Di tengah hiruk pikuk kota Jakarta, jauh di balik gemerlap gedung pencakar langit dan pusat perbelanjaan, tersimpan sebuah dunia rahasia. Dunia yang dihuni oleh sindikat tersembunyi dan organisasi rahasia yang beroperasi di bawah permukaan masyarakat.
Di antara semua itu, hiduplah Revan Anggara. Seorang pemuda lulusan Universitas Harvard yang menguasai berbagai bahasa asing, mahir dalam seni bela diri, dan memiliki beragam keterampilan praktis lainnya. Namun ia memilih jalan hidup yang tidak biasa, yaitu menjadi penjual sate ayam di jalanan.
Di sisi lain kota, ada Nayla Prameswari. Seorang CEO cantik yang memimpin perusahaan Techno Nusantara, sebuah perusahaan raksasa di bidang teknologi dengan omset miliaran rupiah. Kecantikan dan pembawaannya yang dingin, dikenal luas dan tak tertandingi di kota Jakarta.
Takdir mempertemukan mereka dalam sebuah malam yang penuh dengan alkohol, dan entah bagaimana mereka terikat dalam pernikahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon J Star, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman Nona Muda
Tania sedikit tertegun dengan ucapan Revan, tetapi segera tertawa kecil dengan suara yang khas, menunjukkan ekspresi yang aneh. "Om ini lucu juga, ya."
"Aku tidak tahu apakah lucu atau tidak, tapi tolong kalian menyingkir dari jalan karena aku mau pulang." Sambil berkata begitu, Revan melirik ke arah dua pemuda yang menghalangi jalannya.
Kedua pemuda itu baru saja pulih dari situasi berbahaya sebelumnya. Mendengar Revan meminta mereka menyingkir, salah satu dari mereka seorang pemuda dengan rambut dicat kuning, mendengus dingin, lalu tertawa. "Hahaha... Kasih jalan? Enak saja! Baru saja melakukan hal berbahaya pada Kak Tania, tanpa menundukkan kepala atau minta maaf sedikit pun, kamu pikir bisa pergi begitu saja? Mimpi!"
"Kak Tania, bagaimana kalau kita panggil bantuan?" usul pemuda berambut gondrong lainnya dengan nada mengancam.
Tania mengerucutkan bibirnya. "Apa-apaan sih kalian, memangnya aku bilang mau melakukan sesuatu pada Om ini?"
"Lalu Kak Tania maunya..." Kedua pemuda itu tampak terkejut.
Tania tersenyum manis, menghadap Revan dan berkata, "Om, gaya mengemudi tadi keren sekali, persis seperti di film-film. Boleh ajari aku tidak?" Sambil berkata begitu, ia menunjukkan tatapan penuh damba yang khas dari seorang gadis muda, membuat siapa pun yang melihatnya akan langsung merasa iba.
Kedua pengikutnya itu sepertinya tidak pernah menyangka Tania tiba-tiba meminta menjadi murid mengemudi. Tetapi ketika mengingat manuver drifting Revan tadi, mereka pun ikut menunjukkan sedikit kekaguman. Meskipun mobil mereka bagus, mereka tidak akan bisa melakukan aksi sekeren itu.
Revan menggelengkan kepala dengan sedikit tidak senang. "Tidak bisa, itu terlalu berbahaya. Kalian semua masih muda, lebih baik pulang tidur, dan jangan balapan di malam hari."
Mendengar kata-kata itu, wajah tersenyum Tania langsung runtuh. Ia mendengus kesal dan berkata, "Om, alasanku meminta diajari, karena untuk menghargai kemampuan Om, itu artinya aku masih menganggap om tinggi. Tapi jangan pikir kejadian tadi yang hampir membuatku celaka, sudah dilupakan begitu saja."
Kata-kata ini membuat Revan tidak bisa menahan tawa. "Oh ya? Memangnya kamu mau menyelesaikannya bagaimana?"
"Bukankah Om jago menyetir? Bukankah Om mau pulang? Bagus, kalau begitu aku akan panggil orang untuk menghancurkan mobil ini. Kita lihat saja nanti, Om mau nyetir pakai apa pulangnya!" Tania dengan angkuh menarik tangannya, dan pemuda berambut kuning di belakangnya segera mengikuti perintah. Ia dengan senang hati mengeluarkan iPhone model terbaru dan menelepon seseorang.
"Bang Baskara, tolong! Kak Tania diganggu orang di tol! Cepat ke sini!" teriak pemuda berambut kuning itu, lalu memberikan senyum jahat pada Revan, seolah menganggap riwayat Revan sudah tamat.
Revan mengeluarkan sebatang rokok dengan sedikit tertarik. Malam masih panjang, dan ia juga tidak keberatan memberi sedikit pelajaran pada anak-anak kaya yang nakal ini.
"Om, ini kesempatan terakhir untuk mempertimbangkannya. Mau menurut dan mengajariku baik-baik? Atau membiarkan diri Om dan mobilnya menerima sedikit hukuman malam ini?" Wig pink milik Tania tertiup angin sepoi-sepoi, wajahnya yang cantik, pada saat ini terlihat menyebalkan seperti iblis kecil.
Seolah mendengar kata-kata yang paling tidak meyakinkan di dunia, Revan sama sekali tidak memedulikannya. Revan selalu malas melakukan gerakan ekstra yang tidak perlu pada orang lain. Ia perlahan memalingkan wajahnya, menatap ke arah beberapa mobil yang mendekat dengan cepat.
