Harusnya, Ziva menghabiskan malam pertamanya itu dengan sang suami. Namun, saking mabuknya, ia malah masuk ke kamar mertuanya dan membuatnya tidur di ranjang yang salah.
Apa yang akan terjadi pada Ziva dan mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma_98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terbawa suasana
"Apa kau bilang...?"
Mara sampai syok terkejut. Apa informasi yang di dapatkan sekretarisnya itu benar-benar nyata? Atau hanya fiktif belaka.
"Ya, saya yakin info yang saya dapatkan ini benar nyonya. Silahkan anda lihat, semua itu tertera di dalam sana." Ujar Nila, memberikan sebuah map tipis.
Karena tak percaya, dengan cepat wanita itu langsung membuka isi map tesebut dan melihat bukti-bukti tentang aborsi yang di lakukan Victor dan juga mantan kekasihnya itu.
Mara mulai membaca satu persatu isi tulisan tersebut, dan benar saja, di situ ada bukti tentang rumah sakit yang Victor datangi dan melakukan aborsi di sana.
Sraakkkk
"Argggh!! Apa-apaan ini, hah!? Kenapa puteraku bisa melakukan hal keji seperti ini?" Mara tersulut emosi dan bahkan sampai merobek kertas tersebut.
Saking emosinya, Mara sampai merasa pusing lalu perlahan memijit pelipisnya. Putera yang dulu ia tinggalkan, ternyata bersikap brengsek seperti ini. Andai dulu tak ada musibah, mungkin semuanya tidak akan seperti ini.
"Apa suamiku tidak becus mengurus Victor? Peran dia disini sebagai apa sih?kenapa bisa sampai kecolongan, untung media tidak ada yang tau."
Nila hanya terdiam menunduk saat atasannya sedang mengeluarkan unek-uneknya. Ia memilih diam dari pada terkena semprot dari Mara.
"Nila, kita pergi sekarang!" Pintanya, memberi perintah.
Saat itu juga Nila mendongak lalu menatap Mara. "Kemana nyonya?"
"Ke rumah suamiku, tempat tinggalku."
"Eh, apa yang akan anda lakukan? Apa anda akan mengatakan dengan jujur siapa diri anda?"
Seketika Mara terdiam. Ia pun tak tahu apa yang akan dirinya lakukan di sana, namun yang pastinya, ia ingin pergi dan melihat langsung keadaan rumah yang sudah lama ia tinggalkan.
"Kita bicarakan di mobil saja!" Ujarnya, langsung melangkahkan kakinya pergi.
*
*
*
Di tempat lain...
Ckiiit
Di sebuah komplek kecil, Victor memberhentikan mobilnya sejenak. Pria itu menatap ke arah sekeliling, seperti sedang mencari sesuatu.
Tokkk
Tokkk
Tokkk
Victor terkejut saat ada seseorang yang tiba-tiba mengetuk kaca pintu mobilnya. Ia pun menoleh dengan cepat.
"Eh..?"
"Cepat buka pintunya!!" Pinta seseorang, dengan tergesa-gesa.
Ceklek
Pintu mobil terbuka.
Seseorang tersebut yang tak lain adalah Risa. Lho, bukannya Victor pamitan ke Ziva untuk pergi ke kantor? Lantas, apa ini? Kenapa ia malah bertemu dengan sang mantan?
Risa pun masuk ke dalam mobil, wanita itu mengatur nafasnya beberapa kali sembari menunjukan raut wajahnya yang cukup panik.
"Apa yang terjadi?" Tanya Victor, dengan nada penasaran.
"Tolong aku, pria itu akan membunuhku!"
Degh
Mata Victor seketika melotot terkejut. "A-apa? Siapa yang kau maksud?
"Hiks.. Ayahku.. Dia melakukan tindakan kekerasan padaku setiap hari, hiks.. Aku takut Victor. Pria itu akan membunuhku!"
Mendengar ungkapan Risa, Victor pun mengepalkan tangannya. Tak habis fikir, seorang ayah tega melakukan hal seperti ini, bahkan pada puteri kandungnya sendiri.
"Dimana dia? Biar aku kasih pelajaran terlebih dahulu." Ucap Victor, beranjak membuka pintu.
"Tunggu!" Risa dengan cepat menahan tangan Victor. "Jangan lakukan itu, Vic. Aku tidak ingin ia menyakitimu juga, tolong jangan!"
Victor menghela nafasnya sejenak lalu menganggukan kepalanya. "Baiklah."
"Terima kasih, sebaiknya kita cepat per--"
"Sebentar, kenapa itu dengan sudut bibirmu?" Victor reflek menyentuh.
Risa terkejut, lalu ia pun segera menyentuhnya. Sudut bibirnya ternyata berdarah, mungkin itu karena tamparan keras yang di layangkan oleh ayahnya tadi.
"Shttt.." Risa meringis pelan saat Victor menyeka darah tersebut.
"Ah, maaf. Apa itu perih?"
Jarak mereka kini cukup dekat, bahkan keduanya mematung saat mata mereka saling bertemu. Bukan hanya itu, jantung pun tiba-tiba berdebar tidak seperti biasanya.
Perlahan, tangan Risa mulai menyentuh rahang Victor. Bukan hanya itu, karena terbawa suasana, Risa mendekatkan wajahnya lalu matanya tertuju pada bibir Victor.
"Maaf jika aku lancang...!"
Cup
*******
TOLONG KASIH AKU SEMANGAT, MISALNYA.. LIKE, KOMEN YANG BANYAK DAN JUGA GIFT YA.