanya Erga yang justru membuat Bhaskar malas.

"Kalau nggak mau ya udah. Biar gua yang anterin."

"Nggak-nggak, nggak boleh. Enak aja lo bawa-bawa There gitu aja."

"Terserah, hari ini mau makan di tempat nggak? Gua traktir supaya lo semangat lombanya besok."

"Wih! Ayo aja kalau gua, lumayan buat hemat tabungan gua," sahut Erga yang langsung senang mendengar tawaran Bhaskar.

"Ehm... ya udah, ayo," balas Theresia.

Mereka pun pergi ke sebuah tempat makan sederhana saat pulang dari sekolah dengan mendengarkan cerita Theresia ketika latihan. Kedua laki-laki itu menatap Theresia yang bercerita sangat antusias sebelum pesanan makanannya datang.

Dari raut wajah Theresia yang tampak semangat membuat Erga senang karena tidak seperti biasanya yang sering kelelahan seusai latihan. Bhaskar juga senang melihat Theresia yang banyak bicaranya sekarang sebab sebelumnya ia jarang berbicara dengan gadis itu.

Bahkan setelah makan pun Theresia tidak memudarkan rasa senangnya karena tidak sabar untuk perlombaan besok yang sangat ia nanti-nantikan.

Saat Erga dan Theresia menjauh di jalanan, Bhaskar tersenyum tipis melihat gadis itu yang semakin hari semakin meningkat. Padahal Theresia menerima permainannya yang harus giat belajar untuk memenangkannya, sementara gadis itu harus pelatihan guna perlombaannya.

Kemudian saat Erga dan Theresia sampai, terdapat suara Linsi yang berteriak-teriak dari dalam rumah. Sontak keduanya langsung cepat-cepat ke dalam untuk melihat keadaan rumah yang kini sudah beberapa benda hancur berserakan serta tangisan Linsi yang pecah juga.

Tidak tertinggal, Mama juga menangis dengan kencang sembari menatap Papa yang memasang wajah datar di sofa. Wanita itu memang menangis, tetapi tatapannya tajam tertuju pada pria itu.

"PAPA JAHAT! PAPA NGGAK SAYANG KITA LAGI, MA." Linsi memeluk Mamanya yang akan menghancurkan vas bunga di tangan wanita itu.

"Kenapa ini? Ada apa sebenarnya?" tanya Erga yang melihat ruang tamu berantakan.

"Ma, kenapa? Ada apa?" Theresia mendekati Mamanya yang langsung menatap dirinya tajam.

"INI SEMUA GARA-GARA KAMU! ANAK YANG NGGAK PERNAH DIUNTUNGKAN DAN SEENAKNYA AJA DI LUAR SANA! SEMENTARA KITA KAYAK GINI!"

Bentakan luar biasa dari Mamanya yang tepat di depan mata Theresia sendiri membuat gadis itu meneteskan air matanya. "A-aku salah apa?"

"LIHAT DIA! COWOK PALING BRENGSEK YANG SELINGKUH DIAM-DIAM!" tunjuk Mama pada Papa yang hanya diam.

Erga yang tidak terima jika Theresia disalahkan di sini langsung menarik gadis itu agar tidak dekat-dekat dengan wanita yang sedang naik darah. "Jangan salahin There, dia nggak ngelakuin apa-apa. Itu salah om sendiri kenapa tiba-tiba selingkuh."

"Saya seperti ini karena dia yang matre, habisin uang aja sama Linsi yang selalu mendukungnya. Dia juga yang membuat keluarga ini malu karena bermain di tempat-tempat kotor sampai ada dia juga." Kini Papa menunjuk Theresia yang menundukkan kepalanya. "SAYA SUDAH MUAK! DAN SAYA MENGINGINKAN PERCERAIAN!"

"ENGGAK! Aku nggak mau. Aku mau kamu tetep di sini." Mama langsung menarik tangan Papa yang hendak keluar dari rumah.

"Buat apa? Untuk dijadikan mesin ATM berjalan? LEPASIN SAYA!" Pria itu menghempaskan tangan Mama dengan kasar dan pergi begitu saja.

Linsi dan Theresia tidak bisa melakukan apa-apa selain diam. Mendengar ucapan Papa yang sebelumnya amat sangat menusuk membuat mereka terdiam dan hanya bisa menangis begitu saja.

"LO JUGA KELUAR! ADANYA LO DI SINI CUMAN BUAT MASALAH DOANG!" Linsi berjalan ke arah Theresia yang tetap menundukkan kepalanya dengan tatapan kebencian yang sangat dalam.

Erga pun langsung melindungi gadis itu dan berdiri di depan Theresia.

"Ngapain lo jagain dia? HA! NGAPAIN LO JAGAIN DIA YANG IDENTITASNYA BUKAN SIAPA-SIAPA DI KELUARGA INI?"

"Salah gua di mana kalau jagain There? Dia baik, nggak kayak kalian yang hatinya seperti iblis kelaparan."

"SEHARUSNYA MAMA BUANG DIA! NGGAK USAH DIURUS SAMPAI SEKARANG." Linsi menunjuk Theresia. "Keluar lo, KELUAR! DAN JANGAN PERNAH BALIK LAGI KE SINI."

Laki-laki itu juga sedang tersulut emosi, tetapi ia tahan dengan nada bicara yang ditekan. "Oke kalau itu mau lo, gua bawa There pergi dari rumah biadab ini. Kalian juga jangan sampai memperlihatkan wajah keburukan kalian di hadapan gua ataupun Bunda."

"Kemasi barang-barang lo, Re. Kita pergi dari sini," titah Erga.

"Tapi mereka keluarga gua yang biayain gua sekolah juga, Ga," jawab Theresia yang mengangkat kepalanya.

"ENGGAK! LO BUKAN KELUARGA GUA, LO ITU SAMPAH YANG DIPUNGUT!" bentak Linsi dengan tatapan menusuk.

"Lo denger sekarang? Ambil barang-barang lo, dan mulai sekarang jangan pikirin orang-orang yang nggak punya perasaan ini."

Theresia menurut dengan langkah cepat menuju kamarnya untuk mengambil barang-barangnya. Keluarga ini memang kejam terhadapnya, tetapi Theresia dibesarkan di sini juga. Rasa sakit yang melanda membuat semangatnya goyah dengan menatap buku gambar yang sering ia gunakan latihan dengan Erga.

...••••...

...Bersambung....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!