Dalam sekejap, tiga mobil sport berhenti di depan Revan. Mobil terdepan ternyata adalah Audi R8 terbaru, sebuah mobil megah lainnya dengan mesin V8. Bodinya yang berwarna hitam pekat menunjukkan lekukan desain yang tegas, di tengah kegelapan malam tampak seperti seorang ksatria hitam yang angkuh.
Dengan cepat, keluarlah seorang pemuda tampan mengenakan kemeja Versace dari dalam R8 itu. Wajahnya tegas dengan rahang yang tajam, matanya setajam bintang dengan alis lurus seperti pedang, posturnya tegap, dan rambutnya yang pendek memberikan kesan energik. Usianya sekitar dua puluh tahunan, tetapi ia tampak sangat dewasa.
Saat pemuda bernama Baskara ini keluar dari mobilnya, empat pengawal pria berjas hitam menempel di punggungnya untuk melindunginya dengan ketat.
Melihat adegan ini, mata Revan menunjukkan sedikit kelucuan. Di zaman sekarang, mereka yang mengendarai mobil super belum tentu benar-benar kaya raya, ada yang namanya membayar secara cicilan. Tetapi orang yang mampu menyewa pengawal pribadi, di seluruh Jakarta ini jumlahnya sangat sedikit. Mereka pastilah orang yang kaya dan berkuasa, atau tokoh yang sangat penting.
Baskara hanya melirik Revan sekilas, lalu segera membuang muka, seolah menatap lebih dari satu detik akan sia-sia.
"Tania, ada apa?" Baskara menunjukkan senyum hangat pada Tania dan bertanya.
Tania cemberut tidak sabar, seolah tidak peduli untuk memberi muka pada Baskara. Ia memberi isyarat pada dua pengikutnya di belakang untuk bicara.
Kedua pengikutnya itu mungkin juga termasuk anak dari keluarga kaya, tetapi di hadapan pemuda bernama Baskara ini mereka menjadi sangat jinak. Mereka menyapa Baskara dan menjelaskan kejadian berbahaya tadi kepadanya.
Begitu Baskara mendengar Tania hampir celaka karena mobil Revan, alisnya langsung mengerut. Tatapan awalnya yang meremehkan Revan, perlahan berubah menjadi amarah yang dingin.
"Tenang Tania, biar aku yang bereskan masalah ini." Baskara seperti biasa berbicara dengan sangat hangat pada Tania, tetapi sekarang ia membuat isyarat tangan bergerak pada empat pria berjas hitam itu.
Keempat pengawal itu mengangguk serempak, lalu maju bersamaan. Tekanan yang mengintimidasi langsung terasa meningkat.
Namun Revan justru tertawa, sepertinya para pengawal ini pernah menjalani latihan militer. Sebab, hanya prajurit yang memiliki aura semacam ini. Akan tetapi, aura sekecil ini sama sekali tidak ada guna baginya.
Keempat pengawal itu awalnya berniat untuk sekadar melayangkan beberapa pukulan untuk memuaskan permintaan majikan mereka. Tapi siapa sangka, bahkan sebelum mereka mendekat tiga langkah dari Revan, mereka merasakan aura yang kuat memancar keluar seperti tsunami yang mengamuk!
Orang-orang yang semuanya merupakan mantan anggota pasukan khusus ini, merasakan punggung mereka mulai basah oleh keringat. Indra tajam mereka yang hampir tumpul memberitahu, pria ini sangat berbahaya! Pada tingkat yang belum pernah mereka temui sebelumnya!
Bagaikan angin topan kecil yang berhadapan langsung dengan gelombang dingin dari seluruh lautan, perasaan tidak berdaya untuk melawan muncul dari hati mereka.
Baskara saat melihat keempat pengawalnya berhenti, menjadi sangat tidak senang. "Ada apa? Membereskan satu orang saja susah sekali? Apa perlu aku sendiri yang turun tangan?"
Keempat pengawal itu saling berpandangan dan tersenyum masam. Setelah menerima uang seseorang untuk membantu melindungi mereka dari marabahaya, sebagai seorang pengawal, meskipun tahu bahwa mereka sedang mencari mati, mereka tetap harus maju!
Hampir pada saat yang bersamaan, keempatnya serempak menyerbu ke arah Revan, dengan pukulan dan tendangan keras yang mengarah ke sisi kiri, kanan, dan bagian bawah tubuh Revan secara bersamaan!
Revan mengembuskan napas asap terakhirnya, dan melemparkan puntung rokok yang masih menyala ke udara. Sepasang kakinya dengan ringan mengetuk tanah, dan tubuhnya dengan lancar melakukan salto ke depan. Saat mendarat, ia sudah berada di belakang keempat pengawal itu, nyaris tidak menyentuh serangan mereka.
Segera setelah itu, Revan mengayunkan tangannya ke belakang dan dengan akurat menangkap kerah belakang dua pengawal. Tubuh kedua pengawal itu terhenti, dan mereka merasakan kekuatan yang tak tertahankan menarik mereka dari belakang. Tanpa sadar, kedua pengawal itu terlempar!
Persis seperti efek khusus di film, tubuh Revan memanfaatkan kekuatan balik dari lemparan kedua pengawal itu untuk jatuh ke belakang. Pada saat yang sama, kedua lengannya menekuk, dan langsung menyikut tulang punggung bagian bawah dari dua pengawal yang tersisa!
Dalam sekejap mata yang dibutuhkan untuk melakukan gerakan-gerakan ini, keempat pengawal yang tadinya menyerbu ke depan, kini semuanya telah jatuh tersungkur di tanah, merintih kesakitan, dan tidak mampu untuk bangkit kembali.
Puntung rokok yang dilemparkan ke udara oleh Revan, baru sekarang jatuh ke jalan aspal, dan memercikkan beberapa bunga api kecil.